Musim kan berganti. Hujan pun akan berhenti. Abadi bukanlah dunia ini (Tetaplah di Sini - Syaharani and The Queen Fireworks)
Hari ini begitu bangun tidur, saya cumuk gogi (cuci muka gosok gigi). Seperti biasa. Lalu saya bikin kopi. Seperti biasa. Lalu saya duduk di kasur bawah dan membuka laptop. Seperti biasa, Lalu saya kembali menghadapi masalah yang sudah mendera sepanjang bulan ini.
INI SUDAH BULAN JUNI.
Jika sudah bulan Juni, berarti bulan Mei sudah berakhir. Itu artinya program 31 Hari Menulis pun berakhir. Kami pun resmi berpisah setelah sebulan penuh merajut kenangan (opo tho iki -____-).
Pisah. Berpisah. Perpisahan. Saya selalu benci kata ini. Saya benci dengan kenyataan semua hal di dunia ini harus diakhiri dengan perpisahan. Pasti akan ada episode mengharu biru di sana. Saat perpisahan SD, saya sedih karena tidak satu sekolah dengan Adis, sahabat saya. Saat perpisahan SMP, saya sangat sedih karena harus berpisah dengan circle of friend semasa itu. Semakin sedih lagi karena saya harus masuk sekolah berasrama jauh di perumahan besar berslogan Big City Big Opportunity. Inisialnya, BSD. Perpisahan SMA malah jauh lebih sedih lagi. Karena kami sudah tiga tahun tinggal bersama-sama, hubungan kami pun lebih dari sekedar teman. Lebih. Kami sudah seperti saudara. Saya takkan melupakan eratnya pelukan kami saat satu per satu pergi meninggalkan asrama.
Pisah. Berpisah. Perpisahan. Kata ini juga berkorelasi positif dengan kata kangen. Ya, saya pasti akan kangen dengan teman-teman dan segala hal yang pernah saya temui.
Begitu pula dengan perpisahan dengan 31 Hari Menulis ini. Saya sedih dan saya pasti kangen.
Saya bakal kangen dengan tekanan mencari bahan tulisan yang akan diposting setiap hari. Saya bakal kangen dengan kegiatan guling guling pegang kepala saat kehabisan ide. Saya bakal kangen dengan saat-saat melakukan kerandoman agar bisa mendapat ide tulisan (ini SUNGGUH-SUNGGUH dilakukan).
Saya bakal kangen pagi-pagi buka blog 31 Hari Menulis untuk melihat rekapan. Saya bakal kangen membuka blog para peserta satu per satu. Membaca kelanjutan cerita Milo dari Damar. Ngakak karena baca tulisan Gorgom yang sangat beling. Marmos saat baca tulisannya mas Brama *pake Shiseido*. Mengira-ngira apa yang akan ditulis Mas Jaki. Manggut-manggut baca tulisannya Awe. Sampai berkunang-kunang saat melihat blognya Matahari yang sangat gemerlap (dalam arti harfiah).
Saya bakal kangen itu semua.
Andai program ini berlanjut di bulan Juni.
Tapi seperti kata Syaharani, abadi bukanlah dunia ini. Ya, tak ada yang abadi di dunia yang fana ini. Ada jauh ada dekat, semuanya sama-sama 2000 rupiah, eh bukan itu angkot. Ada awal ada akhir. Ada hidup ada mati. Ada perjumpaan ada perpisahan. Maka saya hanya bisa bilang satu kata ini.
Sayonara….sayonara…
(p.s: berakhirnya program 31 Hari Menulis tidak serta merta mengakhiri hidup Dunia Maya. Saya bakal melanjutkan blog ini. Tunggu kejutan dan kerandoman yang akan mengganggu kehidupan anda. Untuk bulan Juni, saya berencana membuat Graduation Project aka proyek merayakan pendadaran teman-teman dengan cara yang asoy geboy)
No comments:
Post a Comment