Tuesday, February 14, 2012

Teruntuk Okto



Hari ini cerah. Matahari bersinar terang, langit biru dengan sedikit awan, dan angin tidak bertiup kencang. Saat itu lah kabar itu datang.
"Aku barusan ditelpon Andina. Katanya Okto meninggal. Innalillahi wa Innailaihi Raji'un - Nia"
 Okto Riwanda, ketua unit KKN 160, unit kami, meninggal dunia. Innalillahi wa Innailaihi Raji'un.

Aku memandangi layar ponselku dengan tatapan hampa saking tak percayanya. "Masa, sih? Baru tiga minggu lalu kami tengokin kamu." Wong kita baru cerita-cerita bareng di kosmu. Kasih foto jaman KKN kita dulu tuh. Masih ketawa-ketawa bareng juga kan.

Kayaknya baru kemaren ya kita KKN. Bikin program bareng-bareng di KPTU. Kamu ikut survey pertama kali, yang akhirnya menempatkan kita di Muntok. Terus waktu KKN kita terancam batal kamu yang maju jadi ketua unit. Mungkin lain ceritanya waktu saat itu kamu ga menyanggupi jadi Kormanit. Unit kita mungkin ga akan pernah ada. Kita, aku dan teman-teman yang lain, mungkin tidak akan bisa saling berjumpa. Mungkin unit 160 tidak akan bisa seperti keluarga.

Sebelum berangkat 

hari pertama di Muntok

Ealah To masih inget aku jaman kita KKN. Setiap pagi kamu selalu duduk ngopi di kursi panjang  di pondokan. Kamu yang selalu beli Lasegar di Toko Awie. Kamu yang sering bawain gorengan dari penjual di depan Mesjid Jami. Kamu yang sering beliin martabak. Kamu yang selalu berantem sama Ananto (sampe waktu bikin R1 R2 aja masih berantem). Kamu yang rela tidak ikut ke Jakarta demi menyelesaikan laporan KKN kita. Kamu yang selalu dateng kalo ada kumpul-kumpul anak KKN (unit kita sering banget ngumpul ya?). Dan tentunya kami ga akan lupa jaman dorong Carry merah Mbah Alphard yang mogok di hari pertama puasa.

Bareng anak SDN04 setelah pelatihan dokter cilik

Saat kami mengunjungimu tiga minggu lalu kamu masih bisa tertawa mendengar cerita kami. Ibumu bercerita bagaimana kamu menyelesaikan Tugas Akhir di tengah kondisimu yang sakit berat itu.
Sungguh itu cerita yang banyak melecut semangat kami lho To. Dan ya, hidup dan ajal manusia ada di tangan Allah.



Siapa sangka, ucapan "Sori ya, aku ga bisa nganter kalian ke bawah" adalah ucapan terakhir yang kami dengar? Siapa sangka kamu ga perlu hadir di wisuda untuk bisa lulus kuliah dan lulus dari sekolah yang namanya kehidupan?

Kumpul berbanyak. sebelum mulai lulus satu per satu

Dan ya, berita kepergianmu mengejutkan banyak orang. Kami terkejut dengan kepergianmu yang tiba-tiba. Terlalu tiba-tiba dan tak disangka. "Too shocked. Can't even cry" begitu tweetku hari ini. Tapi kami percaya, Allah punya kehendak lain, makanya Dia memanggilmu lebih cepat.

Maaf To, aku dan teman-teman yang lain tak bisa mengantarmu. Mungkin hanya doa dan tulisan ini yang bisa menjadi persembahan terakhir kami.

Selamat jalan Okto Riwanda. Semoa amal ibadahmu diterima Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Selamat jalan ketua KKN unit 160, Okto Riwanda (5 Oktober 1989 - 13 Februari 2012)

pertemuan terakhir kami


2 comments: