Hai halo aloha. Sebagai teman untuk menikmati hujan perkenankan saya bercerita tentang sesuatu. Iya, sesuatu yang memang sesuatu. Bukan sesuatunya Syahrini yang dulu pernah dekat dengan Anang dan merilis singel "Jangan memilih Aku" ituuu.
Malah ngegosip -____-
Jadi ini namanya Si Bibi. Si Bibi adalahseonggok satu unit Honda Beat warna Biru. Karena itu namanya Bibi, dari Bit (Beat) Biru. Oke agak maksa memang tapi pedduli amat lah.
Bibi adalah motor kedua saya setelah si Goyang (Yamaha Jupiter Z lansiran 2006). Si Goyang sendiri sudah pensiun setelah kecelakaan yang membuat setangnya bengkok di akhir 2009 lalu.
Si Bibi adalah hasil dari melego sebuah motor dan menguras tabungan yang sudah ada sejak jaman Dinosaurus masih jadi telor. Waktu itu pilihannya ada tiga, sebuah motor matik dari pabrikan berlogo S dan motor matik dari pabrikan garpu tala. Berhubung opsi pertama harga jual kembalinya rendah dan opsi kedua konon borosnya luar biasa makanya saya pilih si Bibi.
Oh kenapa saya milih motor matik? Soalnya Ummi (ibu saya) sudah wanti-wanti nyuruh buat belinya yang matik. "Biar ga bisa dipake ngebut" ujar beliau.
Impresi pertama? Astaga ini motor kecil banget. Kecil…kecil…kecil…astaga kecil banget. Kira-kira hanya itu pemikiran yang ada sewaktu membawanya dari dealer. Ya bagi seseorang yang biasa naik Jupiter Z, yang stangnya tinggi dan lebar, naik Beat itu berasa lapang banget. Pandangan jadi emmm apa itu namanya, jembar kalo kata orang Jawa. Dan enteng. Banget. Beneran deh, Beat itu lebih seperti mainan dibanding kendaraan. Saking kecilnya.
Kesan kedua adalah canggung. Kaki kiri rasanya gatel ingin pindah gigi. Sementara kaki kanan berkali-kali menginjak lantai. Lupa kalo sekarang remnya udah pindah ke setang. Dan uh, perlu beberapa waktu untk menyesuaikan diri dengan motor ini.
Begitu sudah terbiasa, saya baru menyadari asyiknya si Bibi. Dia praktis, dengan detail-detail yang pintar. Praktis karena ya ini motor matik mamen, gas-rem-gas-rem-gas-rem aja mainnya. Detailnya pintar, misalnya otomatic cut-off begitu menurunkan standar samping (jadi mesin langsung mati begitu standar samping diturunkan). Sepele mungkin namun bagi saya teknologi ini sangat membantu, karena saya orang supebanyakr pelupa. Terus…kunci magnet itu ditutup itu juga membantu, apalagi di curanmor seperti sekarang.
Dan setelah dua-tiga bulan, si Bibi bagaikan belahan jiwa saya. Ke kampus, ke amplas, nemenin les Inggris, ke sana-kemari buat syuting PSTV,malam Mingguan, sampai mblusuk-mblusuk ke daerah antah berantah pun dia jabanin.Terkadang kalo bosen sama Bibi, saya ganti bersepeda sembari nyanyi Aitakatta.
Setelah sekian lama, ada kesan yang melekat di benak saya, si Bibi ini tangguh. Sungguh kesimpulan itu muncul setelah sekian lama memakainya dan tidak ada kerusakan berarti. Sama sekali. Padahal si Bibi ini sudah sekian lama tersakiti. Jarang diservis lah, dikasih minum Premium lah, digeber seenaknya lah (soalnya saya panas kalo diasepin Satria atau Ninja <-- ga tahu diri), dan...*tambahkan kegiatan penyiksaan di sini*. Hebatnya dia baik-baik saja. Mungkin Honda sudah meriset sedemikian lama sebelum meluncurkan produk ini ke pasaran.
Si Bibi tangguh. Dia pernah menerjang hujan abu sesaat sebelum erupsi kedua Merapi tahun 2010 silam. Dialah yang menemani saya bolak-balik Muntilan-Jogja selama masa erupsi. Dia lah yang banyak dipakai relawan sebagai kendaraan operasional sewaktu masa itu. Bahkan dia masih dipakai sampai masa bertugas kami selesai...empat bulan kemudian. Selain servis rutin dan bersih-bersih beberapa partnya (baca ganti karburator dan filter) tak ada lagi yang saya lakukan.
Si Bibi tangguh. Dia kuat-kuat saja waktu dibawa bolak-balik Jogja-Kulon Progo selama seminggu. Jalan yang menanjak dan berliku bisa dilalap olehnya. Bahkan dia terbilang responsif saat menanjak. Padahal kami berboncengan. Si Bibi tangguh. Suspensinya nggak jebol walaupun sudah berkali-kali nerjang lubang di jalan atau diajak off-road menerjang lumpur.
Oh well, tentunya si Bibi tahu punya pemilik yang seperti saya berarti jarang dicuci dan dimanjakan. Kadang begitu lamanya dia tidak dicuci sehingga si Bibi menjadi motor yang paling kucel di jalanan....dan parkiran. Tapi layaknya sepatu, saya juga paling ogah naruh motor di cucian motor. Mending dicuci sendiri. Dan saat keinginan itu direalisasikan, Si Bibi pun kembalimempesona kinclong.
Ahh pokoknya saya cinta sekali sama si Bibi~
BGM: Tsuki no Uragawa - DiVA
Cemilan: Sebotol Ades dingin...sedingin hatiku
Malah ngegosip -____-
Jadi ini namanya Si Bibi. Si Bibi adalah
Bibi adalah motor kedua saya setelah si Goyang (Yamaha Jupiter Z lansiran 2006). Si Goyang sendiri sudah pensiun setelah kecelakaan yang membuat setangnya bengkok di akhir 2009 lalu.
Si Bibi adalah hasil dari melego sebuah motor dan menguras tabungan yang sudah ada sejak jaman Dinosaurus masih jadi telor. Waktu itu pilihannya ada tiga, sebuah motor matik dari pabrikan berlogo S dan motor matik dari pabrikan garpu tala. Berhubung opsi pertama harga jual kembalinya rendah dan opsi kedua konon borosnya luar biasa makanya saya pilih si Bibi.
Oh kenapa saya milih motor matik? Soalnya Ummi (ibu saya) sudah wanti-wanti nyuruh buat belinya yang matik. "Biar ga bisa dipake ngebut" ujar beliau.
Impresi pertama? Astaga ini motor kecil banget. Kecil…kecil…kecil…astaga kecil banget. Kira-kira hanya itu pemikiran yang ada sewaktu membawanya dari dealer. Ya bagi seseorang yang biasa naik Jupiter Z, yang stangnya tinggi dan lebar, naik Beat itu berasa lapang banget. Pandangan jadi emmm apa itu namanya, jembar kalo kata orang Jawa. Dan enteng. Banget. Beneran deh, Beat itu lebih seperti mainan dibanding kendaraan. Saking kecilnya.
Kesan kedua adalah canggung. Kaki kiri rasanya gatel ingin pindah gigi. Sementara kaki kanan berkali-kali menginjak lantai. Lupa kalo sekarang remnya udah pindah ke setang. Dan uh, perlu beberapa waktu untk menyesuaikan diri dengan motor ini.
Begitu sudah terbiasa, saya baru menyadari asyiknya si Bibi. Dia praktis, dengan detail-detail yang pintar. Praktis karena ya ini motor matik mamen, gas-rem-gas-rem-gas-rem aja mainnya. Detailnya pintar, misalnya otomatic cut-off begitu menurunkan standar samping (jadi mesin langsung mati begitu standar samping diturunkan). Sepele mungkin namun bagi saya teknologi ini sangat membantu, karena saya orang supebanyakr pelupa. Terus…kunci magnet itu ditutup itu juga membantu, apalagi di curanmor seperti sekarang.
Dan setelah dua-tiga bulan, si Bibi bagaikan belahan jiwa saya. Ke kampus, ke amplas, nemenin les Inggris, ke sana-kemari buat syuting PSTV,
Setelah sekian lama, ada kesan yang melekat di benak saya, si Bibi ini tangguh. Sungguh kesimpulan itu muncul setelah sekian lama memakainya dan tidak ada kerusakan berarti. Sama sekali. Padahal si Bibi ini sudah sekian lama tersakiti. Jarang diservis lah, dikasih minum Premium lah, digeber seenaknya lah (soalnya saya panas kalo diasepin Satria atau Ninja <-- ga tahu diri), dan...*tambahkan kegiatan penyiksaan di sini*. Hebatnya dia baik-baik saja. Mungkin Honda sudah meriset sedemikian lama sebelum meluncurkan produk ini ke pasaran.
Si Bibi tangguh. Dia pernah menerjang hujan abu sesaat sebelum erupsi kedua Merapi tahun 2010 silam. Dialah yang menemani saya bolak-balik Muntilan-Jogja selama masa erupsi. Dia lah yang banyak dipakai relawan sebagai kendaraan operasional sewaktu masa itu. Bahkan dia masih dipakai sampai masa bertugas kami selesai...empat bulan kemudian. Selain servis rutin dan bersih-bersih beberapa partnya (baca ganti karburator dan filter) tak ada lagi yang saya lakukan.
Kondisi si Bibi setelah turun dari Merapi |
Oh well, tentunya si Bibi tahu punya pemilik yang seperti saya berarti jarang dicuci dan dimanjakan. Kadang begitu lamanya dia tidak dicuci sehingga si Bibi menjadi motor yang paling kucel di jalanan....dan parkiran. Tapi layaknya sepatu, saya juga paling ogah naruh motor di cucian motor. Mending dicuci sendiri. Dan saat keinginan itu direalisasikan, Si Bibi pun kembali
Si Bibi setelah dicuci |
No, no, no, tulisan apa sih ini? |
BGM: Tsuki no Uragawa - DiVA
Cemilan: Sebotol Ades dingin...sedingin hatiku
ini kecelakaan yang sama gerobak penjual cendol itu cum?
ReplyDeletetulisan mobil ny dongg, kebangkitan KIA indonesia ketoke menarik kui ditelusuri :p
gerobak penjual cendol dari mana mas -___- ini tabrakan motor vs motor.
ReplyDeleteTerimakasih sarannya, ditampung dulu hahahahaha. soalnya KIA bangkit karena perubahan garis desain. Mereka berani ngontrak ex-desainer Audi ;)
hahhaa tak kiro tabrakan karo bakul cendol:p
ReplyDeleteand it works!! terutama rio, itu mirip bgt sama vw golf gti, cm ttp fiesta paling ok hahaha