“Cilaka! Milo habis!” Itu jeritan hati saya Minggu malam lalu. Dalam keadaan basah kuyup dan kedinginan karena kehujanan dan kecipratan air sepanjang perjalanan, kehabisan Milo bagaikan sebuah mimpi buruk. Bagaimana tidak, sepotong kenikmatan hidup menguap begitu saja.
Saya tatap Tupperware yang biasanya berisi serbuk Milo. Hampa. Kosong. Nihil. Tanpa tersisa sebutir pun. Saya mengutuki diri sendiri yang sebelumnya lupa beli Milo saat perjalanan pulang. HIKS
Saya suka Milo. Kenapa Milo? Karena saya tak suka Dancow. Kenapa Milo? Karena saya tak suka Ovaltine. Kenapa Milo? Bawel ya! Saya sudah minum Milo sejak umur 4 tahun jadi jangan tanya alasan saya suka Milo.
Milo.
Dari dulu saya minum minuman tonik produksi Nestlé ini. Dua kali sehari, biasanya. Saat pagi dan sore atau malam hari. Diminumnya pun dengan cara yang sangat konservatif, jika tidak mau dibilang kuno. Sejumlah Milo diseduh dengan air hangat 150 mL kemudian diminum. Sesederhana itu. Jika tokoh Haname di film Instant Numa bisa berkreasi dengan membuat Milo Sludge, jika FoodFezt mempunyai menu yang bernama Milosaurus, maka cara saya menikmati Milo hanya dengan menyeduhnya dengan air panas.
Ada kriteria tertentu untuk menentukan enaknya sebuah racikan Milo. Jika Milo yang diracik sudah berwarna coklat agak-tua-pekat maka itu akan menjadi minuman Milo yang sangat lezat. Saya menyebutnya Milo-yang-Sempurna (The perfect Milo)
Takaran pastinya tidak diketahui karena saya memakai wadah Tupperware yang biasanya dipakai orang untuk menyimpan kecap. Jadi takarannya hanya bersifat intuisi.
Milo. Dari dulu saya meminumnya. Dari dulu pula saya menganggap Milo adalah susu. Apa boleh buat, sewaktu kecil dulu saat saya disuruh minum susu, orangtua atau si Mbak selalu menyodorkan segelas Milo pekat. Hanya Milo, tanpa diberi susu atau gula. Karena sudah lama dan sudah suka, dosis Milo yang saya konsumsi semakin meningkat setiap waktu. Bila normal, 300 gram Milo habis dalam seminggu. Dalam bayangan saya, semakin banyak minum Milo berarti akan membuat saya semakin tinggi atau setidaknya menambah berat badan.
Baru-baru ini saja saya tahu jika Milo itu bukan susu, melainkan minuman barley.
Pantas saya kurang kalsium.
Pantaslah saya tidak bisa setinggi Sooyoung.
Saya suka Milo. Karena Milo banyak macamnya. Tidak cuma susu eh serbuk minuman barley, Milo hadir dalam bentuk sereal, nugget (bola-bola cokelat), choco bar, UHT, Milo kaleng, atau (ini favorit saya) es krim.
Es krim Milo ini dikemas dalam kemasan cup. Rasanya coklat Milo dengan taburan butiran Milo di sekelilingnya. Rasanya, wuih….kalah deh Magnum.
Dulu, di koperasi IC ada ice box Nestlé. Di situlah saya mencicipi es krim Milo untuk kali pertama. Saya ingat, itu terjadi saat hari pertama tes seleksi masuk. Mengingat es krim Milo begitu lezat dan langka, saya yang saat itu tak punya motivasi apa-apa menjadi termotivasi untuk masuk IC. Alasannya? Biar bisa beli es krim Milo lah… #terdengarsalah
Namun di tahun kedua, ice box Nestlé di koperasi menghilang dan diganti ice box W*lls. Meh!
Milo. Dari dulu saya meminumnya. Dengan cara sederhana. Bagi saya, minum Milo hangat di malam yang dingin itu adalah kenikmatan yang luar biasa. Bagi saya, Milo adalah sumber semangat saya.
Jika tokoh Haname di film Instant Numa menganggap “satu hari tanpa Milo itu adalah satu hari tanpa Milo sludge”, maka saya menganggap “satu hari tanpa Milo adalah satu hari tanpa semangat.”
Dan ini sudah hari ketiga tanpa Milo. Jadi sudah 3 hari saya berlalu tanpa semangat. Ibarat pecandu, saya sudah dalam tahap sakaw.
Saya butuh Milo. Saya rindu Milo. Saya HARUS minum Milo.
Published with Blogger-droid v1.6.8
minum milo bikin gemuk gak ya? soalnya aku suka juga baru2 ini ketagihan
ReplyDeletekagak gemuk,gw tiap bln 1,5 kg ludez..ttp aza langsing.
DeleteEnakan Ovaltine 3in1. Cuman ada glukosanya :(
ReplyDeleteOoo... Gitu ya.. Ane lagi pengen tinggi'in badan... Berhubung milo lebih murah dari hilo teen.. Tpi kalsiumnya ternyata rendahhh... Ya sudahlah..
ReplyDeleteArdibryan4.blogspot.com
Aq minum milo tiap hari dan tanpa terasa berat badan malah naik 5 kg.
ReplyDelete