Showing posts with label monolog. Show all posts
Showing posts with label monolog. Show all posts

Sunday, May 29, 2011

Dear Admin @autisBego

Hari ini hari Minggu. Tidak ada yang istimewa. Paling saya cuma meratapi uang yang tinggal dua puluh ribu di dompet. DUA PULUH RIBU. Itu pun uang boleh ngutang teman. jadi tidak ada yang istimewa.

Paling saya menahan lapar karena memikirkan kelanjutan hidup di hari-hari ke depan. Paling pol, saya masak mie dan bersihin toilet. Cihui, saya terlihat rajin sekali saat menuliskan kata "bersihin toilet". Oh ya, saya MANDI, KERAMAS, dan MASKERAN juga loh. Akhirnya, muka saya terlihat bersinar (bayangkan betapa tebalnya daki yang ada sebelum ini). Walau begitu, masih saja keluar gumaman "Belum semulus muka Sooyoung". Manusia memang tak pernah puas.

Kelar maskeran, saya raih si Mimi dan buka Twitter. Ternyata situs 140 karakter ini sedang ramai oleh suatu akun. Nama akun itu @autisBEGO. ASTAGA!

Saya buka profilnya dan terpampanglah ini:



Saya baca timeline akun ini. Andai ini lagu Horobushko-Bond, saya sudah sampai pada tahap akhir. Saat Haylie menggesek biolanya dengan kecepatan yang luarbiasa.

Apalagi saat sang admin menulis tweet ini:


Emosi saya langsung crescendo saat itu.


Saya emosi. Begitu juga dengan banyak teman-teman yang lain. Karena itulah, saya menulis ini.

Dear admin @autisBEGO, apakah anda tahu betapa beratnya menjalani hidup saat semua orang memandang anda berbeda? Betapa beratnya hidup saat setiap kalimat yang anda ucapkan hanya dianggap ceracaua? Betapa beratnya hidup saat orang selalu menganggap anda hidup di dunia lain, bahkan diangap alien saking anehnya?

Mungkin anda belum tahu

Dear admin @autisBEGO, apakah anda tahu jika penyandang autisme selalu mengalami masalah di sekolahnya? Apakah anda tahu perjuangan mereka mendapatkan pendidikan yang layak? Apakah anda tahu jika mereka bisa ditolak sebuah universitas hanya karena mereka "penyandang autisme"?

Mungkin anda belum tahu.

Dear admin @autisBEGO, apakah anda tahu jika banyak penyandang autisme sering dihina di lingkungannya? Apakah anda tahu mereka dihina hanya karena sedikit "perbedaan" yang mereka miliki? Hanya karena mereka sedikit "tidak normal"?

Mungkin anda belum tahu.

Dear admin @autisBEGO, apakah anda tahu betapa berat perjuangan keluarga penyandang autisme? Betapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk terapi ini-itu? Untuk tes ini-itu? Untuk tes alergi ini-itu?

Mungkin anda belum tahu.

Dear admin @autisBEGO, apakah anda tahu, betapa besar perhatian orangtua penyandang autisme harus tercurah pada anaknya yang istimewa itu? Apakah anda tahu, sedotan perhatian itu bisa saja mengabaikan sudaranya yang "normal"? Apakah anda tahu setiap anggota di keluarga itu harus mengorbankan banyak hal untuk mereka?

Mungkin anda belum tahu.

Dear admin @autisBEGO, apakah anda tahu tantrum, suatu keadaan di saat penyandang autisme kehilangan kendalinya? apakah anda tahu betapa kerasnya mereka mengendalikan diri untuk tidak menyakiti diri mereka? apakah anda tahu beberapa dari mereka bisa saja membentur-benturkan kepalanya ke tembok saat tantrum?

Mungkin anda belum tahu.


Dear admin @autisBEGO, apakah anda tahu hingga kini belum diketahui penyebab dan obat untuk autisme?

Mungkin anda belum tahu.


Dear admin @autisBego, saya yakin anda terpelajar dan pintar. Tapi sungguh sayang jika kecerdasan anda tidak diimbangi dengan rasa empati pada orang-orang yang tak seberuntung Anda.

Dear admin @autisBego, setiap orang pernah melakukan kesalahan. Tapi tak banyak yang mengakuinya dan belajar darinya.

Salam.

Saturday, May 28, 2011

Filosofi Secangkir Kopi

Hari ini saya bangun. Kesiangan. Lagi. Mungkin terbawa atmosfer akhir pekan yang menyugesti saya untuk bermalas-malasan. Oke, saya bohong. Saya memang melakukan the art of doing nothing. Selanjutnya ngulet dengan dua tangan karena eh karena BAHU KIRI SAYA SUDAH SEMBUH. HOREEEE! Belum sembuh sempurna sih karena belum bisa digunakan secara normal. Ini artinya bahu kiri saya masih nyeri jika digunakan secara ekstrem. Artinya lagi, saya belum bisa salto, push-up, angkat galon, atau koprol untuk hari-hari ke depan.

Oke, lupakan itu. Hari ini, seperti juga hari-hari yang lain, saya melakukan rutinitas pagi hari. Ngulet. Matiin weker. Nyalain dispenser. Buka jendela. Cuci muka. Sikat gigi (gini-gini, saya rajin sikat gigi). Mandi? Mari kita singkirkan hal itu untuk sementar waktu (eh?). Kemudian saya mengambil mug. Ambil Nescafé Gold. Menyendoknya. Menyeduhnya dengan air panas. Ambil gula. Ambil Coffe-Mate. Dan memasukkannya secara berurutan. Kemudian saya beranjak ke kasur bawah. Meletakkan mug di meja. Duduk. Menghirup aromanya. Harum. Kemudian, slurp, menyeruputnya pelan. Ahh, kopi pagi ini enak.

Saya suka ngopi. Suka sekali. Jika Milo adalah energi untuk menang setiap hari (saya terdengar seperti staf pemasaran Nestlé), maka Nescafé adalah sesuatu untuk mengawali, menemani, dan menemani hari saya. Dengan kata lain, dia adalah sesuatu yang menemani saya sepanjang hari.

Saya suka ngopi. Bagi beberapa orang, kopi adalah sumber inspirasi. Begitu pula saya. Entah mengapa kopi dan aromanya selalu bisa menimbulkan inspirasi bagi sebagian orang. Saya berusaha mencari penjelasan ilmiahnya. Dan kira-kira beginilah penjelasan tak bermutu saya.

Kopi adalah minuman yang mengandung kafein. Kafein merupakan zat yang bersifat stimulan. Mengingat sifatnya, zat yang memiliki formula kimia C 8 H 10 N 4 O 2 adalah zat yang mampu memicu debaran jantung. Meningkatnya denyut jantung berarti membawa banyak aliran darah yang mengandung oksigen ke otak. Mungkin karena itulah sebagian orang merasa "otaknya encer" setelah mengonsumsi kopi. Itu karena aliran darahnya lancar. Ini penjelasan ilmiah ngawur yang bisa saya kemukakan.

Tapi arti secangkir kopi lebih dari sekedar penjelasan sok ilmiah di atas. Bagi saya, menikmati secangkir kopi memiliki filosofinya sendiri. Jika Dewi Lestari menulis buku yang berjudul Filosofi Kopi, yang saya belum tahu isinya apa, maka saya punya Filosofi Secangkir Kopi.

Life is like a cup of coffee. Itu judul blognya mas Brama, sang bintang video klip Bondan Prakoso. Itu pula yang menjadi salah satu motto hidup saya ("tidak percaya" kata pembaca). Boleh percaya boleh tidak, tapi memang seperti itu kenyataannya.


Jadi bagaimana penjelasan makna secangkir kopi?

Pernahkah anda menyesap secangkir kopi? Pasti pernah. Rasanya lebih banyak orang yang meminum kopi dibanding Coca-Cola. Persetan dengan fakta Coca Cola adalah minuman paling populer di dunia, tapi saya pikir kopi diminum oleh lebih banyak orang dibanding minuman berkaleng merah itu. Kopi bisa menembus semua kalangan. Rasanya wajar melihat bos mafia menyeruput kopi di sebuah kedai, sewajar melihat abang penarik becak minum kopi di warung kopi sederhana. Terapkan hal itu pada Coca Cola dan saya rasa akan banyak kejanggalan.

Tapi bukan itu yang mau saya bicarakan. Ding dong!

Dalam secangkir kopi apa yang anda temukan. Pahit, getir, namun bukan hanya itu. Ada juga gurih dan manis. Semuanya berpadu dalam satu tegukan. Bukankah itu seperti hidup? Ya. Ada masa di mana hidup terasa sangat pahit. Katakanlah saat Tottenham Hotspur kalah di perempat final Liga Champions dan kalah melawan Manchester City dalam waktu seminggu. Pahit. Pahit sekali. Seperti meminum double espresso tanpa gula (dan saya bakal kumat maag). Tapi ada kalanya hidup terasa sangat manis. Contohnya saat anda pergi ke jurusan dan melihat proposal skripsi and diterima. Manis. Manisssssss sekali. Layaknya meminum kopi dengan 5 sendok gula (ngomong-ngomong gimana skripsi? BAB..LASS! -___-)

Ngomong-ngomong soal kopi, saya punya konsep untuk secangkir kopi yang sempurna alias the perfect coffee. Apa itu? Itu adalah keadaan di mana kopi, krimer, dan gula bercampur dalam campuran dan kadar yang sempurna. Saat pahitnya kopi, gurihnya krimer, dan manisnya gula berpadu dengan sempurna dan menghasilkan sesungging senyum di muka saya. Kopinya masih terasa, krimer menambah rasa gurih, dan tidak terlalu kemanisan berhubung saya Silahkan tertawa, tapi saat sudah meminum secangkir kopi yang sempurna maka sepanjang hari mood saya akan sangat bagus. Apalagi jika bertemu pembuat tremor.


Bentukan dan warna kopi sempurna versi saya

Terbentuknya secangkir kopi yang sempurna bukanlah secara kebetulan. Jadi bukan berarti bim salabim abrakadabra prok prok prok saya bisa menghasilkan secangkir kopi yang sempurna. Ada tahapan yang harus dilalui. Ada waktu di mana rasa kopi terlalu dominan. Hasilnya saya maag. Ada waktu di mana rasa gula begitu menyengat. Lidah saya mati rasa. Setelah sekian waktu dan terus mencoba racikan baru maka voila! Terciptalah secangkir kopi yang sempurna.

Life is like a cup of coffee. Indeed. Ada keseimbangan yang harus dicapai di sana. Jika tidak, anda takkan bisa menikmatinya. Untuk mencapai itu, anda perlu berusaha untuk mencapainya. Sama seperti usaha untuk membuat secangkir kopi yang sempurna.

Dan itulah filosofi secangkir kopi hasil rekaan saya.

Monday, May 23, 2011

(apalah) Arti Sebuah Nama



Tadi pagi saat hendak mengoleskan salep ke bahu (jangan tanya caranya), saya membaca tulisan di boxnya. Tertulis di sana, "SUMAYA". ehh, wat!? Sumaya. Dengan Y tunggal.

Ampun deh. Padahal saya sudah jelas-jelas menulis "SUMAYYA". Dengan Y dobel.

William Shakespeare pernah berkata "what is in a name", apalah arti sebuah nama. Ya, boleh saja pengarang Much Ado About Nothing itu berkata begitu. Tapi secara pribadi, saya kesal jika nama salah ditulis. Dan kejadian ini sudah berulang puluhan kali. Saya kesal.

Dan kesal adalah hak.

Ah mutung. Ndak mau minum Neurodex *plak* *kapan sembuhnya*
Published with Blogger-droid v1.6.8

Friday, May 20, 2011

1055



1055. Itu angka yang tertampang di depan mata saya. Bukan, ini bukan angka yang menunjukkan harga Indomie Ayam Spesial di Indomaret terdekat. Bakal hore banget saya jika ini terjadi. Ini angka yang menunjukkan jumlah hits di blog ini. Saya ternganga dan sedikit tidak percaya. Berkali-kali saya gosok kacamata yang sudah seminggu tidak dibersihkan ini. Terakhir, saya semprotkan cairan pembersih lensa ke arahnya, cratt…cratt, dan saya usap dengan lap khusus. Saya tepuk-tepuk pipi. Saya cubit-cubit pipi. Angkanya tak berubah. Ini ternyata bukan mimpi. Jumlah hits blog ini sudah melampaui 1000.

Bagaimana perasaan saya? Senang. Iya, saya senang. Tidak bangga. Apalagi tremor, karena oknum pembuat tremor tidak terlihat di depan mata. Kalaupun ada, saya jelas akan mengalami sesak nafas dan tidak bisa berpikir jernih.

Jadi saya cuma bisa bilang “senang”. Itu artinya ada orang yang membaca tulisan di blog ini. Itu artinya ada orang yang rela menyisihkan waktunya untuk membaca tulisan –tulisan saya. Senang rasanya saat melihat orang lain menyenangi isinya. Senang rasanya saat seorang teman memberitahu jika dia rajin mengikuti blog ini. Wah, I didn’t expect that much. Saya tidak berpikir sampai ke sana. Mengingat tidak ada yang istimewa di sini.

Tapi, jujur saja, ini pencapaian yang besar. Jumlah hits di blog ini mampu mencapai 1000 dalam waktu kurang dari sebulan. Jika saya melongok grafik statistik dari bulan ke bulan, terlihat sekali grafiknya bergerak cepat dan tajam. Secepat pergerakan saham IHSG ataupun pergerakan harga minyak Brent di Bursa London. Untuk itu saya patut berterimakasih.

Pertama, saya ucapkan terima kasih pada ARDI WILDA IRAWAN aka AWE, sang penggagas gerakan 31 Hari Menulis. Sedikit banyak, gerakan ini melecut semangat saya dan banyaaaaak teman-teman lain untuk menulis setiap hari. Sungguh, walaupun Awe terkadang marmos ([kata sifat] marai emosi = membuat emosi. Keadaan yang membuat kita ingin melempar jumroh kepada yang bersangkutan) dan absurd, tapi dia ini adalah anak muda yang punya segudang gagasan brilian.

Terima kasih Ocha si Muntah Gorgom dan Ijah Jezie Laurensia yang dengan sukarela menjadi admin 31 Hari Menulis dan dengan rajin melongok blog semua peserta (termasuk blog saya, miauw), merekap, dan memposting hasil rekapan yang kalian lakukan. Terima kasih mbak Pulung Uci, yang sui menjadi juri kompetisi ini dan sering memposting tulisan yang menyentuh hati.

Terima kasih Nescafé, Coffee – Mate, Milo, Milo Fuze, permen Fox. Terima kasih Kim Tae Yeon, Celine Dion, Chiaki Kuriyama, Angela Aki, Tokyo Jihen, Syaharani and The Queen Fireworks, Teresa Teng, Nouvelle Vague, Bond, Maksim, Johann Bach, Edvard Grieg, Lara Fabian, dan Cat Steven/Yusuf Islam yang sering menjadi teman sekaligus sumber insprasi.

Terima kasih Salonpas, Neurobion, dan balsem otot Geliga. Kalian adalah penyelamat di saat otot mulai tak enak.

Terima kasih si Mimi aka Sony Ericsson Xperia X10 Mini Pro, Blogger-Droid, dan Office Suite Pro. Dengan adanya kalian, saya mampu blogging di manapun dan kapapun. Walaupun untuk itu saya harus jumpalitan untuk mencari sinyal si provider merah #eh #curhatsaya.

Terima kasih untuk Shiro, si MacBook White yang setia menemani saya dan rela disiksa saking kerasnya saya mengetik di keyboardnya. Terimakasih untuk si meja baru.Tempat saya bisa menulis dengan nyaman dan meletakkan semua barang dalam jangkauan. Bahkan kaki saya bisa selonjoran di sana. Mantap!

Tak lupa saya mengucapkan terimakasih untuk kalian, wahai pembaca. Terima kasih yang sebesar-besarnya sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya. Terimakasih atas apresiasi yang anda berikan. Sungguh, saya tak pernah terpikir akan ada orang yang membaca tulisan tentang gadis yang bisa sakau karena 3 hari tidak minum Milo atau merasa sakit hati karena tidak bisa tumbuh lebih tinggi.

1055. Ini saatnya memikirkan kelanjutan rencana blog ini. Akan seperti apa blog ini di kemudian hari? Akankah terus berlanjut ataukah hidup segan mati tak mau layaknya zombie *berubah jadi Dolores O’Ridorian*? Bagaimana postingan yang selanjutnya? Akankah tetap mempertahankan gaya yang serabutan, ngawur, dan sekenanya atau berkembang kea rah yang lebih serius? Dan masih banyak pertanyaan lain yang jawabannya masih berupa “entahlah”.

Oh ya, tolong dimaklumi jika anda mendapati banyak kata “Sooyoung” tersebar di sini. Soalnya saya tidak suka Yoona dan Jessica (ampun kakak! Jangan lempari saya…). Eh bukan itu maksudnya! Tolong dimaklumi banyaknya sebaran kata “Sooyoung” di sini, soalnya dia itu tinggi tinggi sekaliii, dan saya terobesi menjadi tinggi. Gomen ne, minna-san!

Akhir kata, saya ucapkan sekali lagi, selamat mengikuti Dunia Maya. Selamat menikmati dunia dari kacamata saya. Sebuah dunia di mana kehidupan terkadang tidak berjalan seperti biasanya.

(teman-teman dalam kegiatan 31 Hari Menulis. Sedang bermain dengan aplikasi Little Photo)
Published with Blogger-droid v1.6.8

Tuesday, May 17, 2011

Petrolhead

"I'm in love with my car. Gotta feel for my automobile. Get a grip on my boy racer rollbar. Such a thrill when your radials squeal" (I'm In Love with My Car - Queen)

Saya suka mobil. Waktu kecil, kegiatan yang sering saya lakukan adalah duduk di kursi supir mobil yang ada di rumah. Mobilnya waktu itu adalah Mitsubishi Colt keluaran 1983. Seiring berjalannya waktu dan membaiknya kondisi finansial, Colt tua itu berganti rupa menjadi Toyota Kijang, Isuzu Panther, bahkan sempat pula menjadi Peugeot 505 GTI keluaran 1989 (yang di kemudian hari menjadi mobil impian saya). Mobil boleh berganti, hobi duduk di kursi sopir tetap berjalan. Rasanya sangar sekali bisa duduk di sana, pura-pura menyetir, sambil mereka ulang adegan car chasing ala Knight Rider atau Viper (ada yang masih ingat serial ini?). Sampai-sampai hampir semua foto masa kecil saya posenya tidak jauh dari duduk di kursi mobil, nangkring di kap mobil, atau nyetir mobil-mobilan.

Selain hobi (pura-pura) menyetir, saya juga suka membaui mobil. Di masa mudanya, Soichiro Honda gemar mengendus-endus minyak yang tercecer saat sebuah mobil lewat di depannya. Beliau mengingatnya sebagai pengalaman yang “membuat jantung saya berdebar keras penuh gairah”. Sementara saya suka membaui asap yang keluar dari knalpot mobil. Sama seperti Honda, saya mengingatnya sebagai pengalaman yang mengasyikkan. Bagi saya bau asap knalpot itu lebih enak dibanding aroma cologne Johnson & Johnson. Mungkin karena hobi mengisap asap knalpot yang penuh NOx dan gas polutan itu, otak saya jadi agak rusak di kemudian hari.

Petrolhead (n) a person who is extremely enthusiastic about cars and driving, especially fast cars and motor racing, and who does not want to use any other sort of transport (Oxford Dictionaries)

Apakah saya petrolhead? Bisa iya, bisa tidak. Ya, jika ukurannya antusiasme terhadap mobil dan segala kegiatan yang berhubungan dengan setir mobil. Tidak, karena 1. Saya belum punya SIM A. 2. Saya belum punya cukup uang untuk membeli mobil sendiri. 3. Saya belum menemukan Peugeot 505 GTI 1989 atau Fiat Uno Turbo atau Honda Civic Estillo yang kondisinya oke dan mau dilepas pemiliknya. HUH!

Saya suka mobil. Kenapa? Karena bagi saya mobil itu punya “muka” dan “badan”. Aduh, bagaimana menjelaskannya ya? Jadi yang saya maksud “muka” mobil terdiri dari headlamp, lampu sein, gril, bumper depan, dan bonnet. Gabungan kesemuanya itu membentuk wajah sebuah mobil. Sementara “badan” merujuk pada bagian mobil di samping. Terdiri dari pilar A, pilar B, pilar C, dan pilar D. Gabungan kesemuanya ini bisa menghasilkan lekukan “badan” mobil.

Kriteria saya suka atau tidak dengan sebuah mobil lebih banyak dipengaruhi dua faktor itu. Wajah, misalnya. Favorit saya adalah Peugeot seri x05 (mis, 505 dan 405) dan x06 (206, 306 dan 406) “wajah”nya enak dilihat. Headlamp kotak, runcing, dengan gril memanjang, wuih…mobil-mobil itu terlihat seperti singa, dan singa adalah logo Peugeot. Makanya saya benci dengan Peugeot seri x07. Dengan lampu yang memanjang sampai bonnet, gril yang besar dan diletakkan di bumper, wajah mobilnya terlihat seperti orang meringis kesakitan. Itu jelek.



Ini bagus



Ini bencana

Masalah “badan”, saya suka dengan mobil yang bonnetnya panjang, garis atapnya menukik tajam, dan buritannya menungging dengan overhang yang tinggi. Untuk ini, mobil sport dekade 70-80an juaranya. Wuah…ga kuat saya lihat lekuk Toyota GT 2000, Toyota Celica generasi pertama, Nissan Fairlady Z 432, atau Fiat X1/9. Kalo di jaman sekarang Mercedes CLS, Mazda RX8, Fiat Coupe, dan Ferrari 458 Italia adalah favorit saya. Mobil-mobil itu indah sekali dipandang dari samping.
Untuk “mobil biasa”, lagi-lagi Peugeot yang saya suka. Favorit saya, Peugeot 405, 206, dan 406. Lekuknya indah. Garis bonnet, bodi samping, garis atap, hingga buritannya terjalin secara harmonis (bahasanya gak kuat). Saya bisa ternganga dan bergeming jika melihat mobil-mobil itu melintas. Mereka ini jenis mobil yang mengalihkan dunia #kumat.



Nissan Fairlady Z432. Ini contoh badan yang...sempurna

Untuk mobil yang banyak beredar di Indonesia, Honda dan Mazda adalah merk yang mobil’-mobilnya aduhai. Saya suka banget bentukan mobil Honda, terutama seri Civic hatchbak. Civic Nouva dan Estillo adalah favorit saya. Keren, sangar, tapi tetap enak dilihat. Dari pihak Mazda, favorit saya adalah Mazda Astina. Mobil hatchback dua pintu yang lampunya model pop-up. Mobil itu mengingatkan saya dengan mobilnya Jiban. Untuk versi modernya, saya cinta berat dengan Mazda 6, apalagi yang warna putih. Jujur, ini mobil tetangga dekat kosan. Jujur lagi, saya selalu menoleh setiap mobil ini diparkir dan pernah mengikuti mobil ini waktu dia keluar. pPercayalah, sepanjang jalan, orang-orang terpaku dan diam saat mobil ini lewat. Duh, kayaknya saya lebih tertarik sama perawakan mobil dibanding perawakan anggota boyband #dibandem.

Oh ya, Alfa Romeo juga merk yang menciptakan mobil yang enak dilihat dan garis badannya indah. Tapi menemukan merk ini di jalan seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Susaaaaaaaaaaaaaaaaah banget. Makanya saya heboh waktu melihat ada Alfa Romeo melintas di jalan dekat bandara Soekarno Hatta.

Saya suka mobil. Secara tidak sadar saya belajar membedakan jenis mobil sampai ke detail-detailnya. Sedetail-detailnya, hingga sampai tahapan dapat membedakan versi facelift sebuah tipe tertentu dari lampu belakang atau grill depan. Nggak penting memang, tapi saya suka merepotkan diri sendiri dengan hal-hal yang remeh temeh.

Call me crazy. Call me blind. But I’m in love with my the car.

(STOP PRESS! Walau tidak punya SIM A, tapi saya bisa mengeluarkan mobil dari garasi #sombong)

Wednesday, February 2, 2011

Sekapur Sirih

Perjalanan panjang dimulai dari satu langkah awal (Sun Tzu)


Booba!

Aduh, lama sekali saya tidak menulis. Terakhir kapan ya? *ngecek agenda*, emm...23 Agustus 2010. Itu artinya sudah enam bulan yang lalu. Kalah deh Bang Thoyib *plaaak*. Sebenarnya saya sudah ada Multiply dan isinya sudah ehm lumayan banyak. Tapi untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak, saya lupa username dan passwordnya.

Muter-muter lama, akhirya kepikiran pindah ke Blogger sajalah. Alasannya simpel, saya punya akun Gmail jadi gampang ngurus Blogger. Wagu? Ya terserah saya dong, wong saya yang punya kok *nyolot*. Harapannya sih cuma satu: semoga blog ini usianya lebih awet dari Diary saya *diari cyyiin, jaman kapan?*

Akhir kata, inilah Dunia Maya. Inilah dunia yang dilihat dari kacamata saya. Jadi, silahkan nikmati Dunia Maya, tempat di mana hidup terkadang menjadi tidak biasa.

Adios Amigos!
#potongpita #potongtumpeng #taburconfetti