Wednesday, May 18, 2011

Majalah Mobil


Jika saya ditanya pekerjaan paling asoy di dunia, jawabannya ada dua. Satu, presenter Top Gear. Gimana ga asoy? Kerjaannya setiap episode adalah test drive mobil dengan cara ekstrim. Bagaimana tidak ekstrim jika sebuah Renault Megané dihancurkan hanya untuk mengetes keamanannya, menjatuhkan Toyota Hi-Lux dari lantai 10 hanya untuk mengetes ketangguhannya. mengendarai Ford Fiesta di sebuah mall sambil dikejar sebuah Corvette, atau (ini yang paling gila) mengendarai Renault Twingo di dalam terowongan bawah tanah. Edan memang otak tim produksinya.

Yang kedua adalah jurnalis media otomotif di Indonesia. Alasannya sederhana. Mereka ini adalah orang-orang beruntung yang bisa mendapatkan kesempatan mengetes mobil-mobil terbaru yang beredar di pasaran. Bayangkan, mereka bisa saja tidak punya sebuah mobil tapi kerjaannya ya test drive. Mobilnya? Apa saja. Mulai dari Xenia-Avanza, Suzuki Swift, Honda Jazz, Nissan Micra, hingga yang ajaib seperti Porsche Boxster. Asoy sekali bukan? “Bukaaaan!” Kata pembaca. Terlalu kalian! #ambilbatu #lempar

Mengingat saya ini suka mobil, rasanya kurang afdol jika tidak membahas majalah yang membahas tentang moda transportasi berroda empat ini. Kenapa harus majalah? Soalnya saya suka membaca. Wuih, saya terlihat sophisticated sekali saat menulis “gemar membaca”. Jadi terlihat seperti anak pintar dalam iklan layanan masyarakat “ayooo sekolah” dulu. Padahal alasan saya suka membaca majalah mobil ya karena rasanya lebih mantep saja. Majalah itu kan salah satu bentuk media cetak. Media cetak berarti ada gambarnya. Jika gambarnya bagus (baca: mobilnya oke dan fotonya keren), nanti bisa saya gunting dan ditempel di tembok kamar. Tidak bermutu memang.

Oke, jadi saya akan membahas tentang majalah otomotif di Indonesia. Mengapa majalah otomotif? Karena saya mengalami kesalahan pertumbuhan. Begitu bisa membaca, yang saya baca koran Suara Merdeka dan tulisan komposisi di kaleng Milo. Gede sedikit, saya bergaul dengan sepupu laki-laki yang maniak koleksi tabloid otomotif. Jadi saat teman-teman membaca Bobo, saya membaca Otomotif (terus kovernya digunting dan ditempel di kamar. Ah sudahlah, jangan banyak cingcong. Lebih baik saya ceritakan saja.

Secara garis besar, majalah otomotif ini dibagi jadi dua kubu: kubu local dan kubu asing. Kubu lokal merujuk pada media yang memang asli Indonesia, misalnya Otomotif. Sementara kubu asing merujuk pada media hasil lisensi yang terbit di Indonesia, misalnya Autocar atau Top Gear.
Nah jika dipecah lagi, akan ada buanyaaaaaaaaaaaaak macam media otomotif. Mulai dari yang umum, seperti Otomotif. Yang ditujukan jadi user guide, seperti Autobild. Yang menyasar komunitas tertentu, seperti JIP. Atau yang ditujukan untuk orang-orang selo yang memang gila mobil, misalnya Top Gear. Jangan kaget jika ragam media otomotif lebih banyak jika dibandingkan majalah untuk remaja putri.
Daripada kebanyakan membahas media yang ada satu-satu, lebih baik saya bahas saja media yang sering saya konsumsi.

Auto Bild
Auto Bild terbit sejak tahun 2003. Saya ingat jelas gambar sampulnya, mobil konsep Peugeot H2O. Terbit dua kali sebulan dengan harga 23 ribu. Jadi bisa dibilang ini adalah majalah paling up to date untuk masalah permobilan. Ini dibuktikan dengan banyaknya artikel first drive, artikel yang membahas kesan pertama sebuah mobil yang akan diluncurkan ke pasar, yang ada di majalah ini. Mengingat ini majalah lisensi, tentunya banyak artikel asing yang dimuat di dalamnya. Saya kasih jempol untuk tim penerjemahnya. Hasil terjemahannya enak dibaca dan bukan hanya sekedar menerjemahkannya lewat Google Translate. Artinya, masalah terjemahan ini memang digarap dengan serius.

Sejak tahun 2006, Auto Bild memosisikan dirinya sebagai costumer guide. Artinya majalah ini mengunggulkan artikel yang dirasa dapat menjadi petunjuk bagi konsumennya. Makanya anda bakal menemukan artikel komparasi produk pembersih interior, misalnya. Tapi yang paling berguna adalah price list mobil lama dan baru. Jika anda beniat menjadi makelar mobil, maka jadikanlah Auto Bild sebagai referensi utama setelah koran Pos Kota.


Ini tampilan daftar harganya. Setiap makelar mobil harus punya.

Rubrik Andalan: Tes Jalan, daftar harga, first drive.

Top Gear

Ini adalah versi cetak dari show mobil-mobilan yang dipandu trio Jeremy Clarkson – Richard Hammond – James May. Sama seperti shownya, majalah ini sangkil (sangat gokil) isinya. Kebanyakan diisi dengan artikel mimpi. Maksudnya artikel yang isinya membahas mobil-mobil yang hanya bisa kita miliki di dunia mimpi. Misalnya, Lamborghini, Ferrari, dan Maserati (kok merek Italia semua ya? ah bodo amat lah). Tapi itu bukan kelemahan majalah yang di Indonesia diterbitkan oleh grup Media Satu Grup ini. Karena segmen yang disasar Top Gear adalah para petrolhead, spesies manusia yang memang gila, cinta, dan menjadikan mobil sebagai bagian dari hidupnya. Halah!


Artikel yang isinya mempreteli Peugeot 207 GTI agar berlari lebih cepat. Cuma ada di Top Gear.

Mengingat dia adalah media yang sangkil, maka hal itu berimbas pula pada bahasa yang digunakannya. Jangan harap menemukan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD. Sebaliknya, anda akan menemukan majalah yang ditulis dengan slengean dan tidak memperhatikan kaidah penulisan. Aye aye, sir!
Satu-satunya kekurangan dari majalah ini adalah kualitas terjemahan yang terkesan ngasal banget. Tingkat kenikmatan membacanya jadi berkurang.

Rubrik Andalan : kolom Jeremy Clarkson (yang ngasal banget), extreme ride, semua artikel tentang sport cars dan tantangan ngawur mereka.

Auto Extreme
Merupakan majalah yang saya nobatkan sebagai “Top Gear ala Indonesia”. Ya, majalah terbitan Kompas Gramedia Grup (lagi!) ini adalah majalah yang menyasar segmen orang-orang yang gila otomotif. Setiap bulan, ada satu tema yang diangkat. Tema ini akan dibahas secara mendalam dalam setiap edisi. Mendalam banget hingga terkesan seperti membaca ensiklopedia. Misalnya jika bahasannya adalah Honda Civic, ya akan dibahas hingga ke akar-akarnya. Bahkan sampai ke silsilahnya. Bagi sebagian orang, mungkin useless membaca silsilah mobil, tapi percayalah, di tangan awak Auto Extreme, hal itu bisa menjadi asyik sekali untuk dibaca.



Silsilah keluarga Civic. Tidak penting? Pikir lagi *nggg*

Poin yang membuat Auto Extreme unggul dari Top Gear adalah bahasa penulisannya. Baku tapi tidak kaku. Enak, nyaman, nikmat sekali dibacanya. Istilah-istilah canggih dapat dijelaskan tanpa harus mengerutkan dahi. Fotonya? Mantap! Tidak kalah dengan hasil jepretan fotografer asing. Uang 40 ribu rasanya tidak terbuang sia-sia untuk membelinya.

Rubrik Andalan: (hampir) semua rubriknya.

Na itu dia majalah-majalah favorit saya. Sebenarnya masih banyak majalah otomotif yang pernah saya baca. Karena hanya tiga majalah inilah yang rutin saya beli. Kurang kerjaan? Mungkin. Tapi saya mending baca ini daripada baca tabloid Nova yang kovernya Anang-Ashanty. Kthxbye!

(catatan penting: hampir semua majalah otomotif di Indonesia berasal dari Kompas Media Group. Angkat topi lah untuk perusahaan satu ini)

1 comment:

  1. pemred nya ABI mirip eko patrio yah,hihi* ra penting :p

    ReplyDelete