Friday, May 6, 2011

Random Facts #1


(siapa bocah lucu ini? Ini SAYA)

Tulisan kali ini simpel, bercerita tentang fakta diri saya. Mengutip kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Dan mengutip kata mbak Syaharani "jangan kau bilang sayang sayang sayang, bosan aku mendengar sayang sayang sayang"...tapi kita sudah melaju terlalu jauh.

Yossh...kita mulai saja. Hajimeee!

1. Nama: Sumayya

Lahir pada 22 Agustus 1989 di Purwokerto *jebul wis tuwo gedhe*

Saya merupakan satu dari sedikit bayi yang pertama di lahir di RS Ananda, tempat lahir saya #bangga

2. Karena lahir tepat pada saat adzan Subuh, saya sempat dinamai Shobah (pagi)

Tapi sebelum itu terjadi dan nama itu dituliskan di akta, Ummi (ibu) membaca buku cerita sahabat Nabi. Nama Sumayya diambil dari sahabat Nabi yang menjadi syahidah pertama di agama Islam. Duh…berat nih artinya.

3. Nama saya Sumayya

S-U-M-A-Y-Y-A. Titik. Tanpa nama keluarga atau nama ayah. Atau nama sambungan lainnya. Tujuh huruf saja.

4. Nama saya Sumayya. Ditulis dengan dobel "Y" dan bukan dobel "M"

INI PENTING! Walau terdengar sepele, tapi nama saya sering sekali salah ditulis. Kebanyakan orang akan menulis "Summaya" atau "Sumaya" atau "Summayya" . Itu tulisan di baju pramuka sd, baju lab jaman SMA MAN, dan SEMUA seragam smp . Fakta menunjukkan, dari 50 bungkus obat yang saya miliki, 80% nya salah menuliskan nama saya *dihitung lho*

5. Saya lahir, besar, dan tinggal di Purwokerto

Jadi barangsiapa yang mengira saya dari Bukittinggi, itu salah besar. Salah besar juga jika mengira saya kembaran Tamara Bleszinsky atau masih bersaudara dengan Carissa Puteri. Dan salah besar sekali jika mengira saya bule Prancis atau Aljazair #ngelunjak

6. Seperti anak kecil lainnya, saya cedal

Problem utamanya sih sama, huruf R. Namun jika anak lain melafalkannya dengan "L" maka saya melakukan improvisasi dengan huruf lain. Maka anda akan menemukan kenyataan kata "stroberi" menjadi "dodobengi". Sampai sekarang saya kesulitan melafalkan huruf R jika berbicara cepat

7. Cita cita pertama saya adalah juru ketik

Sewaktu melihat Ummi duduk dan mengetik skripsi di mesin ketik, saya melihat itu sebagai sesuatu yang keren. Suara "tik tik tik, jklek" dari mesin ketik itu terdengar seperti gubahan musik Beethoven. Mungkin sedikit banyak pilihan hidup saya yang mempelajari media terpengaruh cita-cita masa kecil saya :))

8. Penyakitan

Sepertinya sakit itu nama tengah saya. Sejak kecil tubuh saya rentan terhadap virus, kuman, bakteri, dan segala macam makhluk durjana lainnya Flu, masuk angin, maag, flek paru-paru, infeksi saluran kencing, typhus, diare, usus buntu, you name it. Semua jenis penyakit sudah saya rasakan kecuali kanker dan tumor (ih amit amit jangan sampai deh). Eh tapi saya boleh bangga kalo saya belum pernah sakit gigi hahahahaha *dilempar stiletto*

9. Pelahap obat

Karena saya penyakitan, otomatis saya familiar dengan berbagai macam obat. Dari sekelas Parasetamol hingga Strocain. Mulai dari Tolak Angin hingga Seroline (sejenis obat untuk otak yang saya minum dulu saat mengalami penyempitan otak). Amoxycillin? Saya sudah melahap semua level dosisnya #bangga #terdengarsalah

10. Sekertaris atau Sekretaris

Kata yang paling durjana untuk diucapkan adalah “sekertaris” "sekretaris. Bagi saya, ini merupakan kata yang paling belibet untuk diucapkan karena membuat lidah berlipet-lipet. Jauh lebih belibet daripada mengucapkan kata “Bleszinsky”. Karena ribet, saya selalu mengucapkannya menjadi “sekertaris”. Jika ujian spelling bee atau mengeja di TK menggunakan kata ini, niscaya saya masih duduk di TK sampai sekarang.

11. (harusnya) saya cuma setahun di TK

Seharusnya saya hanya setahun duduk di Taman Kanak-Kanak. Konon saya tak perlu lanjut ke tingkat 0 Besar (kenapa sih ada bilangannya) karena saya sudah lancar membaca di tingkat 0 Kecil. Wali kelas saya menganjurkan agar saya lanjut ke SD saja. Namun usul ini ditolak orangtua karena fisik saya yang lebih cocok jadi anak Playgroup dibanding jadi anak kelas 1 SD.

12. Jadi Mayoret

Saya pernah lho dulu jadi mayoret di grup Marching Band TK. Dipakein sepatu ulegan, krancang krincing lempar-lemparin tongkat, dibedakin, dilipstikin. Haishh….! Malu banget jika diingat lagi sekarang. Pertanyaannya, kenapa mau? Karena saya diiming-imingi permen Pindy Lolli selama seminggu, toy figure Ksatria Baja Hitam, dan Conello gratis jika grup kami menang lomba MB waktu 17-an. Guess what? Kami menang. Jadi setelah pertandingan, saya langsung nagih traktiran Conello. Peduli amat dengan riasan yang jadi belepotan.

13. Pelahap segala

Seakan tak cukup puas dengan memasukkan makanan, saya memasukkan benda-benda aneh random ke dalam tubuh saya. Mulai dari cotton bud (dimasukkan ke dalam telinga saat umur 2 tahun), kapas (idem, umur 3 tahun), penghapus (di hidung, kelas 2 SD), dan uang koin 1000-an (ditelan , kelas 6 SD). Berhubung saya hobi sering memasukkan benda-benda aneh ke tubuh, Dokter THT adalah salah satu teman baik saya. Halo, Dokter Bambang!

14. Kelainan kelingking kiri

perhatikan baik-baik, jari kelingking kiri saya gepeng. Ini hasil dulu saya kejepit engsel pintu mobil waktu main sama sepupu saya. Sewaktu tahu tangan saya kejepit, sepupu saya nangis dan lari ke rumahnya. Saya berdiri cengengesan di tempat itu. 15 menit kemudian, sepupu dan semua orang rumah saya menarik saya dari engsel pintu mobil itu (kenapa juga harus ditarik, sih?). Karena itulah, jari kelingking kiri saya gepeng.

15. Pembenci jarum suntik

Jika “sekertaris” sekretaris adalah kata durjana, maka benda paling durjana di dunia ini adalah jarum suntik. Seriously, kenapa sih di dunia ini harus ada jarum suntik? Apakah tidak ada metode pengobatan lain yang kadar mengerikannya jauh di bawah jarum suntik? Saya sungguh sungguh sungguh membenci jarum suntik.

Sudah banyak masalah yang menimpa saya karena jarum suntik. Hari pelaksanaan PIN (pekan imunisasi nasional) di SD selalu menjadi hari paling menyeramkan. Saya mending disuruh nonton film “Pengkhianatan G30S PKI” dibanding harus disuntik vaksin polio, disentri, dan TBC (bo! 3 kali itu!). Untuk menghindarinya, saya selalu kabur atau sembunyi selama hari PIN. Sialnya, selalu ketahuan dan selalu diseret seret. Itu yang terjadi selama 6 tahun di SD.

Jarum suntik pula yang membuat saya pucat pasi saat dirawat di UGD Panti Rapih sesaat setelah kecelakaan. Saya yang masih bisa ketawa-ketiwi langsung pucat pasi saat perawat datang untuk menyuntikkan cairan tes alergi. Hari itu sungguh mimpi buruk. Tak cukup dengan suntikan anti-allergic, saya harus disuntik bius local, dan harus rela disuntik berkali-kali saat dokterya menjahit pelipis saya yang robek. Terakhir, saya disuntik anti tetanus. Total, saya disuntik 10 KALI. 10 KALI!

“Tobat Gusti….ga lagi-lagi deh tabrakan!” itu jeritan hati saya saat itu.

1 comment: