Sunday, May 1, 2011

Terpesona Drama Asia

#31harimenulis

Akhir-akhir ini saya bersyukur TV saya rusak dan belum muncul niat untuk membeli atau memperbaikinya. Karena seiring dengan rusaknya si tivi, saya dapat menamatkan satu demi satu hutang drama Asia yang menumpuk.

Drama Asia. Saya suka drama Asia. Harap dicamkan, istilah Asia di sini mengarah pada Asia Timur. Berarti yang akan saya bahas di sini bukan serial televisi yang ceritanya upaya Inspektur Vijay untuk melawan Tuan Takur. Bukan...

Drama Asia di sini adalah istilah yang digunakan untuk menyebut serial televisi yang berasal dari negara Asia Timur. Jepang, Korea (Selatan ya, bukan Utara), Cina (baik itu Cina Daratan, Hongkong, atau Taiwan).

Saya suka drama Asia. Kenapa? Karena saya tak suka sinetron. Anda boleh berpikir ini dusta karena saya rajin ngetwit tentang Pak Prabu. Tapi percayalah, saya nonton sinetron hanya untuk melihat Pak Prabu eh Attalarik Syach.

Simpelnya, saya suka drama Asia karena saya tak suka sinetron. Alasan saya tak suka sinetron adalah karena ketidaklogisan cerita, amnesia yang berulang kali, dan adegan tabrakan yang konyol.

Saya dari dulu suka drama Asia. Suka sekali. Terutama dorama.

Agar tidak bingung, dorama adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut drama televisi produksi Jepang. Kenapa dorama? Bukannya saya Japanese-minded atau penganut paham Nihonjinron ya...tapi saya ada beberapa faktor yang membuat saya jatuh cinta dengan drama negeri sakura.

Faktor pertama, panjang serial. Dorama menganut sistem musiman. Musim di sini maksudnya musim gugur-dingin-semi-panas, bukan sistem season seperti serial Amerika. Jadi dorama pasti akan berganti setiap ada pergantian musim.

Sekarang mari kita berhitung sesaat. Tiap musim lamanya 3 bulan. Sebulan ada empat minggu. Dan karena, syukurlah, dorama ditayangkan mingguan, berarti satu dorama tamat hanya dalam 12 episode. Hore sekali bukan!?

12 episode? Is it a bad thing? No. Justru di situlah hebatnya dorama. Dengan dibatasi durasi yang 'hanya' 12 episode, tim produksi 'dipaksa' untuk membuat cerita yang menarik. Ini yang menjadikan dorama begitu asyik. Konflik dan pendalaman karakter dapat tergali dan disajikan dengan baik hanya dalam 12 kali penayangan (bahkan kurang)

Kedua, variasi genre. Secara tema, dorama termasuk yang paling kaya. Tidak melulu kisah cinta seperti Tokyo Love Story *ya ampun #lawas*, ada juga tema medis (misalnya Code Blue, dr.Koto Shinryoujo, Godhand Teru), detektif atau crime (BOSS, Atami no Sousakan, SPEC) , atau drama bertema humanis (Ashita no Kita Yoshio, Inu Wa Kotou wa Iu Kotou).

Tiga, karakter. Hampir semua karakter cewek di dorama yang saya tonton adalah cewek yang keren. Bukan dalam arti perkasa, tapi yang jelas mereka bukan tipikal tokoh yang akan menangis setiap lima menit sekali atau meratap nasib saat ditinggal cowok. No...saya malah selalu benci karakter cewek yang seperti itu. Dan beruntunglah, di Jepang ada aktris yang mampu memerankan peran cewek yang keren seperti itu. Makanya saya kagum dengan Shinohara Ryoko, Kuriyama Chiaki, Karina, atau Toda Erika (dan memburu dorama yang mereka bintangi).

Asyiknya lagi, saya merasa dekat dengan karakter fiksional itu. Lebih dari itu, saya menemukan identifikasi diri dalam beberapa karakter di dorama. Contoh paling dekat adalah tokoh Amemiya Hotaru. Ini adalah karakter yang sangat makjleb dan sangat mendekati kehidupan saya sehari-hari (penasaran? Tonton Hotaru no Hikari season 1-2)

Empat, humor. Lagi-lagi bukan karena Japanese-minded sih. Tapi saya merasa cocok dengan selera humor yang ada di dorama. Mungkin karena tumbuh besar dengan mengonsumsi komik Jepang (manga), maka saya dapat tertawa dan cocok dengan adegan humor yang (kadang) diselipkan di dorama.

Karenanya, kini saya mendapati diri mengalokasikan waktu 1-2 jam untuk menonton dorama setiap hari. Alokasi waktu pun akan bertambah jika sudah menginjak akhir pekan. Jumlah waktu menonton akan bertambah 2-3 kali lipat (mungkin ini alasan skripsi ga selesai-selesai)

Kini saya mendapati diri menanti hasil download dari kampus, rajin melihat forum, mencari subtitle, dan menyambangi situs drama wiki untuk membaca review.

Dan kini saya mendapati diri menularkan 'kegilaan' saya kepada seorang teman. Yang hebatnya, memiliki dedikasi yang lebih tinggi dalam urusan menonton dorama (bo, satu judul dihabisin dua hari!)

Suatu hari saya pernah menulis kalimat ini di Twitter 'menekuni dunia drama Asia itu membutuhkan tekad kuat, semangat baja, dan dedikasi tinggi'. Oke, lebay memang, tapi memang itu yang harus dilakukan agar anda mampu menikmati dorama. Dan itu setimpal, karena Anda akan disuguhi tayangan yang berkualitas.

*ditulis sambil memutar Angela Aki*
Published with Blogger-droid v1.6.8

No comments:

Post a Comment