Hari ini saya kehujanan. Dua kali. Yang pertama saat dalam perjalanan menuju Lapau Uni. Cuaca masih cerah saat saya berangkat dari kos. Tiba-tiba saja, di pertigaan dekat Hari's, byur! Hujan deras melanda. Kelabakan, saya cari tempat berteduh untuk memakai jas hujan. Ehh...tidak tahunya, sekitar 100 meter kemudian, hujannya mengecil. Sesampainya di Lapau Uni, hujannya malah mereda. Mungkin ini yang namanya anomali cuaca. Mungkin global warming memang benar adanya (habis ini saya jadi buronan aktivis Greenpeace sedunia hehe)
Yang kedua terjadi sepulangnya saya karaokean. Langit memang sudah gelap saat kami keluar. Menyusuri ring road, hujan mulai turun. Selepas perempatan Kentungan....BRESS! Hujan besar mengguyur tubuh kecil nan lemah ini *ditendang Sooyoung*. Segera saya melipir ke pelataran Circle K Jakal. Cepat-cepat saya ambil dan pakai jas hujan. Paduan cepat dan buru-buru membuat ritsleting jas hujan saya patah. MAMPUS! Apa daya, saya masukkan jas hujan ke celana dan menembus hujan yang sudah mirip dengan badai itu. Sepanjang perjalanan, saya merasakan air hujan menembus tubuh. Dingin. Tidak cukup dengan itu, air juga terasa masuk ke sepatu saya. Sepatu aku...sepatu Reebok Classic aku basaaaah. Tidaaak! #nangis
Sedia payung sebelum hujan. Itu kata orang bijak. Tapi siapapun yang membuat kalimat itu, saya pikir dia bukan orang Indonesia atau orang yang tinggal di kawasan tropis. Dengan curah hujan yang tinggi, kadang mencapai 300 mm setiap tahun, sudah jelas payung tidak akan mampu menahan curah hujan dan intensitasnya yang begitu tinggi. Makanya bagi kita, sebagai orang yang tinggal di negara bercurah hujan tinggi, sudah lumrah rasanya untuk menyimpan jas hujan di kendaraan kita. Uhh...ini jelas untuk orang yang kendaraannya motor atau sepeda ya, bukan mobil. Yang punya mobil, jangan sekali-kali memakai jas hujan di mobil kecuali Anda ingin dianggap saudara Lady Gaga (habis ini saya jadi buronan fans Lady Gaga sedunia hahaha)
Terlepas dari penderitaan (baca: kesialan) tadi, saya suka hujan. Dulu waktu kecil saya senang keluar rumah untuk bermain hujan-hujanan. Lalu besoknya saya sakit dan tidak masuk sekolah. Hahaha!
Tapi saya suka hujan. Bagi saya hujan itu melankolis romantis. Coba deh lihat adegan film yang melibatkan hujan di dalamnya. Pasti sebagian besar adegan terasa melankolis atau romantis atau malah kedua-duanya. Melankolis bukan melihat adegan Amira yang mencari Pak Prabu di bawah guyuran hujan lebat? Adegan seseorang yang menunggu kekasihnya di tengah hujan lebat juga tidak pernah gagal membuat saya tersentuh. Oke, mungkin contohnya tidak bermutu. Tapi saya harap anda faham maksudnya. Adegan yang melankolis romantis itu selalu melibatkan hujan di dalamnya.
Saya suka hujan. Karena dengan turunnya hujan, saya punya alasan tepat untuk menajamkan kemampuan the art of doing nothing. Iya, maksudnya leyeh-leyeh di kamar, malas-malasan, guling-guling di kasur. Oke, saya memang pemalas. Tapi hujan membuat level kemalasan saya mencapai tingkat tertinggi.
Momoko Sakura, pengarang komik Chibi Maruko-Chan, pernah mengatakan jika dia merasa bagai seorang puteri saat hujan turun. Kenapa? Karena dia bisa bersantai-santai dan meringkuk di selimut seharian. Toss tante! Ternyata kita sama.
Saya sangat menikmati hujan. Ada kebahagiaan tersendiri saat memandangi tetesan air dari balik jendela. Memandangi riak yang timbul di kolam renang depan kamar. Entahlah, saya merasa itu hal yang menghibur hati. Lagian wagu juga jika saya masih main hujan-hujanan dan kemudian sakit.
Cara lain untuk menikmati hujan adalah membuat minuman dan makanan hangat. Mie rebus terasa sangat lezat jika dimakan saat udara dingin, apalagi saat hujan. Kenikmatan lain datang dari dua benda ini: Milo dan Nescafe. Eits, ga usah protes! Dua minuman ini kadar kenikmatannya meningkat berlipat-lipat saat diminum saat hujan. Apalagi jika yang anda konsumsi Nescafe Gold dan Milo Fuze. Ibarat kata The Corrs, I'm in borrowed heaven. OK, I'm exaggerating here.
Saya suka hujan. Suka dengan bau tanah yang disiram air hujan. Segar, sejuk, namun menciptakan kehangatan tersendiri. Mungkin harusnya ada parfum yang diciptakan dari aroma tanah yang disiram air hujan.
Hujan. Saya suka hujan. Karena ia memberikan banyak hal yang bisa dinikmati. Walaupun sekedar meringkuk di selimut sambil mendengarkan alunan Taeyeon yang diputar iPod. Seperti yang saya lakukan saat menulis ini.
Duh, anget....
Published with Blogger-droid v1.6.8
No comments:
Post a Comment