Oh tapi sebelum saya masuk ke cerita utama perkenankanlah saya menyertakan sedikit intermeso cerita pembuka untuk mengawalinya. Sebuah cerita yang menjadi bukti jika kesamaan frame of references dapat menjadi dasar terbentuknya klik pertemanan <-- kelamaan kuliah.
Alkisah terdapat sembilan mahasiswa semester banyak gadis muda yang sering berkumpul di sudut World Bank Corner Perpustakaan Fisipol UGM. Belajar dan mengerjakan tugas? Ya, kadang. Namun mereka lebih sering mendayagunakan waktunya untuk mendownload video yang berbau Korea. Mulai dari video klip (istilahnya MV) hingga reality show Mulai dari We Got Married hingga Athena. Kebutuhan untuk tempat yang koneksinya cepat dan didukung dengan situasi yang nyaman serta fakta jika mereka adalah korban Hallyu Wave yang semakin menggila adalah faktor yang menjadi dasar terbentuknya kelompok ini. Termasuk saya, yang eksistensinya dipertanyakan, karena saya penggemar Jepang namun bergaul dengan orang-orang pecinta Korea (ini kata Cucut, bukan kata saya).
Walaupun bersembilan, kami bukan SNSD atau Cherry Belle. Bukan. Kami menyebut diri kami, sekaligus dikenal, sebagai Geng Webeh. Asalnya dari permainan singkatan tempat nongkrong kami. World Bank disingkat jadi WB diucapkan jadi Webe biar terkesan lebih oke dirubah jadi Webeh. Jadilah Geng Webeh. Hari hari berjalan damai tanpa banyak perubahan. Datang, duduk, buka laptop, barter (kalo ada yang nitip donlotan), makan jajan, makan siang, donlotan kelar dan kami pulang. Hingga di suatu hari, Cucut, yang lagi agak kurang kerjaan, membuat silsilah geng Webeh sekaligus mencetuskan nama baru untuk kelompok ini.
Maka terpilihlah nama Socialite dan, berdasarkan tanggal dan tahun lahir, kami menobatkan Mita Cindaga sebagai Kakak Pertama. Dan sejak saat itulah kami tidak memanggilnya Mita atau Mitun atau Mita Mitun melainkan Kakak Pertama.
Baiklah, kita kesampingkan saja dulu cerita mengenai Socalite alias Geng Webeh tadi. Nanti kapan-kapan saya ceritakan deh. Sekarang saya ingin bercerita mengenai Mitha waktu pendadaran.
Mita Mitun alias Kakak Pertama merupakan korban orang beruntung keempat yang menjadi sasaran proyek selo saya. Kakak Pertama adalah panutan bagi adik-adiknya. Dia rajin belajar, baik hati karena mau saja dititipin donlotan, rajin menabung, rajin berkebun, dan tidak sombong. Konon semboyan hidup Kakak Pertama adalah Men Sana in Corpore Sano karena dia atlit pingpong. Ya, dia ahli bermain pingpong jadi jangan coba-coba mempingpong hatinya. Salah-salah bisa dismash anda. Dan bukan, Smash di sini bukan Smash yang suka makan sosis So Nice, tapi smash beneran. Pletak!
Kakak Pertama juga menjadi panutan bagi adik-adiknya karena dia rajin mengerjakan skripsi. Tidak heran jika dia yang pertama kali maju sidang pendadaran pada 6 Juni lalu. Maka dari itu kami, adik-adiknya yang bangga padanya, memutuskan untuk membuat selebrasi untuk Kakak Pertama tercinta. Malah kami berpikiran lebih jauh untuk memberikannya selempang yang nantinya akan menjadi selempang bergilir untuk anggota Geng Webeh yang lulus.
Tugas pun dibagi. Saya yang membawa spidol dan membeli kain. Matong alias maknae alias anak termuda alias Adik Bungsu membeli kertas buffalo. Rencana kami terlihat begitu sempurna dan luar biasa.
Namun tidak berarti prosesnya mulus tanpa hambatan. Pertama-tama saya bangun kesiangan dan menyadari jika waktu sudah menunjukkan pukul 9. Padahal Kakak Pertama juga didadar jam segitu. Apa boleh buat mandi koboi (tak perlu saya jelaskan artinya ya) pun dilakukan untuk kemudian cuss ke toko ATK terdekat. Dapatlah spidol guede. Ya, spidol guede yang biasa digunakan untuk menulis alamat di kardus paket barang. Dapat. Kemudian saya cuss ke Jl.Solo untuk mendengarkan lagu India membeli selempang. Saya cek hape. Matong dan Cucut berkali-kali SMS dan miscall.
“Di mane lo? Kakak Pertama udah masuk dari tadi!” begitu bunyi sms dari si maknae.
Saya bergeming dan mencari kain yang cocok untuk dibuat selempang. Untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak, kain yang saya inginkan untuk selempang ternyata tidak ada. Yah apa boleh buat saya lanjut saja ke kampus. Masuk dan lari menuju ruang sidang di lantai dua. Sesampainya di sana, Geng Webeh sedang tekun menulis poster untuk Kakak Pertama yang sedang didadar. Satu yang sudah selesai bertuliskan GIP alias "Graduate in Peace Mita Cindaga SIP. Sarjana Ilmu Poli.” Ilmu apalagi itu? Ilmu Poli adalah ilmu tentang voli alias poli, topik skripsi Kakak Pertama. Loh bukankah Kakak Pertama adalah atlet pingpong kenapa dia menulis skripsi tentang voli? Ya terserah dia dong.
(Sarjana Ilmu Poli)
Tidak beberapa lama kemudian, Kakak Pertama muncul dari ruang sidang. Kami menyembunyikan spanduk yang sudah jadi dan mengobrol sebentar. Selang beberapa menit, Kakak Pertama kembali dipanggil ke ruang sidang. Kami pun melanjutkan menulis spanduk untuknya. Kali ini bertuliskan “Kakak Pertama, adikmu bangga kamu menjadi sarjana”.
Lama Kakak Pertama berada di sana sampai-sampai kami harus melongok ke dalam untuk memastikan keadaannya. Sampai akhirnya pintu terbuka dan kami menyerbu ke dalam. Di sana Mas Sulhan sudah senyum-senyum sendiri.
“piye? Piye” tanya kami bergantian pada Kakak Pertama. Dan pertanyaan kami dijawab oleh Mas Sulhan dengan singkat dan jelas, “Selamat mit”
Hurrah, Kakak Pertama LULUS.
Dan hati Kakak Pertama yang bagai baja itu pun luluh juga. Satu dua tetes airmata berjatuhan untuk kemudian menjadi sebuah tangisan bahagia.
Setelah bertangis-tangisan, kami pun menyerahkan mahakarya yang sudah dibuat sebelumnya. Kakak Pertama sontak tertawa bahagia.
(Adik-adikmu bangga padamu, Kak)
Akhir kata selamat untuk Kakak Pertama yang sudah lulus dan sebentar lagi wisuda. Jika kamu bingung cari kerja mungkin ada baiknya mencoba rekomendasi mas Sulhan, yaitu jadi Humas PSSI.
Salam Olahraga!
Salam Olahraga!
No comments:
Post a Comment