Hello world...ahlan!
Yeah, I'm still alive and wanna say sorry not updating this blog for a long time. Don't worry my story around my Haj time will continue Yippi!
But for this moment, I'm going to do review for an excellent album. OK?
Showing posts with label random life. Show all posts
Showing posts with label random life. Show all posts
Thursday, November 29, 2012
Monday, May 28, 2012
#Surga~~~~
Friday, May 25, 2012
SPSS (Sumpah Pusing Sekali Sya)
Nggak, hari saya nggak bakalan cerita tentang Mariko-sama kok, nggak....
Saya pusing. Banget.
Pernah sakit kepala? Saya pernah. Pernah sakit kepala yang rasanya ada ribuan jarum menusuk kepala tiada henti? Saya pernah. Bahkan saat menulis ini saya mesti merem-melek menahannya.
Selain fludan skripsi, sakit kepala menahun adalah sahabat karib saya. Terlebih setelah kecelakaan dua tahun lalu, frekuensi sakit kepala yang mendera semakin sering dengan intensitas yang semakin meningkat. Apalagi jika seharian terpanggang panas matahari nan durjana, maka dipastikan saya akan terkapar seharian karena sakit kepala.
Selain flu
Saturday, May 19, 2012
Jempol Ah~ Kakiku....
Entah kenapa setiap Mei tiba selalu saja ada bagian tubuh yang cedera. Tahun lalu tendon di bahu saya robek kecil hanya karena saya terlalu bersemangat mematikan alarm. Walau terdengar sepele namun kejadian tersebut sempat membuat saya tidak bisa menggerakkan bahu kiri selama empat hari.
Tahun ini jempol kaki kanan saya yang terkena musibah. Sudah beberapa hari ini si jempol ini terasa linu. Dan bodohnya adalah saya tidak ingat penyebabnya. Namun saya menduga ini terjadi saat saya sedang beberes stand CEARS sehabis acara Expo Regional Rabu lalu. Berhubung hanya ada saya, Molfi, dan Agi, jadi apa daya kami bertiga lah yang mengembalikan meja milik kantin. Ya, kami menarik meja dari serambi barat Fisipol ke kantin. Camkan itu anak muda!
Entahlah. Mungkin saya terpeleset di tangga yang menuju ke serambi. Atau mungin di tangga menuju plaza bawah. Atau mungkin di tempat lain. Yang jelas saat itu saya merasa sedikit nyeri memang. Namun saya menganggapnya angin lalu dan berpikir esok hari akan sembuh.
Perkiraan yang salah. Di hari-hari berikutnya nyeri itu semakin bertambah. Apa boleh buat, pertolongan pertama pada sakit nyeri pun harus dilakukan. Tempel Salonpas dan olas-oles Counterpain menjadi santapan sehari-hari. Tidak hanya itu, saya pun mencoba memijat-mijat bagian yang nyeri. Aduh alamakjan nyerinya puol. Celaka dua belas usaha tersebut tidak ada yang berhasil. Alih-alih berkurang, rasa nyeri itu semakin menjalar hingga ke lutut. Bahkan sekarang sekedar untuk menapak saja sudah terasa nyeri. Iyeuhh…
Maka dari itu ialah, atas saran saudara, saya terpaksa rontgen. Karena eh karena takutnya tulang yang retak atau dislokasi atau urat yang robek (lagi). karena setelah dilihat-lihat bagian yang nyeri itu terlihat agak bengkak.
Apa boleh buat, selepas Maghrib saya dan Matong berangkat menuju sebuah lab di bilangan Kridosono. Dan saya takjub dengan kecanggihan peralatan yang ada. Namun tidak ada gunanya saya bercerita panjang lebar di sini, lain waktu deh saya ceritakan canggihnya seperti apa.
Akhir kata hasil rontgen jempol kaki saya baru akan keluar esok hari. I hope there's nothing wrong with the result because my body was fragile enough. Sudah cukup tubuh yang ringkih ini terkena penyakit dan segala macam cedera. Jangan tambah-tambahi dengan cedera yang ini lagi Ya Allah.
But put it aside, mari kita ambil sisi positif kejadian ini yaitu saya dapat kartu anggota lab tersebut. Lumayan menambah jumlah kartu di dompet.
Tahun ini jempol kaki kanan saya yang terkena musibah. Sudah beberapa hari ini si jempol ini terasa linu. Dan bodohnya adalah saya tidak ingat penyebabnya. Namun saya menduga ini terjadi saat saya sedang beberes stand CEARS sehabis acara Expo Regional Rabu lalu. Berhubung hanya ada saya, Molfi, dan Agi, jadi apa daya kami bertiga lah yang mengembalikan meja milik kantin. Ya, kami menarik meja dari serambi barat Fisipol ke kantin. Camkan itu anak muda!
Entahlah. Mungkin saya terpeleset di tangga yang menuju ke serambi. Atau mungin di tangga menuju plaza bawah. Atau mungkin di tempat lain. Yang jelas saat itu saya merasa sedikit nyeri memang. Namun saya menganggapnya angin lalu dan berpikir esok hari akan sembuh.
Perkiraan yang salah. Di hari-hari berikutnya nyeri itu semakin bertambah. Apa boleh buat, pertolongan pertama pada sakit nyeri pun harus dilakukan. Tempel Salonpas dan olas-oles Counterpain menjadi santapan sehari-hari. Tidak hanya itu, saya pun mencoba memijat-mijat bagian yang nyeri. Aduh alamakjan nyerinya puol. Celaka dua belas usaha tersebut tidak ada yang berhasil. Alih-alih berkurang, rasa nyeri itu semakin menjalar hingga ke lutut. Bahkan sekarang sekedar untuk menapak saja sudah terasa nyeri. Iyeuhh…
Maka dari itu ialah, atas saran saudara, saya terpaksa rontgen. Karena eh karena takutnya tulang yang retak atau dislokasi atau urat yang robek (lagi). karena setelah dilihat-lihat bagian yang nyeri itu terlihat agak bengkak.
Apa boleh buat, selepas Maghrib saya dan Matong berangkat menuju sebuah lab di bilangan Kridosono. Dan saya takjub dengan kecanggihan peralatan yang ada. Namun tidak ada gunanya saya bercerita panjang lebar di sini, lain waktu deh saya ceritakan canggihnya seperti apa.
Akhir kata hasil rontgen jempol kaki saya baru akan keluar esok hari. I hope there's nothing wrong with the result because my body was fragile enough. Sudah cukup tubuh yang ringkih ini terkena penyakit dan segala macam cedera. Jangan tambah-tambahi dengan cedera yang ini lagi Ya Allah.
But put it aside, mari kita ambil sisi positif kejadian ini yaitu saya dapat kartu anggota lab tersebut. Lumayan menambah jumlah kartu di dompet.
Ahseek.
BGM: Kuri Kuri - SDN48.
Cemilan: Milo Fuze.
Friday, May 18, 2012
Sehari Bersama @permataasharty
"Kosan lo pindah ke Baghdad?"Itu adalah kalimat pertama yang terlontar dari Permata Asharty saat saya menjemputnya. Jadi ceritanya berhubung hari ini libur dan kami tidak ada kegiatan dan sangat selo, saking selonya saya bisa cuci baju tiga kali seharian. Tiga kali lho...TIGA KALI! Camkan itu hai anak muda! Frekuensi cuci baju 3 kali lipat daripada frekuensi mandi. Tapi janganlah hal ini kita bahas lebih dalam karena hanya akan membuka aib saya saja.
Yah pokoknya karena selo
Wednesday, May 16, 2012
Tantangan Hari Ini: Monster Trendi
Jadi seperti yang sudah saya bilang di psotingan hari kemarin, sedang berlangsung expo regional di serambi barat FISIPOL. Hari ini selain memutar film Chungkin Express, di mana Takeshi Kaneshiro sangat amat ganteng sekali di situ dan masih muda dan galau karena putus cinta tapi janganlah hal ini kita bahas, acaranya sama dengan hari hari kemarin.
Emm oke tidak sama karena kami dipinjami topeng-topeng monster Jepang unyu dari seorang anak jurusan HI. Dan tahukah kamu topeng-topeng monster itu menjadi primadona di booth kami. Semua orang (oke ga semua orang sih) ingin berfoto menggunakannya.
Karena saya iseng dan nggak ada kerjaan dan bab I saya sudah di acc (HORE!) maka saya pun membujuk orang-orang untuk berfoto menggunakan topeng monster ini. Hasilnya? Unyu eh oke sekali.
![]() | |||
Monster pertama |
![]() | ||
Monster jaman sekarang mesti bergaya seperti anak ababil |
![]() |
Dan juga sayang anak.... |
![]() | ||||
Suka Tottoro pula.... |
![]() | ||
Dan juga bisa pake laptop.... |
Trendi sekali bukan? Oke, sori jika postingan ini absurd. Saya hanya sedang selo sekali hihihihihi.
BGM:Ganbariina - SDN48
Cemilan: Vietnamese Milk Coffee
![]() |
Terhindar dari denda...Yosshhaaaa!!!!! |
Wednesday, May 9, 2012
You Know You're Old When....
Hari ini, tumben-tumbennya, saya tidak memutar lagu AKB, SNSD, T-ARA, atau apapun lagu jedak-jeduk di pagi hari. Entah kenapa saya lagi ingin sekali memutar Natalie Imbruglia. Rasanya seperti….saya tidak akan sanggup menjalani aktifitas hari ini sebelum memutar lagu mbak Natalie.
Maka saya pun memutar lagu penyanyi asal Australia ini. Pilihan saya jatuh pada Wrong Impression". Singel album "White Lillies Island" ini saya putar berulang-ulang, dari mulai saya mau bikin kopi sampai selesai mandi dan dandan yang wangi. Dan entah kenapa saya juga merasa harus memutarnya di iPod. And I found myself humming this song while lacing my shoe.
Maka saya pun memutar lagu penyanyi asal Australia ini. Pilihan saya jatuh pada Wrong Impression". Singel album "White Lillies Island" ini saya putar berulang-ulang, dari mulai saya mau bikin kopi sampai selesai mandi dan dandan yang wangi. Dan entah kenapa saya juga merasa harus memutarnya di iPod. And I found myself humming this song while lacing my shoe.
Saturday, May 5, 2012
Karena Mencuci Sepatu itu Sesuatu
Seumur-umur kuliah saya cuma punya dua macam alas kaki, sepatu kets dan sendal jepit. Tiga deh kalo sendal hotel juga termasuk. Jadi bukan apa-apa jika kalian melihat saya bersepatu ke mana-mana. Dan makanya jangan heran jika selama lima tahun ini kalian selalu melihat saya mengenakan sepatu ke kampus. Ya karena eh karena gila aja mau pake sendal jepit ke kampus. Dan makin ngaco aja kalo saya ngampus pake sendal hotel berbentuk Doraemon.
Eniwei buswey salah satu sepatu favorit saya adalah sepasang sneakers Lotto warna putih. Simpel, kasual, nyaman dipakai, dan ada bendera Italia di sampingnya. Dibeli di tahun 2008 dengan harga 180 ribu saja namun ketahuilah memakainya dapat menunjang penampilan anda (dibayar berapa gue sama Lotto).
Eniwei buswey salah satu sepatu favorit saya adalah sepasang sneakers Lotto warna putih. Simpel, kasual, nyaman dipakai, dan ada bendera Italia di sampingnya. Dibeli di tahun 2008 dengan harga 180 ribu saja namun ketahuilah memakainya dapat menunjang penampilan anda (dibayar berapa gue sama Lotto).
Friday, May 4, 2012
Karena Minum Soda = Derita
"Pengumuman. Hari ini saya minum minuman bersoda @arumeureka @retnoarini @linatyas @sekaramanda"
Thursday, May 3, 2012
Antara saya dan Donat J.Co
![]() |
Hey! hey! Hey! Juwita |
Sudah 2-3 hari ini ada segorombolan anak muda berkeliaran sambil membawa kotak kuning di lingkungan FISIPOL. Mereka berjalan-jalan selalu kian kemari eh berjalan-jalan menjajakan isi kardus itu. Usut diusut benang kusut ternyata isinya adalah seperangkat alat sholat donat J.Co.
"Wuih J.Co. Lumayan nih kalo bisa dapet gratisan" pikir saya.
Friday, February 3, 2012
Tuesday, December 27, 2011
Honorable Mention of The Year: Ardi Wilda
*posting ini adalah posting Hybrid, akan menggabungkan boso Jowo dan bahasa Indonesia*
Sebelum lanjut nulis, aku mesti ngomong ini, We.
"Ora, aku mesti nulis iki nggo kowe. Aku ga peduli kamu mau ngomong iki akal-akalan ku opo piye tapi aku mesti nulis iki."
Monday, August 22, 2011
22
Growing up is not an absence of dreaming
Mencari jodoh seperti Maher Zein atau Aediz sepertinya patut dipertimbangkan. Kerja nampaknya menjadi pikiran yang logis. Kalau bisa sih yang sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Intinya kerjaan yang bisa membuat saya keliling dunia. Wartawan perang mungkin? Atau crew Top Gear? Bisa jadi #mimpiketinggian #ditamparkanankiri.
It’s being able to understand the difference between
The ones you can hold and the ones that you've been sold (Goodbye Alice in Wonderland – Jewel)
Beberapa jam yang lalu, saya resmi mengakhiri angka 21 dan beranjak ke angka 22. Yup hari ini, pada saat fajar menyingsing 22 tahun yang lalu saya membuka mata dan melihat dunia untuk pertama kalinya. Namun walau lahir di saat fajar nama saya bukan fajarwati. Well setidaknya hal itu tidak sempat terjadi.
Hari ini, seperti biasa, saya hampir lupa jika saya berulang tahun. Jika tidak ada SMS dari Lina mungkin saya akan menjalani hari ini seperti hari-hari sebelumnya. Leyeh-leyeh dan sesekali mengerjakan skripsi. Ohemjih…manusia macam apa ini!?
Tahun ini perayaan ulang tahun saya terasa sedikit spesial. Bukan, bukan karena tiba-tiba saat saya bangun badan sudah setinggi Choi Sooyoung. Tapi karena saya menginjak usia 22 tepat di tanggal 22. Sungguh menarik, kan? Eh tidak menarik? Oh ayolah buat saya sedikit senang di hari ini #maksa. Pokoknya memiliki usia yang sama dengan tanggal ulangtahun itu terasa istimewa mamen!
Jadi seperti apa usia 21? Hmmmm so-so lah ya. Walaupun usia saya kemarin itu seperti penguasa jaringan bioskop tapi ironisnya tahun kemarin saya malah jarang banget nonton bioskop. Aduh berapa kali ya saya ke bioskop? Sepertinya tidak lebih dari 4-5 kali. Itupun karena bareng-bareng teman. Satu-satunya film yang membuat saya merasa HARUS menontonnya adalah film Wu Xia karena ada Takeshi Kaneshiro.
Ehm sepertinya ini sudah OOT deh.
21 bagi saya adalah walk in the park. Ibarat makanan, dia adalah gado-gado yang dicampur lotek. Ibarat biskuit, dia adalah biskuit Kong Ghuan atau Lagenda. Bingung? Ya, saya juga. Intinya 21 adalah usia di mana banyak kejadian, baik itu pahit maupun manis, menimpa saya. Klise banget yah?
Di usia ini saya melakukan kesalahan yang fatal. Lebih dari satu kesalahan fatal. Tak perlu lah saya jelaskan apa masalahnya tapi dapat dibilang itu cukup mengganggu hubungan saya dan keluarga. Tidak tahu ya? Maaf, saya lebih suka menyimpan masalah sendiri….
Di usia ini saya merasakan yang namanya dikejar wedhus gembel. Mungkin tanpa pertolongan Yang Maha Kuasa saya sudah tewas dan berada di alam sana. Syukurnya saya masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia.
Di usia ini jujur banyak cobaan dan masalah yang menimpa diri ini. Beberapa ringan. Beberapa lagi berat. Beberapa lagi sangat berat. Namun bukankah setiap masala yang menimpa membat kita seseorang menjadi lebih matang dalam kehidupannya? (heran ga sih saya menulis kalimat seperti ini).
Di usia ini saya harus melepas beberapa teman. Bukan apa-apa tapi mereka sudah lulus. Sedih sih pasti karena kebayang tidak bakal bertemu dengan mereka setiap hari layaknya sebelumnya. Tak hanya sedih, tapi sedikit terpecut juga untuk menyelesaikan folder yang berjudul si S. Sedikit….
Tapi selain yang sedih-sedih, 21 juga banyak memberikan kegembiraan.
Saya gembira karena bisa beli hard disk eksternal. Karena dengan begitu koleksi film dan dorama saya bisa tersimpan dengan aman di sana. Tsk, sederhana sekali ya kadar kegembiraan saya!? Baik-baik ya kamu dek Young (ini nama HD saya), jangan kena virus apalagi sampai terformat. Unnie bisa nangis 3 hari 3 malam sambil mandi kembang tengah malam kalo itu terjadi T^T
Terus saya senang bisa bertemu dan menjalin hubungan dengan kalian, teman-temanku yang hebat. Yang semangat mendonlot serial drama Asia-nya setinggi semangat mengerjakan skripsinya. Yang tawa dan candanya selalu bisa membuat saya semangat ke kampus. Yang selalu mencerahkan suasana hati saat sedang galau. Yang selalu membangkitkan semangat saya saat sedang bersedih. Emang pernah bersedih? Pernah lah. Lo kate gue cuman haha hehe doang!?
Apa lagi ya? Emm…oh ya! Saya diterima judul skripsinya. Hurrah! *lemparin petasan ke Yoona*. Walaupun dalam perjalanannya agak sedikit, ehm, tersendat namun itu cukup membuat saya senang. Cukuplah saya bilang kemaren saya sampai sujud syukur saat melihat pengumumannya.
One more dream, wanting to know the continuation of the far away dream (One More Dream – SPEED)
22. Menurut Ardi Wilda di komennya setahun yang lalu, ini adalah usia di mana seseorang menentukan masa depannya. Mau jadi apa kamu? Akan ke mana kau akan melangkah? Ya, intinya di usia ini kita mau tak mau harus menentukan ke mana langkahnya, Dengan kata lain: menjadi dewasa.
Uh, menjadi dewasa. Saya tak mau jadi dewasa. Apakah ini sudah saatnya? Mau tak mau ya….
Impian saya untuk usia ini apa ya? Hmmm….let’s see.
Lulus itu sudah pasti. Di usia ini bukan hal yang aneh jika kita ditanya “sudah lulus?” atau “skripsi sudah sampai mana?”. Justru tidak wajar saat kita ditanyai “apakah kamu pernah makan Indomie di Slovenia?” karena 1) saya belum pernah ke Slovenia dan 2) karena itu saya tidak tahu apakah di Slovenia ada Indomie atau tidak. Jangan-jangan Slovenia itu seperti Italia yang tidak menjual Indomie. Dan untuk itu saya harus pergi ke Belanda untuk membelinya. Jauh cyin…
Makanya agar cepat lulus saya mesti ngebut untuk mengerjakan skripsi. Ibarat mobil, saya mesti menjadi Ferrari 458 Italia yang diberi bi-turbo dan bodinya diganti semua dengan serat karbon, atau Porsche Carrera GT yang diberi 6 tabung NOS sekaligus. Mas Dosen Pembimbing, semoga Anda tidak bosan jika sering bertemu saya di hari-hari ke depan.
Apa lagi?
Tentunya obsesi harapan menambah tinggi badan hingga menjadi seperti Sooyoung belum terhapus dari pikiran. Umur segini ditanyain kapan lulus itu wajar. Ditanyain sudah ada jodoh juga mungkin, emm, wajar. Tapi jika umur segini masih dikira anak kelas dua SMP itu agak kelewatan juga ya. Ngomong-ngomong terakhir saya ngukur, tinggi badan masih di sekitar 147 cm lho (ini ralat dari postingan sebelumnya). Ini…ini….apa maksudnya iniiii? Apakah perkembangan badan saya sudah mencapai titik nadir!? Katakan ini bohong, Gabriela!
Harapan menambah koleksi dorama tentunya tidak bisa dielakkan. Walaupun dorama season ini sepertinya tidak ada yang hits tapi ternyata banyak dorama season lalu yang bagus. Maka dari itu membeli Sooyoungie part 2 nampaknya perlu menjadi pertimbangan jugak. Ayo ayo siapa yang mau ngopy? #mentalbandarpelem.
Jodoh? Nanti saya pikirkan setelah bertemu Maher Zein atau saat Aediz sudah dewasa.
Ehh terus apa lagi ya? Mmmm…..
Uh saya buruk dalam perencanaan masa depan. Tapi yang pasti keinginan untuk membahagiakan semua orang di sekeliling masih menjadi prioritas utama. Saya senang jika melihat orang lain senang. Selain itu, I need to challenge myself. More and more…
Akhir kata, 21 adalah usia yang luar biasa. 22 masih misteri untuk saya, namun saya yakin usia ini menjadi usia yang tidak kalah bahkan lebih luar biasa dari sebelumnya. So, hello 22! Be good to me, yo!
dashi mannan uri-ui! (Into The New World – SNSD)
(P.S: saya menerima hadiah dalam berbagai macam bentuk. Mulai dari Samsung Galaxy Tab, Galaxy S II, Sony Ericsson Xperia Arc, tipi LED full HD, Sony PSP, Nintendo 3DS, Blue-ray player, dock iPod + compo Philips, lensa Leica DG Elmarit, Sepeda Pinarello Treviso, CD album SPEED, tiket konser SNSD, sampai dikerjakan skripsinya #ngarep)
Tuesday, May 31, 2011
GUWEH LULUS, CYIIIIN!
Damar Wijayanti, 31 Mei 2011. Jam 09.00
Handyna I. Prafiska. 31 Mei 2011. Jam 13.00
Itu adalah satu-dua tweet yang beredar di lini masa twitter saya seminggu lalu. Apakah itu? Itu merupakan jadwal pendadaran. Pendadaran berarti sidang skripsi. Jika sudah sidang skripsi berarti sudah selesai skripsi. Jika sudah selesai skripsi dan sudah pendadaran berarti sudah berhak LULUS. Berarti sudah menyandang gelar S.IP. Sarjana Ilmu Politik.
"Cum, kamu dateng dong." begitulah semacam mention yang masuk di akun saya. Dateng? Iya, datang melihat pendadaran. Saya mengiyakan. Berhubung saya selo. Super selo. Ehm, lebih tepatnya menyelokan diri.
Tapi saya pikir sekedar datang, melihat orang presentasi, dan memberi ucapan selamat itu kurang asyik, mamen. Kurang apa ya. Kurang greget. Kurang asik aja rasanya.
Berhubung saya selo. Kurang kerjaan. Lagi banyak uang. Dan terinspirasi oleh proyek random Ardi Wilda saat merayakan kelulusannya, maka saya melakukan sesuatu. Apakah itu?
Iseng saja sih. Saya membeli beberapa kertas buffalo dan menulis kata-kata yang intinya merayakan kelulusan. Hanya saja, kata-kata di sana disesuaikan dengan karakter si penerimanya. Dan sedikit bahasa yang rodo wagu. Buat lucu-lucuan saja.
Untuk Damar, ucapannya adalah "AKU SUDAH JADI SARJANA. HORE!" dan "CONGRATZ DAMAR W, S.IP. SARJANA ILMU PATIGON HYDRO. SARJANA SAKINAH MAWADDAH WARRAHMAH PEMENANG CITRA PARIWARAH SIAP NIKAH"
Untuk Ndy, ucapannya adaah "GUWEH LULUS CYIIN!" dan "CONGRATZ HANDYNA I. PRAFISKA, S.IP. SARJANA ILMU POURSQUARE POOD PEST"
Dan datanglah hari ini. 31 Mei 2011. Jam 9.30 Damar masuk ke ruang presentasi.
Damar lagi presentasi
Saat itulah, kami (saya, citra, dan Tania) mulai membuat spanduk untuk Damar. Yang satunya sudah saya selesaikan dini hari tadi.
Persiapan
Sekitar jam 10.10 Damar selesai presentasi dan dinyatakan LULUS. Sayangnya saya tidak ada di sana, karena sedang, ehm, bayar utang.
Sudah resmi jadi S.IP
Girang sekali. Sampai lompat-lompat.
Foto bareng, cyiiin!
Tapi nampaknya itu pun kurang nampol. Sebagai "hukuman" karena lebih cepat lulus, saya dan Gading berencana untuk mengguyurnya dengan Coca-Cola. Kami pun bergerilya mencari minuman ini dan menemukannya di kantin Pasca Sarjana Ekonomi. Kami borong. Semuanya.
Dan dimulailah acara penyiraman Damar dengan Coca-Cola plus Fanta. Dugaan saya, Damar pasti langsung berniat cuci blow dan luluran di Rinjani dengan Mbak Indah. Dan ternyata benar.
Damar yang sudah diguyur 1,5 liter Coca-Cola dan Fanta.
Proyek Damar selesai dengan sukses. Saya menunggu gilran Ndy. Jam 13.30 Ndy masuk ruang sidang. Sayang beribu sayang, saya tak bisa melihatnya karena sedang di KFC. Makan.
Ketika datang ke kampus menjelang Ashar, Handyna I. Prafiska sudah resmi menyanadang gelar S.IP aliasSarjana Ilmu Porsquare Sarjana Ilmu Politik. Saya pun menyerahkan spanduk itu kepada si Mbak kembaran Tiwi T2 dan tentu saja dilanjutkan dengan foto-foto.
Uno, dos, tres, kimchi!
Anyway, SELAMAT untuk Damar dan Ndy. Semoga menjadi sarjana sakinah mawaddah berguna bagi nusa dan bangsah. Piss, lop, en gaul, mamen!
Dan itulah dua korban pertama saya. Menyenangkan juga rasanya melihat orang lain senang. Saya pun berencana melanjutkan proyek ini. Dan simsalabim abrakadabra, saya menjadikan ini sebagai proyek saya di bulan Juni. Ayo, siapa yang mau dibikinin spanduk? Mention sayah!
Handyna I. Prafiska. 31 Mei 2011. Jam 13.00
Itu adalah satu-dua tweet yang beredar di lini masa twitter saya seminggu lalu. Apakah itu? Itu merupakan jadwal pendadaran. Pendadaran berarti sidang skripsi. Jika sudah sidang skripsi berarti sudah selesai skripsi. Jika sudah selesai skripsi dan sudah pendadaran berarti sudah berhak LULUS. Berarti sudah menyandang gelar S.IP. Sarjana Ilmu Politik.
"Cum, kamu dateng dong." begitulah semacam mention yang masuk di akun saya. Dateng? Iya, datang melihat pendadaran. Saya mengiyakan. Berhubung saya selo. Super selo. Ehm, lebih tepatnya menyelokan diri.
Tapi saya pikir sekedar datang, melihat orang presentasi, dan memberi ucapan selamat itu kurang asyik, mamen. Kurang apa ya. Kurang greget. Kurang asik aja rasanya.
Berhubung saya selo. Kurang kerjaan. Lagi banyak uang. Dan terinspirasi oleh proyek random Ardi Wilda saat merayakan kelulusannya, maka saya melakukan sesuatu. Apakah itu?
Iseng saja sih. Saya membeli beberapa kertas buffalo dan menulis kata-kata yang intinya merayakan kelulusan. Hanya saja, kata-kata di sana disesuaikan dengan karakter si penerimanya. Dan sedikit bahasa yang rodo wagu. Buat lucu-lucuan saja.
Untuk Damar, ucapannya adalah "AKU SUDAH JADI SARJANA. HORE!" dan "CONGRATZ DAMAR W, S.IP. SARJANA ILMU PATIGON HYDRO. SARJANA SAKINAH MAWADDAH WARRAHMAH PEMENANG CITRA PARIWARAH SIAP NIKAH"
Untuk Ndy, ucapannya adaah "GUWEH LULUS CYIIN!" dan "CONGRATZ HANDYNA I. PRAFISKA, S.IP. SARJANA ILMU POURSQUARE POOD PEST"
Dan datanglah hari ini. 31 Mei 2011. Jam 9.30 Damar masuk ke ruang presentasi.
Damar lagi presentasi
Saat itulah, kami (saya, citra, dan Tania) mulai membuat spanduk untuk Damar. Yang satunya sudah saya selesaikan dini hari tadi.
Persiapan
Sekitar jam 10.10 Damar selesai presentasi dan dinyatakan LULUS. Sayangnya saya tidak ada di sana, karena sedang, ehm, bayar utang.
Sudah resmi jadi S.IP
Girang sekali. Sampai lompat-lompat.
Foto bareng, cyiiin!
Tapi nampaknya itu pun kurang nampol. Sebagai "hukuman" karena lebih cepat lulus, saya dan Gading berencana untuk mengguyurnya dengan Coca-Cola. Kami pun bergerilya mencari minuman ini dan menemukannya di kantin Pasca Sarjana Ekonomi. Kami borong. Semuanya.
Dan dimulailah acara penyiraman Damar dengan Coca-Cola plus Fanta. Dugaan saya, Damar pasti langsung berniat cuci blow dan luluran di Rinjani dengan Mbak Indah. Dan ternyata benar.
Damar yang sudah diguyur 1,5 liter Coca-Cola dan Fanta.
Proyek Damar selesai dengan sukses. Saya menunggu gilran Ndy. Jam 13.30 Ndy masuk ruang sidang. Sayang beribu sayang, saya tak bisa melihatnya karena sedang di KFC. Makan.
Ketika datang ke kampus menjelang Ashar, Handyna I. Prafiska sudah resmi menyanadang gelar S.IP alias
Uno, dos, tres, kimchi!
Anyway, SELAMAT untuk Damar dan Ndy. Semoga menjadi sarjana sakinah mawaddah berguna bagi nusa dan bangsah. Piss, lop, en gaul, mamen!
Dan itulah dua korban pertama saya. Menyenangkan juga rasanya melihat orang lain senang. Saya pun berencana melanjutkan proyek ini. Dan simsalabim abrakadabra, saya menjadikan ini sebagai proyek saya di bulan Juni. Ayo, siapa yang mau dibikinin spanduk? Mention sayah!
Monday, May 30, 2011
One Fine Day
Harusnya hari ini saya menulis review film Kill Bill. Harusnya. Rencananya sih begitu. Tapi apa daya, saya tak kunjung menulis ulasan untuk film ini. Karena: 1. Menulis review film favorit itu membutuhkan waktu yang lama karena saya merasa harus mengeluarkan segala kemampuan menulis saya di sana. 2. Menulis review Kill Bill + lagu jedak-jeduk + tanpa kopi = buntu. 3. Saya sudah terlalu lelah muter-muter seharian.
Dan alasan yang ketiga itulah yang menjadi hambatan terbesar untuk mengulas film besutan Quentin Tarantino itu. Boomtown Rats boleh bilang "I don't like Monday", saya pun biasanya begitu. Tapi mbuh piye ceritane, hari ini saya banyak beraktifitas. Tidak hanya guling-guling di kamar.
Jadi ke mana dan ngapain saja seharian ini? Bolehlah naik dengan percuma. Eh bolehlah dibaca ya, kakak.
I'm at Kosan Matahari Ceria.
Pagi ini diawali dari bunyi weker yang annoying. Matikan. Beranjak ke kamar mandi. Sholat. Mengaji. Dan…tidur lagi. Saya bangun lagi jam 9. Untuk kemudian cumuk gogi (cuci muka sikat gigi). Menyalakan dispenser dan membuat kopi. "Cilaka, krimer habis". Itu yang saya katakan saat melihat botol Coffee-Mate saya sudah ringan sekali. Usut punya usut, memang tak ada sebutir bubuk pun di dalamnya. Saya nesu dan misuh-misuh.
Setelah itu, ambil iPod dan memutar lagu kebangsaan hari Senin. Ya, "I Don't Like Monday" versi Boomtown Rats.
"Tell me why I don't like Monday. Tell me why I don't like Monday. Tell me why I don't like Monday. I wanna shoot, oooh, the whole day down," saya menyanyikan ini sepanjang pagi.
Kemudian nonton BOSS dan lagi-lagi kagum dengan Kichise Michiko. Astaga, tante satu ini cantiiiiiiiiiiiik sekali!
Pukul 11.30…Trong! Si Mimi berbunyi. Ada email masuk. Dari Arum, ngajakin makan katanya. Di mana? Di Rempah Asia. Lina mau ikutan juga katanya. Oh ya, oke. Saya beranjak mandi. Lagunya saya ganti. Dari I Don't Like Monday ke Kissing You Baby. Dari Boomtown Rats ke SNSD. Ga usah protes.
Selesai mandi. Saya menuju Rempah Asia bersama Raden Mas (ini nama sepeda, btw). Saya lirik jam. Jam 12.30.
I'm at Rempah Asia Resto khas Malaysia.
Sesampainya di sana. Arum sudah menunggu. Lina? Belum datang. Ah elaaah. Saya kasih dia Sooyoungie. Bukan, ini bukan nama personel SNSD yang kakinya panjang sekali. Ini nama hard disk saya. Ya, saya kasih itu Sooyungie. Tak beberapa lama, Lina datang. Lina datang bersama kembarannya eh adiknya, Laras alias Aas.
Kami pesan makanan. Arum: Nasi Lemak Ayam Rempah dan Es Teh Tarik. Aas: Nasi Lemak Ayam Kari dan Es Teh. Lina: Nasi goreng kampung dan es teh. Saya: nasi papdrik ayam dan es teh tarik. Saat itu, saya baru nyadar namanya "papdrik", bukan "paprik", padahal sudah setahun langanan di situ.
Kami makan dan cerita-cerita. Panjang, lama. Mulai dari drama Asia sampai topik yang selalu dibicarakan mahasiswa tua, sebut saja namanya S. Lina juga bilang jika dia mau pulang nanti sore. Ckckck…Lina ini lebih sering pulang dibanding saya yang rumahnya dekat. Di tengah-tengah, saya bilang sama Arum akan bayar makanannya. Karena dia selalu bayarin saya waktu insiden atm hilang." Serius?," tanyanya. Serius, saya bilang. Hakkul yakin.
Kemudian hujan deras. Deras sekali. Sangat deras. Mungkin efek dari saya yang niat bayarin makan…
Berhubung hujan, akhirnya kami tertahan di situ hingga menjelang sore. Kemudian Lina dan Aas pulang. Saya dan Arum ke Platinum.
I'm at Platinum Internet Café.
Yak, kami berdua menuju ke warnet yang terletak di lantai atas Hoka-Hoka Bento. Arum mau kirim email katanya. Saya ngapain? Ceritanya saya mau mengulas film Kill Bill. Saya cari bahan. Sambil, ehm, mencari video Hello Baby episode dua. Jangan protes.
Tapi ternyata saya tidak bisa posting, karena…ehm, saya tidak nyanding kopi. Serasa buntu otak ini. Lalu Shiro lowbatt dan saya pulang deh.
I'm at Mirota Gejayan.
Di jalan, saya ingat jika lampu belakang Raden Mas baterenya sudah habis. Saya pergi ke daerah Mirota Gejayan untuk beli baterenya. Saya gowes santai. Lihat kanan kiri. Lihat langit. Menghindari lubang. Loncatin polisi tidur (ceritanya akrobat). Dan iseng bunyiin bel sepeda. Kriing.
Sampai saya di sana. Menuju ke tempat reparasi jam. Beli batere. Duduk di sebelah Bapaknya yang ramah. Kami sempat berbincang sebentar tentang sepeda. beliau tanya, hari Jumat lalu mengapa banyak orang bresepeda. hari Jumat? Saya mikir sejenak. Ooh, JLFR (Jogja Last Friday Ride). Saya jelaskan tentang JLFR. Beliau angguk-anguk dan bertanya kenapa saya tidak ikutan. Saya cuma mesem. Males pak, hehe. Bapaknya juga ketawa, hehe.
Sehabis beli batere untuk Raden Mas, saya teringat jika harus membeli refill Coffee-Mate. Saya menuju ke Mirota dan ke bagian kopi. Celingak-celinguk. Tolah-toleh. Tolah-toleh. Tidak ada. Jikalau ada itu pun bungkus kotak 450 G. Terlalu besar dan akan jadi mubadzir, pikir saya. Saya cari lagi sekali lagi. Gak ada. Saya pergi.
I'm at Indomaret Gejayan.
Dengan asumsi minimarket ini lebih komplit jualannya, saya gowes ke sana. Sampai. Menuju bagian kopi. Kembali melihat dari atas sampai bawah rak. Tidak ada. Saya tanya karyawannya. Kosong, katanya. Dongkol, saya pergi. Menuju Indomaret di Jalan Affandi.
I'm at Pom Bensin Gejayan.
Demi mencari refill Coffee-Mate, saya menyusuri Jalan Gejayan. Sebuah keputusan yang salah. Jalan Gejayan pada pukul 17.15 di hari Senin adalah sebuah siksa dunia. Semua penggunanya seakan-akan berlomba memanfaatkan setiap jengkal jalanan. Sampai saya di Pom Bensin Gejayan. Indomaret ada di seberang. Tapi jalan status jalan masih pamer subang. Padat merayap susah menyeberang.
Satu menit. Dua menit. Lima menit. Sepuluh menit. Masih pamer subang.
Tiba-tiba ada Vinia. "Vince!" saya panggil dia. Keras. Menepi dia. Dan kami bercerita tentang musibah jatuhnya glider beberapa waktu lalu. Tak dinyanya, sang pilotnya adalah narasumber tugas PSTV kami. Dia juga yang menerbangkan pesawat yang saya tumpangi saat harus mengambil aerial shot. I feel sorry for him , karena menurut Vince, beliau trauma.
Dan kemudian Vinia bilang jika dia bertemu FACHRY ALBAR di dekat McD Sudirman. Apa? Fachry Albar. Tanpa memedulikan apapun, saya teriak. "Ahhhhh! Vince! Kok kowe iso ketemu bang Fachry?" (arti: ahhh, Vince! Kok kamu bisa bertemu bang Fachry). "Yo mbuh, kethoke de'e syuting lho, cum" (ya ga tahu. Sepertinya doski syuting deh cum). Dan sungguh, sungguh, saya lepas kendali saat Vince bilang "bang Fachry ki asline ngguanteng banget lho cum" (bang Fachry aslinya tampan sekali lho, Cum). Ah cukup!
Kemudian Vince pulang. Dan situasi masih pamer subang.
Itu, Indomaret ada di seberang mata. Dan saya masih di tempat yang sama. Sudah 20 menit saya ada di sini. Lama-lama putus asa. yah , sudahlah, ngaso sebentar. Akhirnya saya duduk di trotoar. Sambil minum Mijon. Gluk, gluk.
30 menit. Ada mobil dengan lampu angel eyes, HID, dan halogen menyorot saya. Terkutuk.
45 menit. Akhirnya arus lalu lintas lumayan lancar. Saya cepat-cepat menyeberang. Edan! mau nyeberang jalan saja butuh 45 menit. saya mulai merasa jalan gejayan tidak jauh beda dengan jalan Pasar Mingu Raya.
I'm at Indomaret Jalan Affandi.
Akhirnya! setelah menunggu lama, bisa juga menyebarang. Langsung saya ke bagian kopi untuk mencari Coffee-Mate dan….DANG! Tidak ada. Oalah Gustiiiiiiii! Sudah lama saya nunggu ke sini. Sampai rontok rambut nungguin dan apa yang saya dapat? Mendapati jika stok Coffee-Mate kosong? Rasanya tidak bisa dideskripsikan.
I'm at Gading Mas 4 Swalayan.
Pengalaman pahit tadi tidak menyurutkan niat saya untuk beli refill Coffee-Mate. Saya ke Gading Mas Perut mulai kelaparan. Mata mulai berkunang-kunang. Tapi, tetap saja tidak ada. Akhirnya saya beli cokelat sebatang. Langsung saya lahap. Lumayan. Ketimbang pingsan.
Hah! Lemes saya sekeluarnya dari sana. Gimana nih? Ga ketemu krimernya. Ga ada krimer ga ngopi. Saya sempat bingung. Tiba-tiba…EUREKA! Saya ingat satu toko yang PASTI menjualnya.
Circle K.
I'm at Circle K Jl. Affandi.
Saya cepat gowes ke toko berlogo K Merah ini. Bego juga ya, Circle K kan di sebelah Indomaret. Kenapa ga kepikiran ke sana. Ah entahlah, saya benar-benar tidak terpikir saat itu. Cepat-cepat saya gowes ke sana. Menentang arus jalan Gejayan yang menggila. Sampai. Saya menuju bagian kopi dan HORE! Ternyata ada. Syukurlah!
Dipikir-pikir kenapa sih saya ngotot HARUS beli Coffee-Mate refill. Tapi itulah saya. Jika mau beli Coffee-Mate ya HARUS beli Coffee-Mate. Jika maunya yang refill ya HARUS dapat yang refill. Andai kengototan ini digunakan di bidang akademis, mungkin saya bisa memahami rumus lilitan dioda. Sayangnya, tidak pernah dan tidak mau diterapkan.
Dan kemudian saya beli makan. Dan kemudian saya pulang sebentar. Karena saya ingat harus beli sesuatu. Saya ganti jaket dan pergi ke tempat fotokopian. Beli kertas Buffalo. Buat apa? Rahasia!
I'm at Kosan Matahari Ceria.
Dan akhirnya saya pulang. Benar-benar pulang. Tepar. Tiduran di kasur. Namun satu hal yang penting, setelah tiduran di kasur, saya beranjak MANDI. Itu artinya saya mandi dua kali sehari. HORE!
Dan selain mendapat refill Coffee-Mate, Circle K juga memberikan kebahagiaan lain. Itu adalah iklan Volvic yang modelnya Takeshi Kaneshiro lagi minum air.
Oom Takeshi di iklan Volvic *gulp*
ASTAGA... Saya langsung berasa haus dan ingin minum air segalon. Kyaaaa!
Dan alasan yang ketiga itulah yang menjadi hambatan terbesar untuk mengulas film besutan Quentin Tarantino itu. Boomtown Rats boleh bilang "I don't like Monday", saya pun biasanya begitu. Tapi mbuh piye ceritane, hari ini saya banyak beraktifitas. Tidak hanya guling-guling di kamar.
Jadi ke mana dan ngapain saja seharian ini? Bolehlah naik dengan percuma. Eh bolehlah dibaca ya, kakak.
I'm at Kosan Matahari Ceria.
Pagi ini diawali dari bunyi weker yang annoying. Matikan. Beranjak ke kamar mandi. Sholat. Mengaji. Dan…tidur lagi. Saya bangun lagi jam 9. Untuk kemudian cumuk gogi (cuci muka sikat gigi). Menyalakan dispenser dan membuat kopi. "Cilaka, krimer habis". Itu yang saya katakan saat melihat botol Coffee-Mate saya sudah ringan sekali. Usut punya usut, memang tak ada sebutir bubuk pun di dalamnya. Saya nesu dan misuh-misuh.
Setelah itu, ambil iPod dan memutar lagu kebangsaan hari Senin. Ya, "I Don't Like Monday" versi Boomtown Rats.
"Tell me why I don't like Monday. Tell me why I don't like Monday. Tell me why I don't like Monday. I wanna shoot, oooh, the whole day down," saya menyanyikan ini sepanjang pagi.
Kemudian nonton BOSS dan lagi-lagi kagum dengan Kichise Michiko. Astaga, tante satu ini cantiiiiiiiiiiiik sekali!
Pukul 11.30…Trong! Si Mimi berbunyi. Ada email masuk. Dari Arum, ngajakin makan katanya. Di mana? Di Rempah Asia. Lina mau ikutan juga katanya. Oh ya, oke. Saya beranjak mandi. Lagunya saya ganti. Dari I Don't Like Monday ke Kissing You Baby. Dari Boomtown Rats ke SNSD. Ga usah protes.
Selesai mandi. Saya menuju Rempah Asia bersama Raden Mas (ini nama sepeda, btw). Saya lirik jam. Jam 12.30.
I'm at Rempah Asia Resto khas Malaysia.
Sesampainya di sana. Arum sudah menunggu. Lina? Belum datang. Ah elaaah. Saya kasih dia Sooyoungie. Bukan, ini bukan nama personel SNSD yang kakinya panjang sekali. Ini nama hard disk saya. Ya, saya kasih itu Sooyungie. Tak beberapa lama, Lina datang. Lina datang bersama kembarannya eh adiknya, Laras alias Aas.
Kami pesan makanan. Arum: Nasi Lemak Ayam Rempah dan Es Teh Tarik. Aas: Nasi Lemak Ayam Kari dan Es Teh. Lina: Nasi goreng kampung dan es teh. Saya: nasi papdrik ayam dan es teh tarik. Saat itu, saya baru nyadar namanya "papdrik", bukan "paprik", padahal sudah setahun langanan di situ.
Kami makan dan cerita-cerita. Panjang, lama. Mulai dari drama Asia sampai topik yang selalu dibicarakan mahasiswa tua, sebut saja namanya S. Lina juga bilang jika dia mau pulang nanti sore. Ckckck…Lina ini lebih sering pulang dibanding saya yang rumahnya dekat. Di tengah-tengah, saya bilang sama Arum akan bayar makanannya. Karena dia selalu bayarin saya waktu insiden atm hilang." Serius?," tanyanya. Serius, saya bilang. Hakkul yakin.
Kemudian hujan deras. Deras sekali. Sangat deras. Mungkin efek dari saya yang niat bayarin makan…
Berhubung hujan, akhirnya kami tertahan di situ hingga menjelang sore. Kemudian Lina dan Aas pulang. Saya dan Arum ke Platinum.
I'm at Platinum Internet Café.
Yak, kami berdua menuju ke warnet yang terletak di lantai atas Hoka-Hoka Bento. Arum mau kirim email katanya. Saya ngapain? Ceritanya saya mau mengulas film Kill Bill. Saya cari bahan. Sambil, ehm, mencari video Hello Baby episode dua. Jangan protes.
Tapi ternyata saya tidak bisa posting, karena…ehm, saya tidak nyanding kopi. Serasa buntu otak ini. Lalu Shiro lowbatt dan saya pulang deh.
I'm at Mirota Gejayan.
Di jalan, saya ingat jika lampu belakang Raden Mas baterenya sudah habis. Saya pergi ke daerah Mirota Gejayan untuk beli baterenya. Saya gowes santai. Lihat kanan kiri. Lihat langit. Menghindari lubang. Loncatin polisi tidur (ceritanya akrobat). Dan iseng bunyiin bel sepeda. Kriing.
Sampai saya di sana. Menuju ke tempat reparasi jam. Beli batere. Duduk di sebelah Bapaknya yang ramah. Kami sempat berbincang sebentar tentang sepeda. beliau tanya, hari Jumat lalu mengapa banyak orang bresepeda. hari Jumat? Saya mikir sejenak. Ooh, JLFR (Jogja Last Friday Ride). Saya jelaskan tentang JLFR. Beliau angguk-anguk dan bertanya kenapa saya tidak ikutan. Saya cuma mesem. Males pak, hehe. Bapaknya juga ketawa, hehe.
Sehabis beli batere untuk Raden Mas, saya teringat jika harus membeli refill Coffee-Mate. Saya menuju ke Mirota dan ke bagian kopi. Celingak-celinguk. Tolah-toleh. Tolah-toleh. Tidak ada. Jikalau ada itu pun bungkus kotak 450 G. Terlalu besar dan akan jadi mubadzir, pikir saya. Saya cari lagi sekali lagi. Gak ada. Saya pergi.
I'm at Indomaret Gejayan.
Dengan asumsi minimarket ini lebih komplit jualannya, saya gowes ke sana. Sampai. Menuju bagian kopi. Kembali melihat dari atas sampai bawah rak. Tidak ada. Saya tanya karyawannya. Kosong, katanya. Dongkol, saya pergi. Menuju Indomaret di Jalan Affandi.
I'm at Pom Bensin Gejayan.
Demi mencari refill Coffee-Mate, saya menyusuri Jalan Gejayan. Sebuah keputusan yang salah. Jalan Gejayan pada pukul 17.15 di hari Senin adalah sebuah siksa dunia. Semua penggunanya seakan-akan berlomba memanfaatkan setiap jengkal jalanan. Sampai saya di Pom Bensin Gejayan. Indomaret ada di seberang. Tapi jalan status jalan masih pamer subang. Padat merayap susah menyeberang.
Satu menit. Dua menit. Lima menit. Sepuluh menit. Masih pamer subang.
Tiba-tiba ada Vinia. "Vince!" saya panggil dia. Keras. Menepi dia. Dan kami bercerita tentang musibah jatuhnya glider beberapa waktu lalu. Tak dinyanya, sang pilotnya adalah narasumber tugas PSTV kami. Dia juga yang menerbangkan pesawat yang saya tumpangi saat harus mengambil aerial shot. I feel sorry for him , karena menurut Vince, beliau trauma.
Dan kemudian Vinia bilang jika dia bertemu FACHRY ALBAR di dekat McD Sudirman. Apa? Fachry Albar. Tanpa memedulikan apapun, saya teriak. "Ahhhhh! Vince! Kok kowe iso ketemu bang Fachry?" (arti: ahhh, Vince! Kok kamu bisa bertemu bang Fachry). "Yo mbuh, kethoke de'e syuting lho, cum" (ya ga tahu. Sepertinya doski syuting deh cum). Dan sungguh, sungguh, saya lepas kendali saat Vince bilang "bang Fachry ki asline ngguanteng banget lho cum" (bang Fachry aslinya tampan sekali lho, Cum). Ah cukup!
Kemudian Vince pulang. Dan situasi masih pamer subang.
Itu, Indomaret ada di seberang mata. Dan saya masih di tempat yang sama. Sudah 20 menit saya ada di sini. Lama-lama putus asa. yah , sudahlah, ngaso sebentar. Akhirnya saya duduk di trotoar. Sambil minum Mijon. Gluk, gluk.
30 menit. Ada mobil dengan lampu angel eyes, HID, dan halogen menyorot saya. Terkutuk.
45 menit. Akhirnya arus lalu lintas lumayan lancar. Saya cepat-cepat menyeberang. Edan! mau nyeberang jalan saja butuh 45 menit. saya mulai merasa jalan gejayan tidak jauh beda dengan jalan Pasar Mingu Raya.
I'm at Indomaret Jalan Affandi.
Akhirnya! setelah menunggu lama, bisa juga menyebarang. Langsung saya ke bagian kopi untuk mencari Coffee-Mate dan….DANG! Tidak ada. Oalah Gustiiiiiiii! Sudah lama saya nunggu ke sini. Sampai rontok rambut nungguin dan apa yang saya dapat? Mendapati jika stok Coffee-Mate kosong? Rasanya tidak bisa dideskripsikan.
I'm at Gading Mas 4 Swalayan.
Pengalaman pahit tadi tidak menyurutkan niat saya untuk beli refill Coffee-Mate. Saya ke Gading Mas Perut mulai kelaparan. Mata mulai berkunang-kunang. Tapi, tetap saja tidak ada. Akhirnya saya beli cokelat sebatang. Langsung saya lahap. Lumayan. Ketimbang pingsan.
Hah! Lemes saya sekeluarnya dari sana. Gimana nih? Ga ketemu krimernya. Ga ada krimer ga ngopi. Saya sempat bingung. Tiba-tiba…EUREKA! Saya ingat satu toko yang PASTI menjualnya.
Circle K.
I'm at Circle K Jl. Affandi.
Saya cepat gowes ke toko berlogo K Merah ini. Bego juga ya, Circle K kan di sebelah Indomaret. Kenapa ga kepikiran ke sana. Ah entahlah, saya benar-benar tidak terpikir saat itu. Cepat-cepat saya gowes ke sana. Menentang arus jalan Gejayan yang menggila. Sampai. Saya menuju bagian kopi dan HORE! Ternyata ada. Syukurlah!
Dipikir-pikir kenapa sih saya ngotot HARUS beli Coffee-Mate refill. Tapi itulah saya. Jika mau beli Coffee-Mate ya HARUS beli Coffee-Mate. Jika maunya yang refill ya HARUS dapat yang refill. Andai kengototan ini digunakan di bidang akademis, mungkin saya bisa memahami rumus lilitan dioda. Sayangnya, tidak pernah dan tidak mau diterapkan.
Dan kemudian saya beli makan. Dan kemudian saya pulang sebentar. Karena saya ingat harus beli sesuatu. Saya ganti jaket dan pergi ke tempat fotokopian. Beli kertas Buffalo. Buat apa? Rahasia!
I'm at Kosan Matahari Ceria.
Dan akhirnya saya pulang. Benar-benar pulang. Tepar. Tiduran di kasur. Namun satu hal yang penting, setelah tiduran di kasur, saya beranjak MANDI. Itu artinya saya mandi dua kali sehari. HORE!
Dan selain mendapat refill Coffee-Mate, Circle K juga memberikan kebahagiaan lain. Itu adalah iklan Volvic yang modelnya Takeshi Kaneshiro lagi minum air.
Oom Takeshi di iklan Volvic *gulp*
ASTAGA... Saya langsung berasa haus dan ingin minum air segalon. Kyaaaa!
Published with Blogger-droid v1.6.8
Tuesday, May 24, 2011
Nestapa (Balada Anak Kos)
"Nestapa (kata sifat) keadaan yang sangat sedih atau susah sekali (Kamus Besar Bahasa Indonesia)"
Saya tidak tahu harus berkata apa untuk hari yang sebentar lagi akan berakhir ini. Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa itu sungguh tepat untuk menggambarkan nasib saya.
Berawal dari kejadian pagi tadi, saya sudah wangi, rapi jali dan bersiap untuk pergi ke kampus Seperti biasa, saya bersama Raden Mas (Raden Mas Singomenggolo Jalmowono lengkapnya, jika Anda ingin tahu). Hanya beberapa meter dari kos, saya kok merasa Raden Mas ini bagian belakangnya tidak satabil. Gludak gluduk suaranya. Penasaran, saya lihat ban belakangnya…
Ulala, ban belakangnya sudah rata. Jika Anda mengenal istilah run flat tyres maka ban sepeda saya adalah flat tire dalam arti harfiah. Benar-benar rata. Rim-nya sudah hampir keluar. Dan yang bikin saya panik adalah dop (pentil ban) si Raden Mas entah ke mana. Panik, saya mencari dop yang berwarna hitam di hamparan aspal yang hitam juga. Ketemu. Saya menuju bengkel motor terdekat, yang pemiliknya adalah kenalan saya mengingat kami suka bersepeda. Waktu menunjukkan pukul 09.45….
“Pak, ada dop ukuran 26?” tanya saya
“Wah ga ada, mbak. Adanya yang ukuran 27” katanya. (dalam hati saya berkata, “besok-besok harus upgrade ban jadi 27”)
Si Bapak menyarankan agar saya pergi ke bengkel pak Topo, tetangga yang juga suka sepeda (beliau punya sebuah Pinarello yang selalu diajak ke Pakem setiap Minggu pagi). Saya berjalan menuntun Raden Mas.
Suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod memenuhi kepala “What’s going on?
Waktu menunjukkan pukul 10.05…
Sesampainya di sana, bengkelnya belum buka. Asem.
Apa daya, saya memutuskan menuju toko sepeda di daerah Gejayan. Berjalanlah kami di trotoar, muka saya panas. Wajah saya sudah asin asin pahit karena lunturan bedak. “Coba bedakku Shiseido Maquillage, ga luntur deh” begitu pikir saya *plak* *sempet sempetnya*.
Akhirnya kami sampai. Saya langsung mencari ban dalam. Dan kepikiran jika lampu belakang mati dan joknya agak sedikit keras. Saya memutuskan untuk membeli lampu belakang dan sadel Velo Plush. Ditotal sama mbaknya. 210 ribu katanya. Saya pamit menuju ATM terdekat.
Sesampainya di ATM, saya buka dompet. DANG! Yang ada hanya ATM Mandiri.
ATM Shar’e saya entah di mana.
Saya kubek-kubek dompet. Membuang semua nota. Tidak ada.
Waktu menunjukkan pukul 10.45...
Suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod semain kencang terdengar di kepala “Hey! What’s going on?
Saya balik ke tokonya. Lemas dan pucat. Ditanya saya oleh mbaknya kenapa. ATM hilang kata saya. Mbaknya menenangkan saya. Saya telpon teman. Tapi dia juga ga punya uang. Saya telpon ibu kos.
Eh di tengah perbincangan tahunya putus. Pulsa habis
Saya mengutuki provider merah.
Akhirnya saya pinjam telpon di toko untuk menelpon kos. Si Mbaknya terus menenangkan saya. Ibu kos bisa meminjamkan uang. Tapi…”kamu ambil ke kos ya, May. Aku mau pergi soalnya”. Jadi saya berjalan ke kosan.
Waktu menunjukkan pukul 11.15...
Suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod semain kencang terdengar di kepala “Hey! WHAT’S GOING ON?”
Sampai di kos saya bongkar kamar. Berharap si ATM nyelip atau ternyata ada di saku celana. Sia-sia. Nihil adanya. Saya balik ke toko sepeda.
Waktu menunjukkan pukul entah berapa...
Suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod semain kencang terdengar di kepala “I said, ‘Hey!’ WHAT’S GOING ON?”
Saya akhirnya hanya membeli ban dalam. Saya terus-terusan meminta maaf sama mbaknya. Untung mbaknya baik.
Lalu saya ke kampus. Lho? Soalnya saya sudah bingung mau ngapain lagi. Sampai di sana. Duduk di lobi dan berpikir tentang nasib hari ini. Saya ketik kalimat ini:
“Ban dalam sobek, ATM hilang, pulsa habis. What’s worse?”
DibalAs oleh Nea, teman KKN saya “tangan kiri cidera”.
Raam Punjabi bisa bikin sinetron dari cerita saya hari ini.
Di saat kebingungan melanda, saya baru sadar ada email masuk. Dari Arum. Ngajakin sarapan. Saya bales “ATM ku hilang”. Terkejut dia, padahal dia tidak perlu terkejut karena temannya ini sering bertingkah ajaib. “Cepetan diurus” katanya. Ah..Arum ini memang pintar dan bijaksana (yakin saya dia pasti senang jika baca ini).
Maka saya pergi ke kantor Muamalat. Setelah ditanya macam-macam, untuk verifikasi, dan saya minta pemblokiran rekening (ah, saya merasa brilian sekali saat menanyakan ini), kesimpulannya adalah “kartunya nanti kita cetak. Waktunya dua minggu kerja.”
Saat itu saya merasa penyakit tekanan darah rendah saya kumat. Pusing dan berkunang-kunang.
Dan suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod semain kencang terdengar di kepala “I SAID, ‘HEY!’ WHAT’S GOING ON?”
Saya lapor Arum. Doi tetap ngajakin makan. Tempatnya? Rempah Asia. Posisi saya di Masjid Kampus. Pendapat saya ada dua:
Pertama, “Arum ngajak berantem sumpah. Masa aku sepedaaan dari Maskam ke Rempah Asia, panasan begini, bahu kiriku sakit lagi”
Kedua, “Ya udah sih, makan mah makan aja. Daripada pingsan seharian belum makan.”
Pendapat kedua yang menang. Saya kayuh Raden Mas dengan sisa tenaga yang ada. Sepanjang jalan menguatkan diri agar tidak pingsan dan meringis menahan sakit. Syukur Ya Allah, saya sampai dengan selamat. Di sana sudah ada segerombolan mas-mas Malaysia lagi ngobrol sampai ketawa ngakak. Saya duduk di seberang cowok yang mukanya mirip Ashraff. Lumayan. Ngademin kepala.
Tak beberapa lama, Arum datang. Kami makan sambil cerita-cerita. Untungnya dia baik mau bayarin saya. Sebenarnya saya takut akan ada hujan badai disertai petir karena perbuatannya itu, tapi ternyata tak ada apa-apa.
Kami pun berpisah. Dia perawatan. Saya balik kosan. Sampai saya di kosan. Utuh tanpa kurang apapun. Lapor lagi ke Arum. Saya mesti anteng. Ga boleh salto katanya. Saya turutin.
Saya buka dompet. Yang tersisa tinggal selembar sepuluh ribuan, selambar lima ribuan, dua lembar uang dua ribu, dan selembar uang seribu. Saya lihat kalender.
Tanggal 30 masih lama.
Kali ini suara Natalie Oreiro yang bermain di kepala “Cambio dolor por libertad...”
Saya tiduran, buka laptop dan marathon nonton tiga judul film sekaligus.
Jika hari Sabtu dan Minggu kemarin kata yang cocok untuk mendeskripsikan nasib saya adalah "DERITA". Maka di hari Selasa ini kata itu berubah menjadi "NESTAPA".
Sekarang tinggal memikirkan cara bertahan hidup dengan uang 20 ribu untuk 3 - 4 hari ke depan *putar otak*
HORUMOOOOO!
Saya tidak tahu harus berkata apa untuk hari yang sebentar lagi akan berakhir ini. Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa itu sungguh tepat untuk menggambarkan nasib saya.
Berawal dari kejadian pagi tadi, saya sudah wangi, rapi jali dan bersiap untuk pergi ke kampus Seperti biasa, saya bersama Raden Mas (Raden Mas Singomenggolo Jalmowono lengkapnya, jika Anda ingin tahu). Hanya beberapa meter dari kos, saya kok merasa Raden Mas ini bagian belakangnya tidak satabil. Gludak gluduk suaranya. Penasaran, saya lihat ban belakangnya…
Ulala, ban belakangnya sudah rata. Jika Anda mengenal istilah run flat tyres maka ban sepeda saya adalah flat tire dalam arti harfiah. Benar-benar rata. Rim-nya sudah hampir keluar. Dan yang bikin saya panik adalah dop (pentil ban) si Raden Mas entah ke mana. Panik, saya mencari dop yang berwarna hitam di hamparan aspal yang hitam juga. Ketemu. Saya menuju bengkel motor terdekat, yang pemiliknya adalah kenalan saya mengingat kami suka bersepeda. Waktu menunjukkan pukul 09.45….
“Pak, ada dop ukuran 26?” tanya saya
“Wah ga ada, mbak. Adanya yang ukuran 27” katanya. (dalam hati saya berkata, “besok-besok harus upgrade ban jadi 27”)
Si Bapak menyarankan agar saya pergi ke bengkel pak Topo, tetangga yang juga suka sepeda (beliau punya sebuah Pinarello yang selalu diajak ke Pakem setiap Minggu pagi). Saya berjalan menuntun Raden Mas.
Suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod memenuhi kepala “What’s going on?
Waktu menunjukkan pukul 10.05…
Sesampainya di sana, bengkelnya belum buka. Asem.
Apa daya, saya memutuskan menuju toko sepeda di daerah Gejayan. Berjalanlah kami di trotoar, muka saya panas. Wajah saya sudah asin asin pahit karena lunturan bedak. “Coba bedakku Shiseido Maquillage, ga luntur deh” begitu pikir saya *plak* *sempet sempetnya*.
Akhirnya kami sampai. Saya langsung mencari ban dalam. Dan kepikiran jika lampu belakang mati dan joknya agak sedikit keras. Saya memutuskan untuk membeli lampu belakang dan sadel Velo Plush. Ditotal sama mbaknya. 210 ribu katanya. Saya pamit menuju ATM terdekat.
Sesampainya di ATM, saya buka dompet. DANG! Yang ada hanya ATM Mandiri.
ATM Shar’e saya entah di mana.
Saya kubek-kubek dompet. Membuang semua nota. Tidak ada.
Waktu menunjukkan pukul 10.45...
Suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod semain kencang terdengar di kepala “Hey! What’s going on?
Saya balik ke tokonya. Lemas dan pucat. Ditanya saya oleh mbaknya kenapa. ATM hilang kata saya. Mbaknya menenangkan saya. Saya telpon teman. Tapi dia juga ga punya uang. Saya telpon ibu kos.
Eh di tengah perbincangan tahunya putus. Pulsa habis
Saya mengutuki provider merah.
Akhirnya saya pinjam telpon di toko untuk menelpon kos. Si Mbaknya terus menenangkan saya. Ibu kos bisa meminjamkan uang. Tapi…”kamu ambil ke kos ya, May. Aku mau pergi soalnya”. Jadi saya berjalan ke kosan.
Waktu menunjukkan pukul 11.15...
Suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod semain kencang terdengar di kepala “Hey! WHAT’S GOING ON?”
Sampai di kos saya bongkar kamar. Berharap si ATM nyelip atau ternyata ada di saku celana. Sia-sia. Nihil adanya. Saya balik ke toko sepeda.
Waktu menunjukkan pukul entah berapa...
Suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod semain kencang terdengar di kepala “I said, ‘Hey!’ WHAT’S GOING ON?”
Saya akhirnya hanya membeli ban dalam. Saya terus-terusan meminta maaf sama mbaknya. Untung mbaknya baik.
Lalu saya ke kampus. Lho? Soalnya saya sudah bingung mau ngapain lagi. Sampai di sana. Duduk di lobi dan berpikir tentang nasib hari ini. Saya ketik kalimat ini:
“Ban dalam sobek, ATM hilang, pulsa habis. What’s worse?”
DibalAs oleh Nea, teman KKN saya “tangan kiri cidera”.
Raam Punjabi bisa bikin sinetron dari cerita saya hari ini.
Di saat kebingungan melanda, saya baru sadar ada email masuk. Dari Arum. Ngajakin sarapan. Saya bales “ATM ku hilang”. Terkejut dia, padahal dia tidak perlu terkejut karena temannya ini sering bertingkah ajaib. “Cepetan diurus” katanya. Ah..Arum ini memang pintar dan bijaksana (yakin saya dia pasti senang jika baca ini).
Maka saya pergi ke kantor Muamalat. Setelah ditanya macam-macam, untuk verifikasi, dan saya minta pemblokiran rekening (ah, saya merasa brilian sekali saat menanyakan ini), kesimpulannya adalah “kartunya nanti kita cetak. Waktunya dua minggu kerja.”
Saat itu saya merasa penyakit tekanan darah rendah saya kumat. Pusing dan berkunang-kunang.
Dan suara vokalis Four Non Blondes yang sedang bernyanyi di iPod semain kencang terdengar di kepala “I SAID, ‘HEY!’ WHAT’S GOING ON?”
Saya lapor Arum. Doi tetap ngajakin makan. Tempatnya? Rempah Asia. Posisi saya di Masjid Kampus. Pendapat saya ada dua:
Pertama, “Arum ngajak berantem sumpah. Masa aku sepedaaan dari Maskam ke Rempah Asia, panasan begini, bahu kiriku sakit lagi”
Kedua, “Ya udah sih, makan mah makan aja. Daripada pingsan seharian belum makan.”
Pendapat kedua yang menang. Saya kayuh Raden Mas dengan sisa tenaga yang ada. Sepanjang jalan menguatkan diri agar tidak pingsan dan meringis menahan sakit. Syukur Ya Allah, saya sampai dengan selamat. Di sana sudah ada segerombolan mas-mas Malaysia lagi ngobrol sampai ketawa ngakak. Saya duduk di seberang cowok yang mukanya mirip Ashraff. Lumayan. Ngademin kepala.
Tak beberapa lama, Arum datang. Kami makan sambil cerita-cerita. Untungnya dia baik mau bayarin saya. Sebenarnya saya takut akan ada hujan badai disertai petir karena perbuatannya itu, tapi ternyata tak ada apa-apa.
Kami pun berpisah. Dia perawatan. Saya balik kosan. Sampai saya di kosan. Utuh tanpa kurang apapun. Lapor lagi ke Arum. Saya mesti anteng. Ga boleh salto katanya. Saya turutin.
Saya buka dompet. Yang tersisa tinggal selembar sepuluh ribuan, selambar lima ribuan, dua lembar uang dua ribu, dan selembar uang seribu. Saya lihat kalender.
Tanggal 30 masih lama.
Kali ini suara Natalie Oreiro yang bermain di kepala “Cambio dolor por libertad...”
Saya tiduran, buka laptop dan marathon nonton tiga judul film sekaligus.
Jika hari Sabtu dan Minggu kemarin kata yang cocok untuk mendeskripsikan nasib saya adalah "DERITA". Maka di hari Selasa ini kata itu berubah menjadi "NESTAPA".
Sekarang tinggal memikirkan cara bertahan hidup dengan uang 20 ribu untuk 3 - 4 hari ke depan *putar otak*
HORUMOOOOO!
Published with Blogger-droid v1.6.8
Monday, May 23, 2011
(apalah) Arti Sebuah Nama
Tadi pagi saat hendak mengoleskan salep ke bahu (jangan tanya caranya), saya membaca tulisan di boxnya. Tertulis di sana, "SUMAYA". ehh, wat!? Sumaya. Dengan Y tunggal.
Ampun deh. Padahal saya sudah jelas-jelas menulis "SUMAYYA". Dengan Y dobel.
William Shakespeare pernah berkata "what is in a name", apalah arti sebuah nama. Ya, boleh saja pengarang Much Ado About Nothing itu berkata begitu. Tapi secara pribadi, saya kesal jika nama salah ditulis. Dan kejadian ini sudah berulang puluhan kali. Saya kesal.
Dan kesal adalah hak.
Ah mutung. Ndak mau minum Neurodex *plak* *kapan sembuhnya*
Published with Blogger-droid v1.6.8
Sunday, May 22, 2011
Arti Tangan Kiri
Apa arti tangan kiri? Ternyata tangan kiri tidak hanya sekedar untuk c*bok. Tanpa disadari, tangan kiri juga menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari keseharian ummat manusia. Aduhai, saya terlihat intelek dan bijaksana sekali saat menulis ini. Jangan tertipu hihihih
Saya kemarin melakukan sebuah kebodohan yang berakibat bahu kiri saya sakit sakit sekaliiiiii (pake nada "naik-naik ke puncak Gunung"). Namun saya tetap melaukan kegiatan seperti biasa. Well, tidak seperti biasa sih, tapi ya intinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Tapi dalam perjalanan pulang dar markas Gorgom saya mengalami nyeri yang luar biasa. Apa daya, saya mampir ke apotek langganan (langganan kok ya apotek sih, miris sekali lho nasibku) untuk membeli Salonpas. Berhubung saya lagi banyak uang, saya beli dua macam sekaligus. Varian normal dan varian Pain Relief Patches. Langsung saya pasang toga lembar. Panas? Ho oh. Tapi apa daya, nyeri mengalahkan segalanya.
Nah tadi pagi, di saat saya mengangkat gelas untuk bikin kopi, baru terasa sakit yang amat sangat luar biasa. Onde Mande! Saya meringis kesakitan. Cepat-cepat saya pindahkan gelas dan membuat kopi semata-mata hanya mengandalkan tangan kanan. Kemudian saya tidur-tiduran
Dan selanjutnya saya ingat jika harus mencuci. Dan harus menengok sepupu yang lagi ikutan bimbingan belajar di daerah Taman Siswa. Saya coba mencuci secara normal dan gagal. Karena jangankan mengucek, mengangkat tangan saja saya merasa kesakitan. Ya sudah saya mencoba mencuci dengan satu tangan. Dan itu repot kakak. Tapi saya bangga sekali bisa mencuci dengan satu tangan.
Karena semakin lama semakin nyeri (dan semakin ga bisa ngapa-ngapain), saya mendatangi teman yang kuliah di FK. "Mbak, ini kayaknya robek deh. Coba kamu periksa dokter." katanya Duh, serem saya. Tapi saya ingat satu kewajiban lagi, menengo sepupu di Taman Siswa. Uh...jika boleh memilih saya lebih baik mendatanginya di saat keadaan bahu ini sudah lebih baik. Tapi berhubung saya sepupu yang baik hati, cantik, rajin menabung, dan berkebun (Pembaca langsung melempar batu), maka saya berangkat ke sana. Oh Mama Oh Papa, setiap saya menarik tuas rem itu adalah saat paling menderita. Dan saya harus menarik tuas rem berulang kali kecuali saya ingin kecelakaan lagi (dan di jalan saya bertemu gebetan. IHI!)
Rasa sakit yang mendera sepanjang perjalanan membuat saya berkata "This is it!" eh bukan "That's it. Aku harus beli obat!" Maka saya menuju apotik di samping UNY. Masuk ke sana dan mencari Counterpain. Mungkin karena muka saya terlihat sakit sekali, saya disarankan untuk perikas dokter. Hasilnya? "Mbak, itu ligamen di sekitar tulang belikatnya ada yang robe" kata mbak dokter. "APAAA!?" saya terkejut. "Iya, mbak. Tapi cuma sedikit kok" ujar mbak dokter buru-buru menenangkan. Saya diberi salep dan obat yang harus diminum. Plus saran lain "tangan kirinya jangan banyak beraktifitas ya, mbak"
Sesampainya di kos, saya memikirkan arti tangan kiri.
Tanpa tangan kiri kita tidak bisa mengucek dan memeras cucian dengan benar.
Tanpa tangan kiri kita tidak bisa membuat kopi dengan cepat.
Tanpa tangan kiri kita tidak bisa mengetik di hape QWERTY dengan nyaman.
Saat tangan kiri kita tidakbisa dipakai, maka memakai baju menjadi kegiatan yang sungguh menghabiskan waktu.
Saat tangan kiri sakit, maka kegiatan menarik tuas rem motor menjadi kegiatan yang menyiksa.
Saat tangan kiri tidak bisa dipakai, maka menulis blog menjadi kegiatan yang rasanya dilakukan sejak jaman megalitikum. Saking lambatnya kita mengetik.
Seperti yang saya lakukan hari ini.
*tenggak Neurodex*
Saya kemarin melakukan sebuah kebodohan yang berakibat bahu kiri saya sakit sakit sekaliiiiii (pake nada "naik-naik ke puncak Gunung"). Namun saya tetap melaukan kegiatan seperti biasa. Well, tidak seperti biasa sih, tapi ya intinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Tapi dalam perjalanan pulang dar markas Gorgom saya mengalami nyeri yang luar biasa. Apa daya, saya mampir ke apotek langganan (langganan kok ya apotek sih, miris sekali lho nasibku) untuk membeli Salonpas. Berhubung saya lagi banyak uang, saya beli dua macam sekaligus. Varian normal dan varian Pain Relief Patches. Langsung saya pasang toga lembar. Panas? Ho oh. Tapi apa daya, nyeri mengalahkan segalanya.
Nah tadi pagi, di saat saya mengangkat gelas untuk bikin kopi, baru terasa sakit yang amat sangat luar biasa. Onde Mande! Saya meringis kesakitan. Cepat-cepat saya pindahkan gelas dan membuat kopi semata-mata hanya mengandalkan tangan kanan. Kemudian saya tidur-tiduran
Dan selanjutnya saya ingat jika harus mencuci. Dan harus menengok sepupu yang lagi ikutan bimbingan belajar di daerah Taman Siswa. Saya coba mencuci secara normal dan gagal. Karena jangankan mengucek, mengangkat tangan saja saya merasa kesakitan. Ya sudah saya mencoba mencuci dengan satu tangan. Dan itu repot kakak. Tapi saya bangga sekali bisa mencuci dengan satu tangan.
Karena semakin lama semakin nyeri (dan semakin ga bisa ngapa-ngapain), saya mendatangi teman yang kuliah di FK. "Mbak, ini kayaknya robek deh. Coba kamu periksa dokter." katanya Duh, serem saya. Tapi saya ingat satu kewajiban lagi, menengo sepupu di Taman Siswa. Uh...jika boleh memilih saya lebih baik mendatanginya di saat keadaan bahu ini sudah lebih baik. Tapi berhubung saya sepupu yang baik hati, cantik, rajin menabung, dan berkebun (Pembaca langsung melempar batu), maka saya berangkat ke sana. Oh Mama Oh Papa, setiap saya menarik tuas rem itu adalah saat paling menderita. Dan saya harus menarik tuas rem berulang kali kecuali saya ingin kecelakaan lagi (dan di jalan saya bertemu gebetan. IHI!)
Rasa sakit yang mendera sepanjang perjalanan membuat saya berkata "This is it!" eh bukan "That's it. Aku harus beli obat!" Maka saya menuju apotik di samping UNY. Masuk ke sana dan mencari Counterpain. Mungkin karena muka saya terlihat sakit sekali, saya disarankan untuk perikas dokter. Hasilnya? "Mbak, itu ligamen di sekitar tulang belikatnya ada yang robe" kata mbak dokter. "APAAA!?" saya terkejut. "Iya, mbak. Tapi cuma sedikit kok" ujar mbak dokter buru-buru menenangkan. Saya diberi salep dan obat yang harus diminum. Plus saran lain "tangan kirinya jangan banyak beraktifitas ya, mbak"
Sesampainya di kos, saya memikirkan arti tangan kiri.
Tanpa tangan kiri kita tidak bisa mengucek dan memeras cucian dengan benar.
Tanpa tangan kiri kita tidak bisa membuat kopi dengan cepat.
Tanpa tangan kiri kita tidak bisa mengetik di hape QWERTY dengan nyaman.
Saat tangan kiri kita tidak
Saat tangan kiri sakit, maka kegiatan menarik tuas rem motor menjadi kegiatan yang menyiksa.
Saat tangan kiri tidak bisa dipakai, maka menulis blog menjadi kegiatan yang rasanya dilakukan sejak jaman megalitikum. Saking lambatnya kita mengetik.
Seperti yang saya lakukan hari ini.
*tenggak Neurodex*
Saturday
(hasil buruan hari ini)
"Hot motel. Stuffy inside. I know well. This eleven walls…."
Hari ini saya tidur jam dua pagi. Salahkan drama Rebound. Saking menariknya, saya harus menonton tiga episode berturut-turut kemarin malam. Saya tidur dan bermimpi indah. Ceritanya Arien pulang dari Turki dan pergi ke kampus sambil membawa Aediz, anak Turki umur 6 tahun yang skala gantengnya 12 dari 10. “Kriiing!” tiba-tiba weker saya berbunyi. Asem.
Saya bangun dan melihat jam. 06.30. “Masih pagi”, pikir saya yang lanjut narik sarung, setel weker, dan tidur lagi. “Kriiing!” kembali weker saya berbunyi pada pukul 08.00. Kali ini bebunyiannya berpadu dengan simfoni pagi hari. Yang tak lain dan tak bukan dalah suara dak dak duk duk tukang yang lagi bongkar kosan. Karena annoying, saya memutuskan untuk bangun. Bangun beneran. Sebelum itu, saya matikan dulu weker yang suaranya tidak kalah annoying. Bergulinglah saya ke ujung kasur dan berusaha menggapai weker yang ada di lantai . Saya rentangkan tangan dan meregang tubuh. Tiba-tiba….
”KLEK!” muncul bebunyian dari bagian belakang tubuh. Alamak, otot bahu saya tertarik. Saya coba ngulet. Ampun, Nyeri sekali. Tergopoh-gopoh saya bangun mencari Salonpas. Sambil meraba-raba barang di kamar, saya tidak pake kacamata, ketemu juga koyo ini. Susah payah, saya memasangnya di bahu kiri. Dua sekaligus. Bodo deh udah bau Salonpas pagi-pagi. Bahu-bahu sendiri.
Kemudian saya menyalakan dispenser dan memanaskannya sebagai persiapan ngopi. Ga ngopi ga melek, dan ga bisa ngopi kalo ga ada air panas. Sembari menunggu airnya panas, saya sikat gigi (sebenarnya saya ini rajin lho. Rajin sikat gigi :p). Selesai. Buka pintu. Keluar kamar mandi. Dan saya tersandung kabel dispenser yang meilntang di depan pintu amar mandi. Kali ini kaki kiri saya yang jadi korban.
“Klik!” dan sumpah itu nyeri sekali. Sangat nyeri, sehingga saya memutuskan ngesot untuk membuat kopi, dan segera naik ke kasur bawah.
Mengingat bahu dan kaki kiri sudah (sedikit) cedera, dan ini hari Sabtu, saya memutuskan untuk berdiam diri di kasur. Oke, tidak hanya tidur di kasur tapi juga menonton dorama. Satu episode Rebound dan dua episode BOSS season 2 ditonton sambil sesekali twitteran. Menginjak jam 11, rasa lapar yang mendera memaksa saya ngesot untuk menyeduh Milo Fuze. Kemudian saya tidur-tiduran lagi.
"Coffee break. Lunch at noon. Pumpernickel steak. Green and orange room…"
Menjelang tengah hari, ada mention masuk. Mbak Pulung menawari saya dan Ocha Gorgom pancake buatannya (yang sumpah enak banget itu). Saya tergoda, tapi saya belum mandi dan tubuh ini terlalu malas untuk bergerak. Selang beberapa waktu, muncul sms dari Gorgom. “Ayo ke tempat mbak Pulung, ga usah mandi. Cumuk gogi aja” (cumuk gogi = cuci muka gosok gigi) . Aha! Saya cepat-cepat cumuk gogi, menuju markas Gorgom, dan kami berdua menuju ke rumah Mbak Pulung.
Selanjutnya Kak Maya dan Gorgom, dua mahasiswi di akhir bulan yang kelaparan tapi terlalu malas untuk sarapan, pun sampai. Kami segera disuguhi Pancake yang legendaris itu. Saya makan lima, dan Gorgom makan lima. Jadi totalnya kami mengonsumsi sepuluh buah pancake. Lapar atau memang rakus sih? Dua-duanya.
Sampai sore kami ada di sana. Ngapain? Emmm…ya ngobrol-ngobrol biasa aja sih. Tentang Dir En Grey, tentang majalah Elle (di mana saya dan Gorgom takjub dengan banyanya iklan di majalah itu), hingga akhirnya mengenalkan Gorgom dengan Taemin. Selama itu, saya lebih banyak diam. Kenapa? Karena saya memang aslinya pendiam (“DUSTA!” kata pembaca). Bohong ding, saya konsentrasi menghabiskan pancake. Laper banget soalnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 saat kami keluar dari kediaman mbak Pulung. Tujuan selanjutnya? Toko Barkas! Lha? Ya ga papa sih. Berhubung kami selo (senggang), tak ada salahnya kami berkunjung ke sini. Lagi pula saya sedang ingin melongok koleksi Tomica yang lumayan lengkap di sini. Syukur-syukur dapat Tomica Limited atau Tomica Limited Vintage dengan harga miring. Di dalam, kami menemukan barang-barang menarik. Ada mesin cuci, kulkas, tv, alat pembuat kopi (yang sumpah lucu bang-get dan harganya cuma 50 ribu!), magic jar, oke…kok jadi terkesan seperti orang pindah rumah ya? Anyway, kami akhirnya masuk ke tempat mainan.
Setelah lama terpaku dengan replica Lambretta 125 D (yang sumpah keren banget), kami beranjak ke lemari Tomica. Tapi….tapi….saat melewati lemari kaca guede yang isinya action figure One Piece, mata saya tertumbuk ke deretan mobil-mobilan di bagian bawah. Saya jongkok dan mengamati. Saya lihat tulisan yang tertera di boxnya: TO-MI-CA. Warna kardusnya hitam, modelnya retro.
“MATI! Ini Tomica Domestic version. TOMICA Jepang.” Jerit hati saya. Harganya, 60 ribu. MATI. MATI. Saya langsung tergoda buat membeli. Saya buka dompet dan langsung lemes. Tinggal selembar 50 ribuan di sana. Untung Gorgom baik hati, “udah lu pake uang gue aja dulu” katanya. Uh, Gorgom memang berhati Rinto!
Kemudian kami mengelilingi tempat mainan. Di mana kami kegirangan dengan action figure Chibi Maruko Chan, terpesona dengan carousel kaleng yang sangat klasik (yang akhirnya membuat Gorgom tergoda untuk membelinya lain wakyu), dan banyaknya barang Doraemon di sana. Sungguh, kami seperti anak kecil yang dibawa ke toko kue. Girang dan tak berhenti-hentinya takjub.
Kami kembali ke tempat Tomica. Tekad saya bulat, beli Tomica Domestic. Namun kembali dilemma menyapa. Mau beli yang mana? Uh, saya bingung. Ada Subaru R2, Mazda Cosmo, dan mobil berwarna merah yang saya ga tahu merknya (karena dusnya pake tulisan Jepang. Semua). Gorgom menunjuk R2. Lucu dan imut katanya. Tapi saya tertumbuk dengan tulisan di pilar B mobil merah. CE-LI-CA. ARA! Ini Celica generasi pertama! Langsung saya ambil.
"We're on our way. Roll the windows down. And scream out loud. Oh! we're tired now…"
Setelah menebus Tomica dan gantungan kunci Spongebob milik Gorgom, kami mampir sebentar ke Indomaret untuk membeli Indomie dan menarik uang. Saya lunasi utang ke Gorgom dan kami pulang. Mampir sebentar ke Bakul kedai Siomay karena kami sudah merasa lapar luar biasa (padahal ya baru makan Pancake). Setalah itu kami pergi ke markas Gorgom. Dia pulang, dan saya balik ke kosan.
Sampai kosan, saya buka dus Tomica. Kok sepertinya ini retro sekali? Saya telusuri tulisannya. Ada angka tertera di atasnya. 35. Apa itu 35? Saya baca lagi. Ooo…ini edisi 35th Anniversaries. Iseng, saya coba browsing tentang seri ini.
Untuk kesekian saya bilang “MATI!” tapi bedanya, kali ini sambil tersenyum lebar. Mengapa oh mengapa (diucapkan pake nada lagu “Janjiku”, yampun saya lawas sekali)? Karena eh karena: 1. Itu adalah Limited Series, 2. Di eBay dan situs-situs lainnya, harga normal seri ini berkisar dari $19 – $25, 3. Harga seri Celica ini $25 (sekitar 200 ribu rupiah) dan saya dapat menebusnya dengan harga 60 ribu. Imma lucky b*stard, I am!
"Home I lay. After shower clean. I hit my head. And I dream…"
Sekarang ini yang saya lakukan. Sudah mandi. Sudah wangi. Duduk mengetik sambil menyesap Milo Fuze sambil merasakan mantapnya 3 lembar Salonpas di bahu saya. Bodo deh bau Salonpas, yang penting saya bisa tidur. Ciao!
(judul dan potongan lirik berasal dari lagu Saturday – Nelly Furtado)
Published with Blogger-droid v1.6.8
Friday, May 20, 2011
1055
1055. Itu angka yang tertampang di depan mata saya. Bukan, ini bukan angka yang menunjukkan harga Indomie Ayam Spesial di Indomaret terdekat. Bakal hore banget saya jika ini terjadi. Ini angka yang menunjukkan jumlah hits di blog ini. Saya ternganga dan sedikit tidak percaya. Berkali-kali saya gosok kacamata yang sudah seminggu tidak dibersihkan ini. Terakhir, saya semprotkan cairan pembersih lensa ke arahnya, cratt…cratt, dan saya usap dengan lap khusus. Saya tepuk-tepuk pipi. Saya cubit-cubit pipi. Angkanya tak berubah. Ini ternyata bukan mimpi. Jumlah hits blog ini sudah melampaui 1000.
Bagaimana perasaan saya? Senang. Iya, saya senang. Tidak bangga. Apalagi tremor, karena oknum pembuat tremor tidak terlihat di depan mata. Kalaupun ada, saya jelas akan mengalami sesak nafas dan tidak bisa berpikir jernih.
Jadi saya cuma bisa bilang “senang”. Itu artinya ada orang yang membaca tulisan di blog ini. Itu artinya ada orang yang rela menyisihkan waktunya untuk membaca tulisan –tulisan saya. Senang rasanya saat melihat orang lain menyenangi isinya. Senang rasanya saat seorang teman memberitahu jika dia rajin mengikuti blog ini. Wah, I didn’t expect that much. Saya tidak berpikir sampai ke sana. Mengingat tidak ada yang istimewa di sini.
Tapi, jujur saja, ini pencapaian yang besar. Jumlah hits di blog ini mampu mencapai 1000 dalam waktu kurang dari sebulan. Jika saya melongok grafik statistik dari bulan ke bulan, terlihat sekali grafiknya bergerak cepat dan tajam. Secepat pergerakan saham IHSG ataupun pergerakan harga minyak Brent di Bursa London. Untuk itu saya patut berterimakasih.
Pertama, saya ucapkan terima kasih pada ARDI WILDA IRAWAN aka AWE, sang penggagas gerakan 31 Hari Menulis. Sedikit banyak, gerakan ini melecut semangat saya dan banyaaaaak teman-teman lain untuk menulis setiap hari. Sungguh, walaupun Awe terkadang marmos ([kata sifat] marai emosi = membuat emosi. Keadaan yang membuat kita ingin melempar jumroh kepada yang bersangkutan) dan absurd, tapi dia ini adalah anak muda yang punya segudang gagasan brilian.
Terima kasih Ocha si Muntah Gorgom dan Ijah Jezie Laurensia yang dengan sukarela menjadi admin 31 Hari Menulis dan dengan rajin melongok blog semua peserta (termasuk blog saya, miauw), merekap, dan memposting hasil rekapan yang kalian lakukan. Terima kasih mbak Pulung Uci, yang sui menjadi juri kompetisi ini dan sering memposting tulisan yang menyentuh hati.
Terima kasih NescafĂ©, Coffee – Mate, Milo, Milo Fuze, permen Fox. Terima kasih Kim Tae Yeon, Celine Dion, Chiaki Kuriyama, Angela Aki, Tokyo Jihen, Syaharani and The Queen Fireworks, Teresa Teng, Nouvelle Vague, Bond, Maksim, Johann Bach, Edvard Grieg, Lara Fabian, dan Cat Steven/Yusuf Islam yang sering menjadi teman sekaligus sumber insprasi.
Terima kasih Salonpas, Neurobion, dan balsem otot Geliga. Kalian adalah penyelamat di saat otot mulai tak enak.
Terima kasih si Mimi aka Sony Ericsson Xperia X10 Mini Pro, Blogger-Droid, dan Office Suite Pro. Dengan adanya kalian, saya mampu blogging di manapun dan kapapun. Walaupun untuk itu saya harus jumpalitan untuk mencari sinyal si provider merah #eh #curhatsaya.
Terima kasih untuk Shiro, si MacBook White yang setia menemani saya dan rela disiksa saking kerasnya saya mengetik di keyboardnya. Terimakasih untuk si meja baru.Tempat saya bisa menulis dengan nyaman dan meletakkan semua barang dalam jangkauan. Bahkan kaki saya bisa selonjoran di sana. Mantap!
Tak lupa saya mengucapkan terimakasih untuk kalian, wahai pembaca. Terima kasih yang sebesar-besarnya sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya. Terimakasih atas apresiasi yang anda berikan. Sungguh, saya tak pernah terpikir akan ada orang yang membaca tulisan tentang gadis yang bisa sakau karena 3 hari tidak minum Milo atau merasa sakit hati karena tidak bisa tumbuh lebih tinggi.
1055. Ini saatnya memikirkan kelanjutan rencana blog ini. Akan seperti apa blog ini di kemudian hari? Akankah terus berlanjut ataukah hidup segan mati tak mau layaknya zombie *berubah jadi Dolores O’Ridorian*? Bagaimana postingan yang selanjutnya? Akankah tetap mempertahankan gaya yang serabutan, ngawur, dan sekenanya atau berkembang kea rah yang lebih serius? Dan masih banyak pertanyaan lain yang jawabannya masih berupa “entahlah”.
Oh ya, tolong dimaklumi jika anda mendapati banyak kata “Sooyoung” tersebar di sini. Soalnya saya tidak suka Yoona dan Jessica (ampun kakak! Jangan lempari saya…). Eh bukan itu maksudnya! Tolong dimaklumi banyaknya sebaran kata “Sooyoung” di sini, soalnya dia itu tinggi tinggi sekaliii, dan saya terobesi menjadi tinggi. Gomen ne, minna-san!
Akhir kata, saya ucapkan sekali lagi, selamat mengikuti Dunia Maya. Selamat menikmati dunia dari kacamata saya. Sebuah dunia di mana kehidupan terkadang tidak berjalan seperti biasanya.
(teman-teman dalam kegiatan 31 Hari Menulis. Sedang bermain dengan aplikasi Little Photo)
Published with Blogger-droid v1.6.8
Subscribe to:
Posts (Atom)