Showing posts with label Graduation Project. Show all posts
Showing posts with label Graduation Project. Show all posts

Monday, August 15, 2011

Segitiga Cucut - Donghae - Sica


Angka 13 dikenal orang sebagai angka sial. Konon mitos ini berasal dari malam Friday the 13th di mana banyak orang mengalami banyak kejadian buruk di malam itu. Atau karena jika angka itu digabungkan (1 + 3) maka jumlahnya menjadi 4. Angka yang dianggap angka sial bagi masyarakat Jepang. Karena konon ini adalah angka kematian.

Namun pada tanggal tersebut di bulan Juni lalu, Ayu Puspita Karwinandhi alias Cucut menjalani pendararan. Sebagai teman yang baik, saya tentu khawatir akan nasibnya di hari itu. Sebegitu khawatirnya hingga saya mulas-mulas di malam sebelumnya.

Tapi itu bohong.

Bukan karena itu sih, tapi saya mulas karena salah makan. Saat makan siangmu Mas Kobis dengan cabe 15 dan makan malammu ayam goreng dan sambal bawang SS, maka bukan hal yang aneh jika kamu mulas.

Ah, anyway, pendadaran Cucut merupakan pendadaran terakhir di bulan Juni. Harusnya sih begitu. Namun karena  satu dan lain hal maka masih ada beberapa orang yang didadar setelahnya.

Tapi berhubung yang didadar adalah Cucut tentu harus diadakan persiapan yang yahud. Ya, ini Cucut. Pentolan Geng Webeh yang terkenal itu. Gadis tinggi yang sering memakai alas kaki yag tinggi juga. Cucut yang naksir sama Donghae dan membenci Jessica karena pernah pacaran sama si Ikan, begitu sebutan cucut pada Donghae. Cucut yang sering minta dibeliin cireng sampai dikenalin abang-abangnya.

Tak ada asap jika tak ada api. Tak ada hasil jika tak ada persiapan. Jangan hiraukan perbandingan ngaco tadi, tapi intinya persiapan untuk merayakan pendadaran Cucut dilakukan jauh-jauh hari. “kepada emailmaksa diharap segera OL di YM” begitu tweet saya suatu hari. Ini adalah #kode bagi si maknae untuk segera berpartisipasi di program agak selo ini. Kami pun membahas segala persiapannya di situs chatting tersebut. Termasuk rencana joget Gee atau Genie saat dia dinyatakan lulus. Astaga, kami sunguh sangat selo sekali.

Paginya saya kesiangan lagi berangkat ke kampus dan, seperti biasa, menuju ruang ujian. Di sana para pentolan geng Webeh sudah berkumpul. Ditambah dengan tiga additional player yaitu Risa sang calon mahasiswa baru, Mbak Dama, dan Mba Sinta. Tanpa banyak cingcong kami pun mengerjakan spanduk yang akan kami berikan untuk gadis tinggi yang sepertinya semakin hari semakin tinggi ini (saya agak sakit hati menuliskannya).

Desain draft sudah oke dibuat. Layout segala macamnya pun sudah yahud. Namun kami baru menyadari jika *jreng jreng jreng*

Tulisan tangan kami tidak ada yang bagus.

Sekali lagi.

Tulisan tangan kami tidak ada yang bagus

*didramatisir*

Haduh haduh panik kami jadinya. Akhirnya setelah melalui perdebatan sengit dan silat lidah yang memakan banyak waktu, diputuskan jika yang menulis ucapan selamat adalah Risa si calon maba. Tulisan yang ditulis adalah (kalimat ini aneh ya, tulisan ya ditulis.)

Ucapannya berbunyi:

Chukahamnida Ayu P. Karwinandhi SIP. Sarjana Ilmu Perkorean.


(ini bentukannya)

Kenapa sarjana Ilmu Perkorean? Sudah pasti itu menunjukkan tema skripsi gadis tinggi semampai ini.

Kemudian kami memutar otak untuk merancang spanduk yang kedua. Karena kami ingin membahagiakan hatinya, maka kami memutuskan untuk menggambar Donghae di spanduk yang satunya lagi. Tentunya dengan ucapan selamat biar tambah kiyut.

Tapi karena kami tidak bisa menggambar wajah Donghae dengan benar keterbatasan waktu dan tempat, kami tidak bisa menggambar aslinya. Saat itulah muncul ide cemerlang: “bagaimana jika kita menggambar ikan saja?”. Hal ini dipicu dari fakta jika panggilan sayang Donghae sering disebut si Ikan oleh Cucut. Eureka!

Saya yang diserahi tugas menggambar si Ikan. Dan tergambar dengan baik dan benar. Kemudian muncul ide lain yang tidak kalah luar biasa. “Bagaimana jika kita memasukkan gambar Jessica di posternya?”


(si ikan sedang digambar)

Dan saya pun menggambar asal-asalan si cewek saingan Cucut ini di pojok kiri poster. Jadinya bagus loh *sombong*. Oh ya, ada tambahan ucaan Oppa Babo. Seperti bagiannya Sica di lagu Gee.  
Selesai kami menggambar, Cucut pun keluar dari ruang. Senyam-senyum dia. Kami halang-halangin agar dia tidak bisa melihat apa yang kami kerjakan.

Tidak beberapa lama kemudian Cucut kembali masuk ruangan sidang untuk mendengar pengumuman.
Konon kata kata pengumumannya diawali dari kata TIDAK.

APAAAA!???? Katakan ini bohong, Gabriela! *petir menyambar* *zoom in* *zoom out*


 Etapi itu belum selesai kalimatnya. Lengkapnya adalah Tidak Tidak Lulus.

Artinya, Cucut Lulus.

Hurrah! *lempar high heels Sooyoung*

Acara pun dimulai. Berawal dari penyematan selempang kelulusan oleh Kakak Pertama




Kemudian dilanjutkan dengan foto bersama dosen pembimbing




Tentunya penyerahan spanduk mahakarya tidak lupa.




Ada Jessicanya lhoo hoho




Acara terakhir adalah foto-foto. Sayangnya kami tidak sempat mempraktekkan Gee atau Genie. Tapi tak ada rotan akar pun jadi. Kami pun berpose ala Hoot. Trouble trouble truble shoot shoot shoot!



(ini ceritanya SNSD tapi bukan :p)



Akhir cerita cukup sampai di sini saja. Selamat ya Cucut. Semoga dapat hidup berdampingan dengan Donghae dan Sica. Oh ya…itu poster yang ada Sica-nya masih ditempel di kamar kan?
(habis ini saya ga dianggep temen lagi hahaha)

Sunday, August 14, 2011

Salam Olahraga Kakak Pertama!

Sebenarnya tulisan ini sudah dibuat, tapi karena flashdisk hilang @#$%^&!, maka baru bisa diposting sekarang.


Oh tapi sebelum saya masuk ke cerita utama perkenankanlah saya menyertakan sedikit intermeso cerita pembuka untuk mengawalinya. Sebuah cerita yang menjadi bukti jika kesamaan frame of references dapat menjadi dasar terbentuknya klik pertemanan <-- kelamaan kuliah.

Alkisah terdapat sembilan mahasiswa semester banyak gadis muda yang sering berkumpul di sudut World Bank Corner Perpustakaan Fisipol UGM. Belajar dan mengerjakan tugas? Ya, kadang. Namun mereka lebih sering mendayagunakan waktunya untuk mendownload video yang berbau Korea. Mulai dari video klip (istilahnya MV) hingga reality show Mulai dari We Got Married hingga Athena. Kebutuhan untuk tempat yang koneksinya cepat dan didukung dengan situasi yang nyaman serta fakta jika mereka adalah korban Hallyu Wave yang semakin menggila adalah faktor yang menjadi dasar terbentuknya kelompok ini. Termasuk saya, yang eksistensinya dipertanyakan, karena saya penggemar Jepang namun bergaul dengan orang-orang pecinta Korea (ini kata Cucut, bukan kata saya).

Walaupun bersembilan, kami bukan SNSD atau Cherry Belle. Bukan. Kami menyebut diri kami, sekaligus dikenal, sebagai Geng Webeh. Asalnya dari permainan singkatan tempat nongkrong kami. World Bank disingkat jadi WB diucapkan jadi Webe biar terkesan lebih oke dirubah jadi Webeh. Jadilah Geng Webeh. Hari hari berjalan damai tanpa banyak perubahan. Datang, duduk, buka laptop, barter (kalo ada yang nitip donlotan), makan jajan, makan siang, donlotan kelar dan kami pulang. Hingga di suatu hari, Cucut, yang lagi agak kurang kerjaan, membuat silsilah geng Webeh sekaligus mencetuskan nama baru untuk kelompok ini.

Maka terpilihlah nama Socialite dan, berdasarkan tanggal dan tahun lahir, kami menobatkan Mita Cindaga sebagai Kakak Pertama. Dan sejak saat itulah kami tidak memanggilnya Mita atau Mitun atau Mita Mitun melainkan Kakak Pertama.

Baiklah, kita kesampingkan saja dulu cerita mengenai Socalite alias Geng Webeh tadi. Nanti kapan-kapan saya ceritakan deh. Sekarang saya ingin bercerita mengenai Mitha waktu pendadaran.

Mita Mitun alias Kakak Pertama merupakan korban orang beruntung keempat yang menjadi sasaran proyek selo saya. Kakak Pertama adalah panutan bagi adik-adiknya. Dia rajin belajar, baik hati karena mau saja dititipin donlotan, rajin menabung, rajin berkebun, dan tidak sombong. Konon semboyan hidup Kakak Pertama adalah Men Sana in Corpore Sano karena dia atlit pingpong. Ya, dia ahli bermain pingpong jadi jangan coba-coba mempingpong hatinya. Salah-salah bisa dismash anda. Dan bukan, Smash di sini bukan Smash yang suka makan sosis So Nice, tapi smash beneran. Pletak!

Kakak Pertama juga menjadi panutan bagi adik-adiknya karena dia rajin mengerjakan skripsi. Tidak heran jika dia yang pertama kali maju sidang pendadaran pada 6 Juni lalu. Maka dari itu kami, adik-adiknya yang bangga padanya, memutuskan untuk membuat selebrasi untuk Kakak Pertama tercinta. Malah kami berpikiran lebih jauh untuk memberikannya selempang yang nantinya akan menjadi selempang bergilir untuk anggota Geng Webeh yang lulus.

Tugas pun dibagi. Saya yang membawa spidol dan membeli kain. Matong alias maknae alias anak termuda alias Adik Bungsu membeli kertas buffalo. Rencana kami terlihat begitu sempurna dan luar biasa.

Namun tidak berarti prosesnya mulus tanpa hambatan. Pertama-tama saya bangun kesiangan dan menyadari jika waktu sudah menunjukkan pukul 9. Padahal Kakak Pertama juga didadar jam segitu. Apa boleh buat mandi koboi (tak perlu saya jelaskan artinya ya) pun dilakukan untuk kemudian cuss ke toko ATK terdekat. Dapatlah spidol guede. Ya, spidol guede yang biasa digunakan untuk menulis alamat di kardus paket barang. Dapat. Kemudian saya cuss ke Jl.Solo untuk mendengarkan lagu India membeli selempang. Saya cek hape. Matong dan Cucut berkali-kali SMS dan miscall.
“Di mane lo? Kakak Pertama udah masuk dari tadi!”  begitu bunyi sms dari si maknae.

Saya bergeming dan mencari kain yang cocok untuk dibuat selempang. Untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak, kain yang saya inginkan untuk selempang ternyata tidak ada. Yah apa boleh buat saya lanjut saja ke kampus. Masuk dan lari menuju ruang sidang di lantai dua. Sesampainya di sana, Geng Webeh sedang tekun menulis poster untuk Kakak Pertama yang sedang didadar. Satu yang sudah selesai bertuliskan GIP alias "Graduate in Peace Mita Cindaga SIP. Sarjana Ilmu Poli.” Ilmu apalagi itu? Ilmu Poli adalah ilmu tentang voli alias poli, topik skripsi Kakak Pertama. Loh bukankah Kakak Pertama adalah atlet pingpong kenapa dia menulis skripsi tentang voli? Ya terserah dia dong.


(Sarjana Ilmu Poli)

Tidak beberapa lama kemudian, Kakak Pertama muncul dari ruang sidang. Kami menyembunyikan spanduk yang sudah jadi dan mengobrol sebentar. Selang beberapa menit, Kakak Pertama kembali dipanggil ke ruang sidang. Kami pun melanjutkan menulis spanduk untuknya. Kali ini bertuliskan “Kakak Pertama, adikmu bangga kamu menjadi sarjana”.

Lama Kakak Pertama berada di sana sampai-sampai kami harus melongok ke dalam untuk memastikan keadaannya. Sampai akhirnya pintu terbuka dan kami menyerbu ke dalam. Di sana Mas Sulhan sudah senyum-senyum sendiri.

“piye? Piye” tanya kami bergantian pada Kakak Pertama. Dan pertanyaan kami dijawab oleh Mas Sulhan dengan singkat dan jelas, “Selamat mit”

Hurrah, Kakak Pertama LULUS.

Dan hati Kakak Pertama yang bagai baja itu pun luluh juga. Satu dua tetes airmata berjatuhan untuk kemudian menjadi sebuah tangisan bahagia.


Setelah bertangis-tangisan, kami pun menyerahkan mahakarya yang sudah dibuat sebelumnya. Kakak Pertama sontak tertawa bahagia.


(Setelah menangis langsung tertawa. Kakak Pertama memang luar biasa)



(Adik-adikmu bangga padamu, Kak)

Akhir kata selamat untuk Kakak Pertama yang sudah lulus dan sebentar lagi wisuda. Jika kamu bingung cari kerja mungkin ada baiknya mencoba rekomendasi mas Sulhan, yaitu jadi Humas PSSI.

Salam Olahraga!


Saturday, June 11, 2011

Willy, S.IP - Sarjana Angker

Seperti yang sudah pernah ditulis, berakhirnya program 31 Hari Menulis membuat saya harus memutar otak untuk melanjutkan kehidupan blog ini. Dan, ting tong teng, keluarlah ide untuk membuat sebuah proyek merayakan pendadaran teman. Agak sangat kurang kerjaan sekali memang. Mengingat pendadaran diri sendiri saja hanya diketahui oleh rumput yang bergoyang.

Dua korban tahap awal, Damar dan Handyna, sudah berhasil digarap. Konon Damar bahkan langsung cuci blow ke Rinjani setelah disiram Coca-Cola. Lengket lengket basah dingin gimana gitu katanya. Mehehe….

Malamnya, saya pergi ke Cinnamon, di mana saya bertemu sang storyteller berinisial A. Sebut saja namanya Awe. Sering sekali ya saya menyebut namanya di sini? Ah jangan berpikiran macam-macam. Di sana Awe sedang duduk bersama Mbak Pulung, Dek Ijah Imut, dan Ocha Gorgom. Ya, mereka pasti sedang merekap dan mengecek tulisan peserta lomba menulis ini.

Setelah Awe selesai merekap dan memposting tulisan, dan saya sudah selesai download video Hello Baby SNSD, kami duduk bareng. Saya tanya siapa yang akan didadar. Mas Willy dan Mas Iqbal Babal Hamdan katanya.

"Heh sesuk Willy didadar jam piro?" tanya saya (heh, besok Willy didadar jam berapa)

"jam siji cum" jawab Awe (jam satu Cum)

Setelah itu, Kak Maya dan Awe, dua manusia yang agak kurang kerjaan, membuat rencana untuk merayakan kelulusan mas Willy. Kenapa harus dirayakan? Kenapa harus Willybrodus Yudha? Karena eh karena:

1. Mas Willy adalah pemandu kelompok Makrab saya dulu.

2. Mas Willy beserta Mas Gilang adalah dua pria berbadan besar yang sering menepuk saya dari belakang. Niatnya menepuk, kenyataannya saya kelempar 5 meter ke depan #lebay

3. Mas Willy adalah Liverpudlian dan saya Gooners sekaligus Yiddos. (njuk ngopo lho, May)

4. Mas Willy adalah pria yang pintar memasak.

5. Mas Willy adalah orang yang sering mengingatkan Awe untuk sholat.

Oke, alasan yang dikemukakan memang tidak penting. Tapi pokokmen kami merasa HARUS merayakan pendadaran mas Willy. Dan kami mempunyai ide yang sangat asoy untuk itu.

"Nggawe spanduk nggo Willy yuk, We" (bikin spanduk buat Willy yuk we)

"Ooh, ide bagus kuwi cum. Ayo nggawe sing heboh"

"Enaknya gimana ya spanduknya?"

Di sinilah keusilan kreativitas kami merajalela.

"Nganggo kain wae. Men apik"

"Oh yo, bener We. Ditulisi nganggo pylox sisan"

"Oh ya, bener-bener. Mantep kuwi, Cum. Apik!"

Kami pun sepakat untuk membuat spanduk dari kain untuk Mas Willy. Kesepakatan dibuat. Saya yang bagian beli-beli. Awe yang bagian mengerjakan. Besoknya ketemu di kampus. Oke. Saya pun pulang.

Keesokan harinya, dimulailah perburuan saya mencari bahan-bahan untuk spanduk mas Willy. Hari itu cerah. Mentari bersinar sangat terik. Langit biru. Tanpa awan putih sedikit pun yang menggantung. Panas lah intinya. Saya gowes menuju Jl.Solo. Ke deretan toko kain yang berjejer di sana. Seperti sebelumnya, sesaat setelah saya masuk ke dalam tokonya, lagu yang diputar berubah. Dari Armada menuju ke soundtrack film India. Kali ini, soundtrack film Mohabbatein. Iseng sekali sih pegawainya.

Singkat kata, saya akhirnya berkeliling mencari kain sambil sesekali menyenandungkan lagu yang sedang diputar (ternyata hafal). Pilah pilih pilah pilih. Saya tanya pegawainya kain yang saya butuhkan. Putih, polos, murah, dan tebal. Biar tidak tembus saat disemprot pylox. Tanpa tedeng aling-aling, pegawainya bertanya "mbaknya mau demo ya?" Kaget saya, "Enggak, mas! Bukaaaan. Saya ga hobi demo". Akhirnya ketemulah kain yang dibutuhkan. Saya beli dua meter. Kemudian menuju kasir untuk bayar.

Saat mengantri di kasir, saya mematutkan diri di cermin. Dengan vest yang lusuh, celana jeans, sneakers, dan masker wajah, bentukan saya memang lebih cocok sebagai orang yang akan berdemo daripada mahasiswa imut lucu dan unyu #eh. Dibayar, saya lanjut ke kampus. Ampun, panas banget udaranya. Tapi demi dia. Demi Mas Willy, pria besar bertampang sangar tapi harum layaknya bunga mawar #eaaaa, saya meneguhkan diri gowes ke kampus. Sampai. Kampus sepi karena dipakai SNMPTN. Celingak-celinguk saya cari Awe. Tidak ada. Saya telpon anak gaul Klender ini. Ternyata pulsa habis. Cih! mahal sekali sih pulsa si Merah ini.

Oh, untung ada Matahari. Saya pinjam handphone miliknya untuk mengirim SMS. “ning ndi kowe?” bunyinya. Sembari menunggu jawaban, saya menuju lokasi ruang sidang. Tak lama, doski eh Awe datang. Kami pun segera beraksi. Kain putih kami rentangkan. Pylox dikocok-kocok. Belum sempat pylox disemprot, kami sudah disemprot petugas CS, “Hei, jangan corat-coret di lantai”. Dikiranya kami mau melakukan vandalisme (sebenarnya iya sih)

Apa boleh buat, kami pun melipir ke, emm…apa ya namanya itu. Entahlah. Yang jelas semacam ruang kosong di lantai satu. Ya, kami ke sana dan mulai melakukan vandalisme, membuat spanduk untuk Mas Willy.

Mengingat keterbatasan kain dan radius semprotan pylox yang besar, maka kami memilih menyemprotkan kata-kata yang singkat namun garang oy. Kata yang kami pilih adalah, jreng jreng jreng, “WILLY, S.IP” dan “ANGKER”. Kenapa harus S.IP? Karena Mas Willy adalah Sarjana Ilmu Perradioan #ngacoah. Kenapa angker? Karena....karena...doi ANGKER mamen! Etapi walau perawakan doski angker, namun sesungguhnya dia adalah pria yang hobi masak. Uff, anyway, kami pun mulai beraksi.



Oknum Awe sedang beraksi

Setalah selesai semua, kami punya gagasan yang lebih asoy lagi. “Piye nek digantung wae, We? Jadi semua orang bisa tahu kalo Willy sudah lulus. Sarjana lho iki. SARJANA, coy!” ujar saya berapi-api. “Oh ya, betul juga Cum. Angker ki. Willy ki sarjana angker!” balasnya. Dan adegan selanjutnya bisa anda tebak, kami BENAR-BENAR MENGGANTUNG spanduk yang tulisannya WILLY, S.IP di lantai satu.


Berpose bersama dik Matahari


Tak beberapa lama, mbak Mayda sang penyiar Swaragama datang. Hore! Mas Willy pendukungnya tambah banyak.

Sekitar jam 2-an, Mas Willy keluar dari sidang dan dinyatakan LULUS! Segera kami serahkan spanduk mahakarya itu dan tak lupa berfoto bersama.



Foto dulu dong, cyiiin


Rawk, mamen!




Gayanya harus menggambarkan keangkeran. Rrrawwwr!

Akhir kata, selamat untuk Willybrodus Yudha, S.IP. Sarjana Ilmu Perradioan #ngawur. Kami tunggu sumbangsihmu untuk bangsa dan negara #tsaaah.

SALAM ANGKER! Rrrawr!

Thursday, June 2, 2011

Merayakan Pendadaran Dengan Selo

Sudah bulan Juni. Itu berarti sudah menginjak pertengahan tahun. Itu berarti sudah harus bayar uang kos. Itu berarti sudah hampir UAS. Itu berarti sudah tiga bulan skripsi Si Es seperti listrik. Statis

Sudah bulan Juni berarti berakhir sudah program 31 Hari Menulis. Kompetisi ini berakhir dengan keluarnya Mbak Syaifatudina alias Dina Camen sebagai pemenang (larung! larrung!). Dengan begitu, doi pantas dikalungi gelar BLOGGER TERANGKER KOMUNIKASI UGM. You rawk bangeudzzz mbak!

Jujur, saya sangat terbantu dengan adanya program menulis selama bulan Mei ini. Pertama, karena program ini hari-hari saya tidak semata-mata dihabiskan dengan guling-guling di kamar atau melakukan hal tidak produktif lainnya. Program ini memaksa, dalam arti yang positif, pesertanya untuk memeras otak untuk menghasilkan tulisan setiap hari. Which is good.

Kedua, karena program hasil gagasan selo oknum Ardi Wilda inilah grafik di blog rodo tidak jelas ini menjadi layaknya grafik harga minyak Brent saat krisis dunia Arab kemarin. Meningkat tajam.

Tapi di bulan Juni tidak ada kompetisi semacam ini. Katakanlah 30 Hari Menulis Diary atau 30 Hari Mengirim Ke Surat Cinta (ngirim ke siapa juga lho, May :| ). Jadi saya harus mencari cara lain agar bisa produktif. Agar hari-hari tidak sekedar diisi dengan malas-malasan yang kadang membuat bosan (bahkan untuk malas-malasan pun saya malas, kurang wagu apa lagi coba!?).

Sukurnya selalu ada jalan untuk melanjutkan nafas blog yang sering melakukan quantum leap ini. Memang benar apa kata pepatah, when there is a will there is a way.

Sebenarnya ini sudah terpikir saat penceplokan pendadaran saudari Damar dan Handyna. Menghadiri pendadaran teman dan mengucapkan selamat kepadanya merupakan perbuatan yang baik dan terpuji.

Tapi saya tidak puas.

Rasanya kurang saik. Kurang asoy. Kurang greget. Kurang sangar. Kurang rock 'n roll. Kurang...kurang apa ya. Kurang saja. Terlalu baik rasanya. Muihihihi.

Makanya kemarin saya membuat spanduk untuk anak-anak yang didadar kemarin. Ternyata menyenangkan juga. Spanduknya sih sederhana saja. Hanya terdiri dari kertas buffalo yang ditulisi dengan spidol. Hanya saja kata-lata di situ ditulis dengan bahasa yang wagu. Karena sesungguhnya di dalam kewaguan itu ada keindahan.

Dari situlah saya mendapat inspirasi. Layaknya Archimedes yang menemukan rumus berat jenis. EUREKA!

Mengingat di bulan Juni ini banyak teman yang akan pendadaran dan berhubung saya kurang kerjaan teman yang baik, saya merencanakan sebuah proyek yang berhubungan dengan kegiatan pengujian mata kuliah UNYU 600 ini.

Dan rencana kurang kerjaan proyek ini dinamakan, jreng jreng jreng,

Graduation Project.

Apakah itu? Singkatnya itu adalah proyek asoy geboy dan rodo selo dalam merayakan pendadaran. Pendadaran saya? Jelas bukan. Itu masih lama. Pendadaran orang lain. Kenapa pendadaran orang lain? Ya suka suka saya dong. Mau protes!? #dibandem

Namun hidup itu perlu aturan dan kriteria. Turun dari Metromini saja harus diteriaki "kaki kiri! Kaki kiri". Karenanya, saya perlu rasanya menetapkan beberapa aturan dan kriteria untuk proyek ini.

1. Proyek ini berlangsung selama bulan Juni. Jadi hanya berlaku untuk orang-orang yang didadar di bulan ini.

2. Orang yang terpilih akan diberi ucapan selamat yang dijamin asoy.

3. Ucapan selamat itu akan ditulis di spanduk atau kain. Tergantung kondisi keuangan, dana yang tersedia, dan keteguhan niat saya.

4. Ucapan selamat akan berisi kata-kata yang ditulis dalam bahasa yang rodo wagu. Misalnya, "congratzzz!", "keren beuedzzz", "akhirnya gUw3h LuLuSsZz", dan sebagainya. Karena sesungguhnya dalam kewaguan terdapat keindahan.

5. Bagi beberapa orang yang beruntung, tak hanya diberi spanduk, tapi juga akan dihadiahi siraman Pepsi Blue.

6. Tak lupa, ada sesi foto-foto dan wawancara. Hasilnya akan diunggah ke situs jejaring sosial. Untuk wawancara, bisa dilihat di YouTube.

7. Untuk laporan lengkapnya bisa dilihat di blog ini #promosi

8. Proyek ini terbuka terhadap ide-ide segar dan kolaborasi dengan pihak lain.

Jadi begitulah proyek untuk bulan Juni yang saya rencanakan. Setelah membaca ini ana boleh saja berpikir "kurang kerjaan banget sih anak ini" atau yang semacamnya.

Tapi sayangnya saya tidak peduli...
Published with Blogger-droid v1.6.8