Monday, May 7, 2012

Dear Diary

Frankly, today I ABSOLUTELY HAVE NO IDEA. Seharian mengerjakan skripsi, kelaparan, nungguin hujan, nguping pembicaraan mahasiswa Teknik Fisika tentang kecepatan rambat suara di udara, dan nonton performance AKB48 cukup membuat saya pusing tujuh keliling.

Oh well, cerita apa ya? Emmm....diary? How about I tell you something about diary? Deal or no deal? Deal lah ya....

Siapa di sini yang masih menulis di diary? Saya.

Agak terdengar sangat aneh sekali mengetahui fakta bahwa di abad 21 ini, di tahun 2012 ini, di kala jejaring sosial media semakin merajalela, saya masih memutuskan menulis kegiatan sehari-hari di diary. Well, I'm such a conservative and old-fashioned, eh? hoho.

Rutinitas menulis diary ini merujuk dari waktu yang lama sekali. Kira-kira sudah semenjak kelas 3 SD. Kayaknya. I've remembered my first diary. Bentuknya kecil, unyu seperti yang punya, dan memiliki gembok yang kuncinya saya bawa ke mana-mana. Tulisan pertama saya remeh temeh banget. Kalo ga salah kira-kira begini bunyinya:
"Hari ini aku dapet nilai 100 waktu ulangan Matematika. Berarti duit di tabungan udah 5000. Besok ke bank buat bikin Tabanas."
Titik. Cuma itu. Polos dan naif layaknya tulisan seorang bocah. Dan ya ampun....itu dong ada istilah 'Tabanas" di kalimat terakhir...berasa jaman Orba ga sihhh? Eh ya emang sih :))

Kira-kira 3 tahun kemudian saya membeli diary baru. Oh kenapa lama? Soalnya ya itu, saya cuma nulis satu-dua kalimat setiap harinya. Dan kemudian membeli beberapa  diary sampai akhirnya memiliki diary terakhir yang sampai sekarang masih saya pakai.

Menelusuri tulisan-tulisan di buku-buku itu membuat saya seperti memutar ulang rekaman kehidupan saya. Dan...apa yang bisa saya katakan ya? They are precious memories for me. Membuka-buka lagi diary lama juga menyadarkan tentang perkembangan diri saya selama ini. Tulisan-tulisan itu adalah bukti otentik tentang kehidupan yang sudah pernah saya jalani. Kadang saya sampe ngakak menertawakan kepolosan di masa kecil, dan termenung membaca tulisan di kala remaja. Salah satunya adalah tulisan di malam saya harus meninggalkan rumah pertama kali. Begini bunyinya:
"15 Juli 2004.
Malam terakhir di rumah. Baju sudah selesai dipacking, alat-alat MOS juga sudah disiapkan. Hah...rasanya berat ya ninggalin rumah, menuju tempat antah berantah. Yang aku sendiri ga tahu gimana. Ga punya temen, ga kenal siapa-siapa di sana. Tapi aku besok NGGAK BOLEH NANGIS waktu pamitan sama Ummi. Pokoknya nggak boleh."
Waduh, saya ternyata dulu cengeng juga ya. Dan setelah itu pula saya berjanji pada diri sendiri untuk menjadi tegar.
"22 Agustus 2004.
Hari ini ulangtahun ke-15. Udah gede. Udah ga di rumah lagi. Udah ga boleh sedikit-sedikit nangis dan manja. Aku, mulai sekarang, ga boleh melankolis lagi."
Atos jo...dan berdampak sampai sekarang :p

Macam-macam memang tulisan saya di diary. Dari yang remeh temeh sampai sedikit filosofis. Dan...tentu saja saya menuliskan pengalaman cinta pertama di diary.
 "22 November 2004.
Hari ini ketemu Kak (nama gebetan saya) di kantin. Aduh dia senyum ke aku apa ya? Aduh....bahagia."
Dan tentunya cerita patah hati pertama.
"19 April 2008.
I've seen him with his friend. Kita ngobrol-ngobrol ga jelas dan tiba-tiba Kak (dirahasiakan namanya juga) cerita tentang Kak (nama gebetan saya) yang katanya udah mau tunangan. Kamu tahu rasanya? Kayak nonton bola, udah menang 1-0, dan di 10 menit terakhir timmu kebobolan 3 kali. Sakit. Sakit banget. Sakit sakit sakit banget."
Dan setelah itu nangis semalam. eh dua malam. eh tiga malam. Oh omong-omong itu orang yang sama. Gini-gini, saya itu setia~

Well, what can I say? Melihat-lihat tulisan di diary memang menyadarkan kita tentang diri kita sendiri. Terkadang malah menyadarkan kita kapan tepatnya kita menjadi dewasa. Serius, ada beberapa titik di tulisan-tulisan baru yang menyadarkan jika "waduh, aku udah dewasa ya".

Omong-omong nih, apakah saya terfikir untuk berhenti menulis diary? Tidak. Mengapa? Saya pikir ini habit. Sudah sedemikian lama saya rutin menulis diary. Kamu tahu betapa susahnya mengubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun dilakukan, kan? Same thing here. Lagipula saya merasa lebih nyaman mencurahkan perasaan ke diary. I don't know, it feels like you have conversation with yourself. 

Atau saya yang terlalu introvert. Mungkin.

Aih malu ah saya...*cakar*


BGM: Kage - Shibasaki Kou
Cemilan: Roti Bluder & air putih.

1 comment:

  1. seru memang baca2 diary.. sayangnya terakhir nulis diary waktu SMA, satu diary buat rame2 sama sahabat-sahabat dekat. waktu dibaca lagi bikin kangen sama mereka :')

    ReplyDelete