Sunday, May 22, 2011

Arti Tangan Kiri

Apa arti tangan kiri? Ternyata tangan kiri tidak hanya sekedar untuk c*bok. Tanpa disadari, tangan kiri juga menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari keseharian ummat manusia. Aduhai, saya terlihat intelek dan bijaksana sekali saat menulis ini. Jangan tertipu hihihih

Saya kemarin melakukan sebuah kebodohan yang berakibat bahu kiri saya sakit sakit sekaliiiiii (pake nada "naik-naik ke puncak Gunung"). Namun saya tetap melaukan kegiatan seperti biasa. Well, tidak seperti biasa sih, tapi ya intinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Tapi dalam perjalanan pulang dar markas Gorgom saya mengalami nyeri yang luar biasa. Apa daya, saya mampir ke apotek langganan (langganan kok ya apotek sih, miris sekali lho nasibku) untuk membeli Salonpas. Berhubung saya lagi banyak uang, saya beli dua macam sekaligus. Varian normal dan varian Pain Relief Patches. Langsung saya pasang toga lembar. Panas? Ho oh. Tapi apa daya, nyeri mengalahkan segalanya.

Nah tadi pagi, di saat saya mengangkat gelas untuk bikin kopi, baru terasa sakit yang amat sangat luar biasa. Onde Mande! Saya meringis kesakitan. Cepat-cepat saya pindahkan gelas dan membuat kopi semata-mata hanya mengandalkan tangan kanan. Kemudian saya tidur-tiduran

Dan selanjutnya saya ingat jika harus mencuci. Dan harus menengok sepupu yang lagi ikutan bimbingan belajar di daerah Taman Siswa. Saya coba mencuci secara normal dan gagal. Karena jangankan mengucek, mengangkat tangan saja saya merasa kesakitan. Ya sudah saya mencoba mencuci dengan satu tangan. Dan itu repot kakak. Tapi saya bangga sekali bisa mencuci dengan satu tangan.

Karena semakin lama semakin nyeri (dan semakin ga bisa ngapa-ngapain), saya mendatangi teman yang kuliah di FK. "Mbak, ini kayaknya robek deh. Coba kamu periksa dokter." katanya Duh, serem saya. Tapi saya ingat satu kewajiban lagi, menengo sepupu di Taman Siswa. Uh...jika boleh memilih saya lebih baik mendatanginya di saat keadaan bahu ini sudah lebih baik. Tapi berhubung saya sepupu yang baik hati, cantik, rajin menabung, dan berkebun (Pembaca langsung melempar batu), maka saya berangkat ke sana. Oh Mama Oh Papa, setiap saya menarik tuas rem itu adalah saat paling menderita. Dan saya harus menarik tuas rem berulang kali kecuali saya ingin kecelakaan lagi (dan di jalan saya bertemu gebetan. IHI!)

Rasa sakit yang mendera sepanjang perjalanan membuat saya berkata "This is it!" eh bukan "That's it. Aku harus beli obat!" Maka saya menuju apotik di samping UNY. Masuk ke sana dan mencari Counterpain. Mungkin karena muka saya terlihat sakit sekali, saya disarankan untuk perikas dokter. Hasilnya? "Mbak, itu ligamen di sekitar tulang belikatnya ada yang robe" kata mbak dokter. "APAAA!?" saya terkejut. "Iya, mbak. Tapi cuma sedikit kok" ujar mbak dokter buru-buru menenangkan. Saya diberi salep dan obat yang harus diminum. Plus saran lain "tangan kirinya jangan banyak beraktifitas ya, mbak"

Sesampainya di kos, saya memikirkan arti tangan kiri.

Tanpa tangan kiri kita tidak bisa mengucek dan memeras cucian dengan benar.
Tanpa tangan kiri kita tidak bisa membuat kopi dengan cepat.
Tanpa tangan kiri kita tidak bisa mengetik di hape QWERTY dengan nyaman.
Saat tangan kiri kita tidak bisa dipakai, maka memakai baju menjadi kegiatan yang sungguh menghabiskan waktu.
Saat tangan kiri sakit, maka kegiatan menarik tuas rem motor menjadi kegiatan yang menyiksa.
Saat tangan kiri tidak bisa dipakai, maka menulis blog menjadi kegiatan yang rasanya dilakukan sejak jaman megalitikum. Saking lambatnya kita mengetik.

Seperti yang saya lakukan hari ini.

*tenggak Neurodex*

No comments:

Post a Comment