Thursday, May 3, 2012

Antara saya dan Donat J.Co

Hey! hey! Hey! Juwita
Sudah 2-3 hari ini ada segorombolan anak muda berkeliaran sambil membawa kotak kuning di lingkungan FISIPOL. Mereka berjalan-jalan selalu kian kemari eh berjalan-jalan menjajakan isi kardus itu. Usut diusut benang kusut ternyata isinya adalah seperangkat alat sholat donat J.Co.

"Wuih J.Co. Lumayan nih kalo bisa dapet gratisan" pikir saya.
Kangen juga saya makan donat ini, karena jika dipikir-pikir sudah empat tahun (iya, empat tahun. EMPAT TAHUN *petir menyambar*) sejak saya terakhir makan donat milik Johnny Andrean ini. Yang terakhir itupun boleh nyolong karena dibawain Mbak Ino yang habis balik Jakarta.

Jadi dimulailah misi saya berburu J.Co. Ralat, berburu gratisan J.Co. "Yosshaa...ikusho!" dengan semangat bushido saya menuju ke tempat anak-anak itu. Mereka ke kantin saya ikutan ke kantin. Mereka ke San Siro, saya muter-muter di San Siro. Mereka ke lapangan atas, saya ikutin ke atas. Mereka ke plaza bawah, saya thawaf keliling plaza bawah. Sayangnya untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Saya tidak kebagian J.Co. Boro-boro dibagi, ditawarin aja enggak. 

Mungkin karena kehadiran saya terlalu invisible atau aura saya yang terlalu suram atau emang bentukan saya yang kelihatannya kere banget. Apapun alasannya minumnya teh botol Sosro pokoknya saya tidak ditawarin J.Co. Sedih banget ga sih....sedih dong dong mari main dingdong :'( *berlari ke pelukan Fernando Jose*

Tapi saya tak menyerah. Makanya hari ini saya kembali stalking mengikuti anak-anak muda itu.

Seumur-umur frekuensi saya makan J.Co bisa dihitung dengan jari. Jari tangan. Itupun tangan sebelah.  Jumlah J.Co yang sudah jadi nutrisi di perut saya juga bisa dihitung pake jari. Jari tangan dan kaki. Tapi kakinya kaki sebelah. Ya intinya saya jarang banget lah makan J.Co.

Brand donat premium ini muncul sekitar tahun 2005. Waktu itu saya masih jadi anak SMA MAN yang hobinya mengerjakan soal algoritma (oke ini bohong). Donat yang saya tahu hanyalah donat Dunkin' Donuts, donat yang dijual penjual keliling di rumah saya, dan donat yang dijual Mama Agra. Nah alkisah suatu hari teman saya yang baru jalan-jalan ke Lippo Karawaci membawakan sekotak J.Co dan dibagi-bagi ke penghuni asrama...dan saya kebagian....dan saya makan.

"Happ" saya makan itu donat J.Co....dan saya bagai merasa terbang ke angkasa. Jika hidup ini adalah film animasi, maka di atas kepala saya akan ada dua lonceng yang berdentang teng teng teng. Surrrrgaaaa......duniaaaaaaaa!!!!

Kebetulan juga tak lama setelah itu Krispy Kreme membuka cabangnya di Indonesia. Dan saya kebagian icip-icip juga. Dan kejadian di paragraf di atas kembali terulang.

Bohong jika saya bilang saya ga suka J.Co dan dusta jika saya bilang tidak pernah kepingin untuk membelinya. Dulu, dulu sekali pada masa itu, membeli J.Co dan Krispy Kreme adalah indikator tingkat kekerenan dan kegaulan (bukan kegalauan ya, tapi kegaulan) seseorang. Bagaimana tidak, J.Co terletak di Lippo Karawaci. Sementara cabang pertama Krispy Kreme ada di Pondok Indah Mall 2. Kesemuanya adalah the coolest place for us.

Sebagai seorang remaja berdarah muda, saya akui jika saya ingin sesekali pulang ke asrama membawa sekotak J.Co. Dan ini pernah kejadian sekali. Ya, sayangnya cuma sekali. Bagi saya, membayar puluhan ribu hanya untuk setengah lusin donat kok....eman-eman ya. Enggak, saya tidak mendasarkan pemikiran saya pada cengkeraman kapitalisme-liberalisme atau konsumerisme yang makin menggila. Saya juga enggak akan membahas tentang fenomena kelas menengah (atas) yang semakin ngehe semakin menjamur lima tahun belakangan. 

Pikiran saya sesederhana anak rantau yang masih ngutang setiap makan mie ayam di kantin sekolah begitu menginjak tanggal 20-an. Sesederhana pemikiran yang mengonversi uang puluhan ribu itu dapat digunakan untuk membeli bakwan sekeranjang. Atau didonasikan ke anak-anak yang putus sekolah.

Dan pemikiran itu masih bertahan sampai sekarang.

Namun ya...saya akui saya masih kangen juga sekali-sekali makan J.Co. Makanya saya selalu pasang tampang mupeng setiap lihat booth J.Co. Tapi ya sebatas itu sih, hehe.

Oh ngomong-ngomong gimana hasil perjuangan hari ini? *jrengjrengjreng*

Level kekerenan meningkat menjadi setara Shinoda Mariko

YATTTAAAA!!!!!
BGM: BINGO! - AKB48
Cemilan: Frestea Apel 

5 comments:

  1. cucuuuuum >.<
    eh tahukah kamu bahwa sekarang di J.Co bisa beli per biji? jadi ga berat karna ga ada minimal beli setengah lusin..

    favoritku si glazzy, nikmat bener

    oiya thx for following my blog yaa :*

    ReplyDelete
  2. Damiiiiiiiii ^o^

    iyahhhhh kemaren aku juga beli per biji. fuh tahunya bukan gratisan soalnya buat nyari dana KKN. ckckck anak muda jaman sekarang cari dana KKN jualan J.Co ya...

    Aku juga suka glazy tapi itu lebih karena aku cuma tahu glazy :| Makanya kemaren agak takjub lihat ada blueberry

    kochira koso. Folbek dung kaka~

    ReplyDelete
  3. Saya suka cheese me up, cuma sayang sekarang udah ga ada di outlet jco di kota saya.

    ReplyDelete